Part +22

2K 380 159
                                    

Taehyung terbelenggu dalam pulau kosong tidak berpenghuni. Walaupun terlihat luas, bukan berarti ia bisa bergerak dengan bebas seperti yang ia mau. Badai telah berlalu, menyisakan udara dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang. Napas yang hangat menderu, menerpa kulit pucat yang membeku. Taehyung menenggelamkan wajahnya lebih dalam pada lipatan tangan dengan lutut yang menopang tangannya sendiri. Ia ingin tidur namun perutnya terasa lapar. Ia mengangkat kepalanya kembali dan meraih buah hutan yang ia dapat. Mengupasnya lalu memasukkan ke dalam mulut dengan tangan yang bergetar. Satu per satu, buah hutan itu masuk ke dalam mulutnya. Memberikannya harapan untuk bisa hidup sedikit lebih lama.

Tidak terasa, ia akan memakan buah terakhir yang ia punya. Tanpa ragu pun ia mengupasnya lagi. Ketika ia ingin memasukkannya ke dalam mulut, angin kencang kembali datang membuat pohon kelapa berayun-ayun. Suara berisik begitu nyaring tampak berada di atasnya. Ia mendongak, menatap benda terbang yang menciptakan keributan.

Matanya membulat, menyadari sebuah bantuan datang padanya. Ia bangun dengan tertatih-tatih berlari ke tengah pesisir pantai, menampakkan dirinya bahwa memang ada seorang manusia di pulau itu. Taehyung berteriak kencang di tengah gelapnya malam dan sunyinya kehidupan. Berharap ada secercah harapan untuknya, untuk dapat meninggalkan pulau ini dan bertemu dengan Irene.

.

.

.

Pagi menjelang. Dengan hati yang berat Irene melangkah menuju ruang persidangan. Semua seakan-akan berjalan lambat ketika Irene baru menyadari, jika dirinya mungkin akan kehilangan Taehyung. Keluar dari tahanan kini bukan lagi suatu kesenangan untuknya. Irene mendudukkan dirinya di hadapan sang hakim. Pandangannya lurus ke depan dengan tatapan yang kosong. Pikirannya terus terusik tentang Taehyung, Taehyung dan Taehyung. Tidak ada yang ia pikirkan selain lelakinya itu, ia bahkan tampak tidak peduli dengan jalannya sidang saat ini. Ia hanya berharap untuk bertemu Taehyung kembali. Bertemu dengan Taehyung dalam keadaan selamat.

Irene mendongak, menahan air mata yang ingin keluar dari kedua pelupuk matanya. Entah, sudah berapa banyak air mata yang Irene keluarkan untuk lelaki yang menjanjikan pernikahan padanya. Bahkan, belum sampai janji itu terlaksana, kabar buruk telah menimpa lelaki itu. Jadi sekarang, apa gunanya ia bebas atau pun tidak?

.

.

.

Taehyung berlari, mendengar bahwa Irene sedang melaksanakan sidang yang kedua dari seorang polisi yang menyelamatkannya. Ia menerobos keramaian rumah sakit, tanpa peduli teriakan dari seorang suster yang merawat nya.

Hati nya terasa sakit, mendengar Irene yang selalu menangisi dan menganggap bahwa ia telah tiada.

Tidak salah, jika Irene menganggap nya begitu. Siapa yang bisa percaya bahwa seseorang selamat dari jatuhnya sebuah pesawat. Hampir tidak pernah ia mendengar korban selamat setelah jatuh dari ketinggian dan terhempas ke dalam laut. Namun, Tuhan memberkati nya. Ia selamat atas kehendak Tuhan nya.

.

.

.

Irene masih dengan pandangannya yang kosong. Menunggu detik-detik keputusan hakim atas tuduhan yang diberikan padanya. Kata demi kata yang hakim itu ucapan, kalimat demi kalimat yang terlontar. Tetap tidak membuat Irene fokus pada sang hakim. Matanya terpejam, menghirup udara dengan dalam. Mengingat wajah-wajah tersenyumnya Taehyung padanya, mengingat genggaman tangan hangat lelaki itu di tangannya hingga pelukan singkat yang tanpa sengaja terjadi. Ia rindu, sangat rindu dengan semua itu.

"Mengingat, akan pasal yang tercantum dalam CC yaitu pasal 25 butir ke-1 yang berkenaan dengan perkara ini;.."

"MENGADILI...."

Mata Irene terbuka untuk menatap sang hakim. Keputusan untuk hidupnya sebentar lagi akan diucapan dari mulut sang hakim di depannya. Keputusan di mana ia akan keluar atau tetap berada di dalam penjara.

"Menyatakan Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana : PERCOBAAN PENCULIKAN, sebagaimana tercantum dalam Dakwaan;..."

"Menghukum Terdakwa dengan hukuman penjara dengan jangka waktu: Tiga tahun penjara..."

BRAKKKK

Tangan sang hakim yang ingin mengetuk palu seketika terhenti ketika pintu ruang sidang dibuka dengan kasar. Keadaan menjadi hening dan seluruh mata tertuju pada seseorang yang sekarang berdiri diambang pintu.

Irene menoleh dengan pelan. Menatap seseorang yang telah berani menganggu jalannya persidangan. Gadis itu berdiri, menatap dengan tidak percaya. Matanya kini mulai berkaca-kaca melihat lelaki yang tampak pucat dan terlihat berantakan berdiri menatapnya dalam kerinduan. Tubuhnya mulai bergetar, mulai menangis dengan mata yang tidak lepas dari lelaki yang selalu ia doakan.

Kakinya berlari membiarkan selendangnya jatuh begitu saja. Irene menabrakkan tubuhnya pada lelaki yang kini memeluknya sangat erat. Pelukan kerinduan, pelukan penyesalan, pelukan kebahagian, semua menjadi satu dalam eratnya pelukan. Isakan tangisnya semakin menjadi seiring dengan mengeratnya pelukan Taehyung padanya.

Taehyung menyesap dalam pucuk kepala Irene beberapa kali agar membuat gadis itu sedikit tenang. Jemari-jemari lelaki itu kini beralih pada pipi Irene untuk bisa menangkup pipi mulus gadis itu. Menghapus air mata dengan ibu jarinya.

"Besok atau selamanya... Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang