Part +66

1.3K 240 33
                                    

Kini Irene kembali, kembali menghirup udara gersang di negara timur tengah. Irak memang tempat terbaik untuknya, walaupun banyak konflik di sana, tetapi rasa damai dan tenang menyatu dalam ikatan dirinya. Ia tersenyum seraya bergumam bahwa ia akan baik-baik saja di sini, di sini jauh lebih baik dari segi mana pun. Ya, itu menurutnya.

"Kau yakin tidak apa-apa kutinggal kembali ke AS?"

Irene mengangguk pelan. "Tidak apa-apa. Bukankah kau masih ada pekerjaan di sana? Aku tetap akan di sini saja. Terima kasih sudah mencarikan aku rumah."

Jin tersenyum lalu mengambil sesuatu dalam saku celananya. Membuka dompet coklatnya dan menyodorkan pada Irene satu buah kartu kredit. "Pakai ini untuk keperluanmu."

Irene terheran sesekali menatap Jin dan kartu itu secara bergantian. Dirinya tersenyum tanpa ingin menerima kartu tersebut. "Tidak, Jin. Aku tidak pantas menerima ini. Kau sudah sangat baik mau membantuku pulang ke Irak."

"Ini bukan milikku, tapi milik Taehyung. Ia menitipkan ini padaku ketika kami bertemu di bandara."

"Dia ada di bandara?" Irene terkejut.

"Ya. Dia ada di bandara untuk melihat kepergiaanmu. Lagi pula, katanya kau masih menjadi tanggungan-nya sampai  melahirkan." Setelah Jin mengatakan itu, ia dapat merasakan aura kesedihan dari wanita yang berdiri di depannya, dengan tatapan yang kosong wanita itu berbalik berpura-pura menatap jendela dengan bahu yang bergetar. Sangat jelas bahwa Irene sedang menyembunyikan tangisnya. Yang harus ia lakukan sekarang, membiarkan wanita itu menangis. "Aku akan pergi sekarang," ucapnya pamit pada wanita yang kini hanya mengangguk lemah tanpa menatapnya. Ia paham, Irene perlu ruang untuk menenangkan hati.

Jin meletakkan kartu kredit milik Taehyung ke atas meja mundar ruang tamu. Dirinya juga meletakkan beberapa vitamin untuk ibu hamil titipan dari Taehyung di meja yang sama. "Jangan lupa minum vitaminmu, ini juga pemberian Taehyung. Ia berharap kau selalu dalam keadaan sehat."

Lelaki itu kini pergi meninggalkan Irene yang langsung menangis tanpa bisa ia bendung lagi, memukul dadanya yang sesak karena baru ini ia merasakan sakitnya perpisahan. Seandainya ia tidak berkeras hati untuk bertemu dengan Taehyung, ia mungkin tidak akan sesakit ini. Ya Allah, Jika ini memang yang terbaik, maka kuatkan aku.

Empat bulan kemudian...

Tanpa terasa waktu telah berlalu hingga kini Irene hanya perlu menunggu jelangnya kelahiran. Dirinya mengusap perut besarnya dengan mata terpejam, menghirup udara subuh menunggu terbitnya matahari di ufuk timur dengan duduk di teras rumah. Ia tinggal sendiri, namun masih ditemani oleh Jin yang tinggal tepat disebelah rumahnya. Mereka sengaja untuk tinggal bertetangga karena itu salah satu keinginan Taehyung. Ya, Taehyung meminta Jin untuk terus menjaganya.

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang