Part +31

2.1K 347 205
                                    

Bibi itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Taehyung dan Irene yang mendadak membeku di ambang pintu.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Irene tiba-tiba.

"Aku tidak tau," jawab Taehyung dengan spontan.

Taehyung kemudian menutup pintu rumahnya, lalu mengekor pada langkah Irene yang pelan. Ketika langkah Irene berhenti, lelaki itu bertanya-tanya seraya mengintip dari bahu kecil wanita itu. "Ada apa?" tanya Taehyung penasaran.

"Lihat anak ini..."

Mata Taehyung terbelalak saat anak titipan dari tetangganya itu menarik-narik leher dress milik Irene hingga memperlihatkan belahan dada istrinya, seolah-olah anak itu mencari sesuatu dari balik dress yang Irene kenakan. "Hai! Itu milikku!" Taehyung mencegah tangan anak itu agar tidak menarik-narik dress istrinya.

Bukannya Irene senang, wanita itu malah kesal ketika suaminya bertingkah seperti anak kecil yang memperebutkan dirinya. "Apa kau tidak malu begini!" Irene menjauhkan tangan suaminya yang mencegah anak itu untuk tidak menarik leher dressnya.

"Anak itu ingin merebut milikku!"

"Apa maksudmu?"

"Ia ingin mencuri harta berhargaku."

"Katakan dengan jelas!"

"Ia ingin--"

"M-MIMI!!" Seketika anak itu menangis kencang dalam gendongan Irene, itu juga membuat Irene maupun Taehyung menjadi kalang kabut dan mencari cara agar anak tersebut berhenti menangis.

Taehyung mencoba menghibur dengan memberi anak tersebut barang namun upaya Taehyung selalu ditolak oleh anak tetangganya itu. Sedangkan Irene, ia mencoba menenangkan anak tersebut dengan mengelus-elus pelan kepala sang anak, hasilnya pun tetap sama. Anak tersebut tetap saja tidak berhenti menangis.

"Hai! diam atau kubunuh!"

Saat itu juga Taehyung mendapat pukulan keras dari Irene di perutnya. "Bukan begitu cara menenangkannya!"

"Astaga, perutku," rintih suaminya itu. Tiba-tiba Taehyung punya sebuah ide yang terlintas begitu saja dipikirannya. "Hai anak kecil, kau mau uang?" Lelaki tampan itu memberikan selembar uang kertas. Dan itu tetap membuat sang anak menangis. "Tidak? Kau sungguh tidak mau?" Taehyung tidak mengerti lagi dengan cara apa agar anak tetangganya itu diam.

"M-MIMI! HUUAAAAA!"

Tangisan anak berumur tiga tahun tersebut semakin menjadi dan itu membuat pasangan suami-istri yang tidak tau apa-apa bertambah panik.

"Atau kau mau naik kuda-kudaan?" Tawaran Taehyung seolah angin yang dibiarkan berlalu oleh anak kecil tersebut.

"M-MIMI!!"

"Astaga! mimi siapa?" Suami Irene yang tampan itu kini mulai menyerah dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Taehyung berpikir secara keras, siapa sebenarnya mimi yang anak itu maksud.

Untuk beberapa saat sang anak mulai diam, terdiam, terdiam seraya tersenyum pada Taehyung. Perasaan Taehyung mulai tidak enak, ia menatap Irene yang juga menatapnya. Aroma mulai menyengat hingga memenuhi ruangan. Tangan Taehyung terangkat untuk menutup hidungnya.

"Bau apa ini?"

Irene pun menatap sekitarnya dan mencari asal bau busuk yang sungguh menganggu, hingga ke rongga hidung. "Baunya sangat dekat," ucap Irene.

Kekehan anak yang ada di gendongan Irene terdengar kembali, dan itu membuat Irene maupun Taehyung menjadi bingung.


Protttt.....


"AAHHHHHHHH!!" Teriakan Irene mampu membuat sang anak makin tertawa kencang.

Entah apa yang wanita itu rasakan, yang pasti ia merasa jijik sekaligus bingung. Ia bergerak untuk menyerahkan anak tersebut pada Taehyung. Namun, suaminya itu malah berteriak dan berlari kencang meninggalkannya.

.

.

.

Kini sepasang suami-istri yang sungguh polos dan tidak berpengalaman, duduk di atas ranjang menghadap anak yang telah bertelanjang, berbaring di atas ranjang dengan penurut karena ada permen di tangan anak tersebut. Irene dan Taehyung sama-sama terdiam memandang popok yang tidak tersentuh sama sekali.

"Bagaimana cara memakainya?" tanya Irene tanpa sadar.

Taehyung menggeleng pelan. "Yang aku tau hanya cara melempar granat, membantai musuh dan menghindari ranjau."

"Aku tidak perlu tau tentang itu." Irene berucap sedatar mungkin.

"Jadi?"

"Apa?"

"Kau ingin anak ini tetap bertelanjang seperti itu sampai bibi tetangga datang?"

Irene terdiam sejenak, ia berpikir bagaimana caranya memakaikan popok pada anak itu. Jangankan popok, Irene bener-bener buta segala hal tentang cara merawat seorang anak. Hidupnya tidak menyempatkan untuk belajar hal seperti itu.

"Pakaikan saja seperti memakai celana dalam."

Irene memandang popok tersebut dengan perasaan tidak yakin. "Apakah depan belakang sama saja?"

Tangan Taehyung tergerak untuk melihat bungkus popok berharap menemukan cara memakainya. "Kau lihat, Ini ditempel di sini lalu popoknya akan merekat."

Irene terdiam memperhatikan Taehyung yang mengajarinya, percayalah ia masih tidak percaya pada suaminya. "Kau yakin perekatnya di bawah? Di mana kakinya akan masuk?" Irene kesal untuk kesekian kalinya.

Taehyung tiba-tiba menepuk dahinya keras. "Aku menyerah." diiringi dengan berbaringnya ia di samping anak yang terlalu asik mengemut permen. "Bisa aku minta permennya juga?"

Taehyung bertanya pada anak yang seakan-akan mengerti ucapannya. Anak perempuan yang masih bertelanjang itu menyodorkan pada mulut Taehyung yang terbuka. "Hm... Ini enak," celetuk Taehyung.

"Ya... Nanak." Taehyung terkekeh pelan mendengar jawaban dari anak yang belum bisa berbicara dengan jelas.

Melihat itu, Irene terpanah pada sosok yang berbeda dari sis Taehyung. Sisi tegas dan menyeramkan hilang ketika lelaki itu tersenyum. Ia merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena bisa mendapatkan cinta dari lelaki itu.

Ketika Irene sedang asyik dengan pikirannya. Ia merasakan ada sesuatu yang membasahi dressnya. Ia tertunduk menatap dressnya, lalu menatap tubuh anak yang masih telanjang.



"AAHHHHHHHHHH! DIA KENCING!"



Baik Irene maupun Taehyung berlari keluar kamar karena jijik, meninggalkan sang anak yang tertawa kencang.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang