Part +8

2.5K 515 139
                                    

"Aku mencintaimu, ikutlah denganku."

Irene menatap Taehyung dalam, bibirnya terkatup rapat, sangat sulit baginya untuk menjawab, walaupun sebenarnya ia punya jawaban. "Pergi! Aku tidak bisa!" bentaknya, "kita hentikan saja perasaan ini."

.

.

.

Kita hentikan saja perasaan ini....

Desiran angin pagi yang berembus kembali mengingatkannya pada ucapan terakhir yang ia katakan pada Taehyung. Gadis itu menghela napas, mengambil satu potong kain basah dalam keranjang yang ia bawa. Berusaha fokus pada pekerjaan paginya. Dirinya memeras sisa air yang tersisa dalam kain yang ia genggam dan mengibas kain itu lalu menjemurnya. Ketika ia ingin mengambil kain selanjutnya, keributan orang-orang menghentikan pergerakannya. Ia menatap orang-orang yang ramai membawa kayu bakar dan minyak tanah dari kejauhan.

Tidak tau mengapa, matanya tidak dibiarkan untuk berpaling sedikit pun. Ia terus menatap orang-orang itu hingga darahnya berdesir cepat saat dirinya melihat lelaki yang ia minta untuk pergi malah berada di sana bersama orang-orang yang menariknya. Lelaki yang keras kepala dan selalu membuatnya khawatir. Awalnya ia tidak ingin ikut campur dan mencoba untuk bersikap masa bodoh saja. Namun, ketika di depan matanya Taehyung ingin dibakar secara hidup-hidup. Ia tidak bisa hanya berdiam diri di sana. Tubuhnya berlari, mendatangi dan menerobos keramaian. Tujuannya hanya untuk menyelamatkan lelaki bodoh itu. Lelaki yang tidak mau mengikuti ucapannya. Seberapa marahnya ia dengan lelaki itu, tetap saja dengan membunuh, bukan salah satu yang ia inginkan.

"JANGAN! JANGAN BUNUH DIA!"

Irene berdiri di depan Taehyung dengan merentangkan kedua tangannya, bermaksud untuk menghentikan orang-orang yang ingin menyulutkan api.

"Untuk apa kita membiarkan dia hidup. Dia sudah menghancurkan kota kita, rumah, keluarga, dan tempat tinggal, semuanya hancur akibat ulahnya!" Lelaki yang berbicara melangkah maju ingin melemparkan obor yang ia pegang. Namun, lagi-lagi Irene mencegahnya.

"Tidak, dia lelaki baik. Aku mengenalnya, ia sangat baik," bela Irene.

"Berhenti membelanya! Apa kau sudah dipengaruhi oleh orang itu?" Seorang lelaki geram menarik Irene menjauh dari depan Taehyung, menahan kedua tangan gadis itu agar tidak menganggu rencana mereka.

"Jangan..." lirik Irene. Jeritan kecil keluar dari bibirnya saat ia berusaha untuk lepas. Jeritannya semakin lama semakin besar ketika melihat Taehyung mulai disiram dengan minyak tanah. Air matanya mengalir turun tanpa diminta, tidak tau mengapa ia menangisi lelaki yang bukan siapa-siapanya. Hatinya ikut menjadi sakit, sangat sakit seperti luka yang didapat oleh Taehyung.

"CUKUP!! ISLAM TIDAK MENGAJARKAN UNTUK MEMBUNUH. AKU BERSAKSI PADA ALLAH BAHWA IA ADALAH LELAKI BAIK."

Suara melengking Irene terdengar sangat jelas hingga membuat orang-orang terdiam untuk sejenak. "Ia menolongku dari kelaparan..." suara Irene yang terdengar putus asa mampu membuat orang-orang untuk menatap dirinya. "Ia selalu melindungiku," ucapnya lagi, "tanpa dirinya, kita tidak akan mendapat bantuan yang begitu banyak. Ia mungkin memang musuh negara kita, tetapi coba lihat ketulusan hatinya untuk kali ini."

Keadaan menjadi sangat hening. Semua orang seketika saling pandang dengan merasa bersalah. Minyak tanah dan obor yang mereka pegang langsung mereka buang. "Kami akan memaafkanmu. Tapi, jangan kau injak tanah kami lagi. Pergi, sebelum kami berubah pikiran."

Tangan Irene terlepas bersamaan dengan bubarnya orang-orang. Ia terdiam mematung di tempat yang sama, memandang Taehyung yang duduk di tanah dengan menundukkan kepalanya. Air matanya telah kering. Tidak ada yang perlu ia bicarakan, karena Taehyung mungkin sudah mengerti bagaimana keinginannya untuk lelaki itu pergi. Dirinya berbalik ingin pergi dari sana namun suara lelaki itu menghentikannya.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau ikut denganku. Ayo, kita hidup bersama."

Irene melangkah tanpa memperdulikan ucapan itu. Ia akan menganggap bahwa semuanya telah selesai untuk mereka. Namun, ucapan Taehyung kali ini mampu menghentikan langkahnya.

"Aku menagih balasanmu!"

"Aku menagih balasanmu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang