Part +16

1.9K 374 91
                                    

Irene terduduk di sudut ruangan dengan mendekap lututnya. Sudah tiga hari, ia di sini tersudut seorang diri. Teman-teman satu ruangannya tampak tertidur dengan nyaman. Buruk, berdiam diri bersama mereka itu adalah hal yang buruk. Ia merasa terasingkan karena sedikit lebih muda dari pada mereka. Mereka memang orang-orang yang melakukan kejahatan. Dan karena Irene terlihat lemah di mata mereka. Mereka jadi memperlakukan Irene seolah pembantu. Ia berdiri menuju wastafel untuk mensucikan diri. Membasuh dari wajah hingga ujung kaki. Berjalan pelan mengelar selimut hingga tampak seperti sajadah. Dengan dressnya yang panjang menjutai, ia hanya perlu menutup kepalanya dengan selendang panjang miliknya. Di awali dengan bismillah ia di panggil untuk melakukan shalat malam yang paling mulia.

.

.

.

Debu yang menyerbak dengan langkah kaki yang cepat menyelamatkan diri dari serangan musuh. Bukan hanya warga Irak, tentara AS pun berlari untuk melindungi diri. Tidak terduga, jika militer Irak bergerak lebih besar untuk menghadapi mereka. Taehyung, ia memegang lengannya yang terluka akibat serangan mendadak dari tentara Irak. Ia berbalik, berlari mencari celah untuk menyerang musuh. Saat dirinya benar-benar terdesak, ia terpaksa melempar granat dan membunuh mereka semua yang ingin merenggut nyawanya. Ayolah, Taehyung tidak ingin mati sekarang. Masih banyak yang harus ia lakukan. Belum lagi, ia belum melaksanakan janjinya pada Irene. Lelaki itu kembali mengisi senjata api-nya dengan peluru. Dan fokus pada sasaran untuk ia tembak.

Terdengar tebakan kedua, tebakan ketiga, bahkan tidak ada hentinya mendengar suara gemuruh, ledakan, tembakan, dan teriakan di kota itu.

Bisa dilihat bagaimana lihainya ketajaman mata Taehyung untuk mencari musuh. Satu sasaran, dua sasaran tidak ada yang meleset. Namun, seorang Taehyung tetap lah manusia. Ia juga bisa lengah. Iya, ia lengah saat satu peluru menembus kembali lengannya.

.

.

.

Bugh

Darah Irene berdesir merasa sebuah lemparan yang mengenai kepalanya. Mata yang awalnya terpejam dengan menadahkan tangan. Kini terbuka menatap sebuah bantal yang terletak di lantai yang baru saja mengenai kepalanya. Matanya berpaling pada seorang wanita yang terbangun dari baringnya, menatap Irene dengan tajam dan menusuk. Tangannya yang semula bertadah dengan perlahan turun dan terpangku di atas pahanya.

"BISA KAU DIAM! AKU TIDAK BISA TIDUR KARENA DOAMU ITU!"

Irene tidak menjawab, ia hanya diam menatap wanita yang marah padanya. Kemudian, tangannya tergerak untuk melipat selimut,yang sebelumnya ia jadikan sajadah.

"Bagaimana pun kau berdoa, kau tetap akan di penjara. Buat apa kau bersusah payah bangun di tengah malam begini. Dasar tidak waras!"

Seolah tidak mendengar, Irene mendiamkan lagi wanita yang berbicara padanya. Ia mendengar dengan jelas, bahkan sangat jelas. Hanya saja, ia tidak ingin membuat keributan. Keributan bukanlah hal yang patut ia lakukan. Ia bangkit dan melepas selendangnya.

"Aku meminta maaf padamu jika itu menganggumu tapi aku bahkan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Ku harap kau marah dengan alasan yang jelas."

Wanita yang mendengar jawaban Irene itu, menahan amarah, wajahnya memerah dengan mata yang semakin menatap tajam. "SIAL!" wanita itu mengumpat dan mengalihkan pandangannya pada Irene. Namun, kemudian pandangannya mengarah lagi pada Irene yang masih berdiri menghadap padanya. "Kembalikan bantalku!" pinta wanita itu.

Irene menatap sebentar bantal yang ada di samping kakinya, ia meraih bantal itu dan memberikan pada wanita yang masih menahan kesal. Dengan tersenyum Irene menyerah bantal itu. Bukannya berterima kasih karena Irene menuruti permintaannya. Wanita itu malah menendang Irene, membuat Irene terdorong beberapa langkah. Wanita itu bangun dari duduknya dan memukuli Irene lebih keras dengan emosi yang meledak-ledak.

"MATI SAJA KAU KEPARAT!"

"MATI SAJA KAU KEPARAT!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang