IX - pt.1

707 92 0
                                    

Jooheon datang entah dari mana. Ia menghampiri Changkyun yang sedang menatap keluar dari jendela, seperti yang sering Jooheon lakukan dulu.

Tangan yang pucat dan dingin itu menyentuh bahu Changkyun sehingga mengalihkan perhatian Changkyun, ia menatap Jooheon lalu menangis.

"Changkyun, maaf" ucap Jooheon, ia juga ingin menangis

"Tidak Joo, aku yang minta maaf, andai saja aku tau jika ayah seperti itu, aku pasti akan menyelamatkanmu" ucap Changkyun sambil menangis

"Sebenarnya, aku tidak memberitahumu karena aku tidak mau kau membenci ayahmu, tapi sekarang, aku tidak suka jika kau akur dengan ayah, aku tidak suka kau dekat dengan orang yang aku benci, aku tidak suka kau mempunyai teman baru, jika kau mempunyai teman baru kau pasti akan melupakanku" ucap Jooheon

"Aku tidak tau, semuanya membuat aku pusing"

"Apa aku juga memusingkanmu?"

"Tentu saja Jooheon"

"Kenapa?"

"Karena kau bodoh! Andai saja kau tidak memutuskan untuk bunuh diri, semua ini tidak akan terjadi, dasar bodoh! Bodoh! Bodoh sekali! Tolol" Changkyun mulai kesal dan memukul mukul mejanya

"Karena kau tidak merasakan apa yang aku rasakan Changkyun" Jooheon sudah mulai menangis

"Tidak bisakah kau bercerita padaku? lalu apa gunanya aku sebagai teman? Aku pasti akan menolongmu, aku pasti akan membelamu"

"Bagaimana? Hiks... Bahkan bertemu denganmu saja sudah membuat ayah marah, coba bayangkan Changkyun, semua kesalahan yang terjadi, pasti aku yang disalahkan, aku adalah pelampiasan saat ayah sedang marah, kau mungkin akan membelaku, tapi ayah pasti akan marah padaku bukan kepadamu, aku yang kena Changkyun, hiks... " ucap Jooheon sambil menangis

Melihat Jooheon menangis membuat Changkyun merasa bersalah, ia seharusnya tidak menyalahkan Jooheon. Changkyun ingin menyentuh Jooheon namun Jooheon menjauh.

"M-maaf Jooheon, aku tidak bermaksud"

"Tidak apa Changkyun, iya aku salah, maaf sudah merepotkanmu, aku tidak akan menemuimu lagi, terima kasih" ucap Jooheon lalu menghilang entah kemana

"Jooheon... Jangan.... Pergi"









Saat makan malam. Hyunwoo dan ketiga anaknya berkumpul di ruang makan. Sangat tenang, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring, mereka tidak bicara, tidak seperti dulu.

"Aku ingin daging" ucap Hyungwon memecah keheningan

"Ambillah" ucap Hyunwoo

"Emmm ayah, kenapa ayah mengizinkan Wonho hyung ikut dengan ibunya?" tanya Hyungwon

"Biarlah, ia juga membutuhkan sosok seorang ibu" jawab Hyunwoo

"Kami juga ayah, kami merindukan ibu kami, kenapa ibu kami tidak menjemput kami?" ucap Hyungwon

"Ibu kan sudah tidak ada, ia sudah ada di surga, bagaimana cara ia menjemput kita?" ucap Kihyun

"Haruskah kita menyusul ibu ke surga?" tanya Changkyun

"Itu artinya kita mati, aku ingin masih hidup, tapi aku juga merindukan ibu" ucap Hyungwon

"Kenapa setiap orang yang kita sayangi selalu pergi? Apakah orang yang pergi itu selalu memiliki masalah dalam hidupnya?" tanya Changkyun

"Mungkin sudah takdir" jawab Kihyun

"Lalu, bagaimana orang yang bunuh diri? Apakah itu takdir mereka juga?"

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang