XXXIX - pt.2

270 28 4
                                    

"Kihyun, dimana Changkyun?" tanya Wonho sembari mendudukan dirinya di sofa

"D-dia, dia menginap di rumah teman sekolahnya, hyung" jawab Kihyun

"Apa kau jujur?" ucap Wonho menatap Kihyun dengan tajam

"Iya hyung" jawab Kihyun

"Tatap wajahku, apa kau sedang berbicara dengan lantai?" ucap Wonho

Kihyun menatap ke arah Wonho ragu. Ia takut jika Wonho tau dirinya sedang berbohong. Wonho beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kaki keluar.

Benar. Wonho hendak ke rumah Jooheon untuk memastikan jika Changkyun ada disana. Ia memberhentikan mobilnya di depan pagar rumah Jooheon. Dan benar saja, ia melihat Changkyun dan Jooheon yang sedang berdiri di ambang pintu.





"Memangnya kau mau kemana? Kenapa kau pergi malam malam begini?" tanya Changkyun

"Aku ada janji, jangan menungguku" jawab Jooheon

"Apa kau menemui seorang gadis?" tanya Changkyun lagi

"Memangnya kenapa jika aku menemui seorang gadis?" Jooheon balik bertanya

"Ti-tidak" jawab Changkyun sembari menundukan kepalanya

"Haha kau ini, aku tidak akan menemui gadis, ada seseorang yang harus aku temui" ucap Jooheon

"Hmm baiklah, hati hati, jangan terlalu lama" ucap Changkyun dibalas anggukan oleh Jooheon, lalu Jooheon meninggalkan Changkyun dan menuju ke mobilnya.

Mobil Jooheon sudah keluar. Diam diam Wonho mengikuti Jooheon kemana ia pergi. Wonho memberhentikan mobilnya saat mobil Jooheon mengarah ke sebuah rumah sakit.

"Apa yang ia lakukan disana?" gumam Wonho






Jooheon berlari menuju ruangan ibunya. Di depan pintu, ia menghentikan langkahnya, lalu mengintip di jendela kecil yang ada di pintu itu. Tak ada Yongguk. Ia tersenyum tipis, saat melihat ibunya baik baik saja.

Jooheon mengetuk lalu membuka pintu itu. Hanya ada ibunya dan Hyunki yang sedang duduk di sofa.

"Kau? Kenapa kau tau aku disini?" tanya Theresa

"Itu tidak penting, aku hanya ingin menemui ibuku" ucap Jooheon

"Ibumu? Saudaramu bilang jika ibumu sudah tiada" ucap Theresa dengan wajah yang bingung

"Saudaraku? Siapa? Aku tak memiliki saudara disini" ucap Jooheon

"Pria yang waktu itu datang ke rumahku dengan membawa foto dirimu, dia bilang kau baru saja kehilangan ibumu, maka dari itu, kau selalu bilang jika aku adalah ibumu" ucap Theresa

"Kau memang ibuku, ibuku belum meninggal" ucap Jooheon

"Keluarlah, kau membuat kepalaku sakit" ucap Theresa sembari memijat pelipisnya

"Maaf, tapi... " Jooheon menghentikan ucapannya

"Tapi apa?"

"Maukah kau memelukku? Sekali saja, kumohon" ucap Jooheon dengan mata yang berkaca kaca. Entah kenapa, tiba tiba Theresa merentangkan tangannya, ia tak menolak permintaan Jooheon.

Jooheon mendekat lalu memeluk ibunya itu. Sangat erat. Hati Jooheon menghangat saat ia dipeluk oleh ibunya. Jooheon sangat merindukan pelukan ibunya ini. Ia meneteskan air matanya namun bibirnya tersenyum. Walau hanya sebentar tapi Jooheon sudah merasa bahagia.

"Andai saja aku bisa merasakan ini setiap hari" ucap Jooheon. Dan tiba tiba air mata jatuh dari mata Theresa. Hatinya bergetar Jooheon mulai memeluknya. Theresa seperti merasakan sesuatu. Rasa kehilangan mungkin.

Jooheon melepaskan pelukannya, lalu mengelap air mata di pipinya.

"Terima kasih" ucap Jooheon.

Jooheon tau jika ibunya menangis. Ia mengulurkan tangannya lalu mengusap air mata yang membasahi pipi ibunya itu.

"Kenapa kau menangis?" tanya Jooheon

"Menangis?" dengan cepat Theresa mengusap pipinya dengan kasar

"Hyunki" panggil Jooheon, sedangkan ia hanya menatap Jooheon. Jooheon menghampiri anak itu, lalu berjongkok di hadapannya.

"Maukah kau berteman denganku?" tanya Jooheon, Hyunki hanya diam.

"Mau atau tidak? Jika mau genggamlah tanganku, jika tidak kau bisa mengabaikanku" ucap Jooheon sembari tersenyum. Lalu Hyunki mengangguk dan menggenggam tangan Jooheon sembari tersenyum. Jooheon pun tersenyum sembari menoleh pada ibunya. Tanpa sadar, Theresa pun ikut tersenyum.

"Lain kali aku akan bawakan permen untukmu, ya?" ucap Jooheon

"Iya, bawakan aku permen yang banyak, untukku, untukmu, untuk ibu dan ayah ya" ucap Hyunki

"Aku pergi dulu" ucap Jooheon sembari mengusak rambut Hyunki







Jam 9 malam.

Seperti yang Yongguk katakan. Jooheon sudah menunggu disana. Jangan lupakan Wonho yang membututi Jooheon. Wonho melihat seorang pria menemui Jooheon disana.

"Siapa yang anak itu temui?" gumam Wonho

Saat itu juga Wonho membulatkan matanya saat pria itu menodongkan pistol pada kepala Jooheon. Wonho segera keluar dari mobil lalu menghampiri mereka berdua. Ia merasa jika Jooheon dalam bahaya saat ini.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" teriak Wonho pada pria yang tidak lain adalah Yongguk. Yongguk menatap Wonho tajam. Ia menurunkan senjatanya. Saat Yongguk akan menghampiri Wonho, Jooheon menahannya.

"Jangan, jangan lakukan apapun padanya" ucap Jooheon, dan Yongguk mengikuti perkataan Jooheon.

"Turunkan senjatamu! Jangan sakiti dia!" teriak Wonho

"Jangan ikut campur tuan, jika kau ingin selamat pergilah" ucap Yongguk

"Jangan lakukan apapun padanya" ucap Wonho

"Wonho hyung, pergilah! Ini urusanku dengan pria ini" ucap Jooheon

"Tidak! Aku akan membawamu pulang" Wonho menghampiri Jooheon

"Berhenti disitu" ucap Yongguk, Wonho pun memberhentikan langkahnya

"Kenapa kau ingin menyakitinya?" tanya Wonho

"Kau ingin aku tak menyakiti anak ini kan? Maka dari itu pergilah" ucap Yongguk dengan tenang. Mendengar itu, Wonho menatap Jooheon.

"Pergilah hyung" ucap Jooheon.







disisi lain. Changkyun terus duduk di balik pintu. Menunggu Jooheon pulang. Ia sudah menelepon Jooheon namun ponselnya tidak aktif. Itu membuat Changkyun semakin khawatir. Apalagi saat Jooheon bilang jangan menunggunya.

Changkyun sudah mengirimkan pesan hingga beberapa kali. Ia menatap layar ponselnya. Berharap Jooheon menelepon atau membalas pesannya. Namun tetap saja, Jooheon tak membalasnya. Bahkan ponselnya masih tidak aktif. Changkyun hampir menangis gara gara mengkhawatirkan Jooheon.

"Jooheon cepatlah pulang, aku takut" ucap Changkyun

Tiba tiba saja, ia mendengar suara benda jatuh dari arah dapur. Changkyun segera berdiri. Ia menajamkan penglihatannya. Perlahan lahan Changkyun melangkah.

Dan saat itu juga sekelebat bayangan muncul. Seperti seseorang yang berlari, namun sangat cepat.

"Siapa itu?" ucap Changkyun

Tak ada jawaban. Namun Changkyun merasa ada seseorang berbisik di telinga kanannya. Hingga membuat Changkyun terjatuh.

"Seona! Jangan sakiti aku!" teriak Changkyun

Seona tak menjawabnya. Ia berdiri tepat di hadapan Changkyun. Menatapnya terus menerus, membuat Changkyun memalingkan wajahnya. Ia tidak berani menatap wajah Seona.

Beberapa menit Seona tak henti hentinya menatap Changkyun. Changkyun memberanikan dirinya untuk menatap Seona. Dan saat itu juga Changkyun tak sadarkan diri.

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang