XLIII - pt.2

338 31 4
                                    

"Ayah, ayah"

"Hyunki? Siapa yang kau panggil?" tanya Theresa

"Ayah" ucap Hyunki sembari menunjuk ke arah pintu luar

"Hyunki, bisa kau panggil Jooheon hyung? Dan temannya" ucap Theresa mengalihkan pembicaraan

"Iya, t-tapi, ayah"

"Hyunki! Ayah sudah tidak ada! Cepatlah panggil hyungmu"

Theresa menatap ke arah yang Hyunki tunjuk. Tak ada siapapun. Bahkan pintu juga tertutup. Namun ia tak terlalu menghiraukannya, lagi pula Hyunki masih kecil.

Hyunki berlari dengan kaki kecilnya menuju kamar Jooheon, namun saat ia melangkahkan kakinya ke anak tangga kelima, tiba tiba saja Hyunki terpeleset, dan jatuh ke bawah.

Mendengar suara Hyunki yang jatuh, Theresa segera berlari dan mendapati Hyunki sedang menangis sangat kencang dengan kepala yang terluka dan sedikit berdarah.

"Hyunki!" Theresa segera memeluk dan menggendong Hyunki

"Ibuuu..... Ayah menarik kakiku" ucap Hyunki sembari menangis

Mendengar itu Theresa terkejut. Jantungnya berdebar sangat kencang. Apakah benar Hyunki melihat arwah ayahnya?

"Ibu Hyunki kenapa?" tanya Jooheon yang baru saja turun bersama Changkyun karena mendengar tangisan Hyunki yang sangat kencang

"I-ia terjatuh dari tangga" jawab Theresa

"Kenapa? Hyunki jangan bermain di tangga" ucap Jooheon

"Sudahlah, ibu akan mengobati Hyunki" ucap Theresa sembari meninggalkan Jooheon dan Changkyun yang sedang kebingungan






Theresa terus mengompres kepala Hyunki yang sedang tertidur. Jooheon menghampiri ibunya itu, lalu duduk di tepi ranjang.

"Jooheon ada yang ingin ibu tanyakan" ucap Theresa

"Tanyakanlah"

"Soal.... Ruangan di belakang, disana terdapat perkakas, t-tapi banyak noda darah, digunakan untuk apa?" ucap Theresa

Pertanyaan Theresa membuat Jooheon diam. Ia tidak tau harus menjawab apa. Theresa tidak tau jika alat alat itu digunakan untuk membunuh orang. Lagipula, Theresa tidak mengetahui jika Jooheon pernah membunuh orang. Hanya pembunuhan Yongguk saja yang Theresa tau jika pembunuhnya adalah Jooheon.

"I-itu..... Berburu" jawab Jooheon ragu

"Berburu? Bagaimana cara berburumu menggunakan gergaji, kapak dan segala macamnya? Ibu juga mendapati sebuah senjata api disana, bukan untuk berburu, ibu tau apa saja peralatan untuk berburu" ucap Theresa

"Aku menggunakan itu untuk memotong hewan buruanku"

"Jooheon, ibu tau kau sedang berbohong, tatapanmu berbeda"

Jooheon kembali terdiam. Apakah jika Theresa tau Jooheon seorang pembunuh, ia akan tetap betah tinggal bersama Jooheon? Apalagi tatapan Theresa pada Jooheon saat menguburkan Yongguk. Ia bisa melihat ketakutan di wajah ibunya saat menatapnya.

"Ibu maaf" ucap Jooheon

"A-aku, aku seorang pembunuh" lanjut Jooheon sembari menundukan kepalanya. Theresa mulai merasakan takut. Ia tidak berani menatap Jooheon.

"Ibu maafkan aku, aku melakukan itu karena suatu alasan, maafkan aku" ucap Jooheon dengan air mata yang sudah mengalir

"Ibu aku berjanji tidak akan melakukan itu lagi, aku bersumpah dihadapanmu ibu, aku tidak akan melakukan itu" lanjut Jooheon

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang