Part +25

2K 355 96
                                    

Suara berisik ketukan pintu menyadarkan Jin bahwa apartmen yang ia ketuk telah kosong. Ia tampak menghela napas kecewa. Sebenarnya, ia hanya ingin memberi Irene bingkisan untuk perpisahan mereka sebagai teman. Mungkin mereka tidak akan bertemu dalam jangka waktu yang lama karena ia punya bisnis yang mengharuskan ia tinggal di berbagai negara. Terlebih lagi, ia tidak tau kemana Irene pergi. Jin berbalik meninggalkan pintu apartemen milik Irene dengan langkah pelan dan kepala yanh menunduk. Ia sedikit kecewa karena Irene pergi tanpa mengucapkan perpisahan padanya. Ia sudah menganggap Irene teman. Teman yang manis dan juga baik.

Ketika langkahnya telah terhenti di pintu apartemennya sendiri dengan tangan yang ingin membuka kenop pintu, dua orang ibu-ibu melewatinya dengan membiarkan pembicaraan mereka terdengar sampai ke kuping Jin.

"Kau ingat, gadis muslim yang tinggal disini?"

"Iya, ada apa?"

"Kudengar ia bisa bebas dari tuduhan penculikan itu karena calon suaminya adalah tentara AS."

"Ah, Sungguh!"

"Iya. Bayangankan saja, calon suaminya pasti banyak koneksi jadi dengan mudahnya gadis itu bebas dari tuduhan."

"Berapa banyak calon suaminya itu menyuap polisi atau orang-orang yang terlibat. Sungguh, ini sangat gila."

"Tapi aku malah kasihan, mengapa calon suaminya itu mau dengan gadis muslim yang jelas-jelas buruk kelakuannya. Padahal masih banyak gadis baik seperti anakku."

"Benar, anakmu jauh lebih baik dan cantik."

Jin terdiam dengan tangan yang memegang kenop pintu, mengeleng pelan merasa lucu dengan pembicaraan yang barusan ia dengar. Dunia ini sungguh lucu.Di mana kenyataan kalah dari pernyataan bohong yang dibuat untuk menjatuhkan, ditambah dengan asumsi masing-masing yang tidak mau mencari kebenaran fakta tersebut.

.

.

.

Ayah Taehyung membanting berkas yang baru ia terima dari pemuda pembawa informasi. Napasnya tersengal-sengal karena marah yang tidak dapat di kontrol. Ia memijit pelipisnya dengan tangan yang menopang di meja. Akibat anak semata wayangnya, ia harus menanggung malu dengan berita yang telah beredar. Dirinya yang sebagai jenderal terhormat, diberitakan tidak becus mendidik anak seperti Taehyung.

Taehyung yang selalu pergi meninggalkan tugas, Taehyung yang tidak bisa mengutamakan tugas dan Taehyung yang terjerat cinta dengan musuh negaranya sendiri. Entah siapa yang menyebarkan informasi itu yang pasti berita itu sudah menyebar di kalangan tentara.

"Kau bisa pergi!" ucap sang jenderal, mencoba untuk mendinginkan kepala.

Pemuda pembawa informasi itu, berbalik berniat untuk keluar namun tubuhnya terhenti ketika melihat pintu terbuka lebih dulu. Sang jenderal pun terdiri dari duduknya. Raut wajah yang dingin membuat suasana yang tadinya panas, kini seketika membeku bak di kutub utara.

Taehyung melangkah memasuki ruangan dengan menggenggam erat tangan Irene yang sedikit berjalan di belakangnya. Tatapan tajam Taehyung bertemu dengan tatapan dingin ayahnya.

"Senang bertemu denganmu Aya--"

"APA YANG KAU LAKUKAN!" pukulan keras terdengar sangat nyaring di setiap sudut ruangan. "Kau tau, aku jenderalmu. Bagaimana bisa kau meninggalkan tugas begitu saja!"

Taehyung diam tanpa berniat untuk menjawab. Membiarkan ayahnya mengeluarkan amarah karena ia pantas mendapatkannya.

"Kau membuat nama baikku hancur hanya dengan kelakuanmu."

Related ✔️ [MASA REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang