XXIV - pt.1

401 54 14
                                    

*brukk

"Apa kau tidak melihat jalan huh? Apa jalan ini terlalu sempit untukmu?"

"Maaf, aku tak sengaja"

"Kau harus dihukum" ucap lelaki itu dengan mengeluarkan smirknya

Ditariknya gadis itu dengan kasar. Sampailah mereka di sebuah ruangan kosong, ruangan tak terpakai di sekolah itu.

Gadis itu menangis, ia tau apa yang akan lelaki itu lakukan padanya, bahkan sudah banyak korban si lelaki itu. Dililitkannya tali itu ke tubuh si gadis yang membuat gadis itu menangis sejadi jadinya, namun tak bersuara.

"Jangan macam macam padaku, mengerti?"

Gadis itu mengangguk dengan cepat. Saat gadis itu menatap mata lelaki itu, jantung lelaki itu berdegup dengan kencang. Tak biasanya ia seperti itu, pada korban yang lain ia merasa biasa saja, tapi entah kenapa tatapan dari gadis itu membuat perasaan lelaki itu campur aduk.

"Jangan menatapku seperti itu! Kau pikir aku akan melepaskanmu huh? Hanya karena kau memberikan tatapan memohon padaku? Tidak"

"Kumohon, jangan lakukan itu, kumohon....... Jihoo.... Hiks"

"Aku tak akan melakukan itu....... Disini"

Jihoo mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Mengusap air mata yang mengalir dipipi gadis tersebut menggunakan lidahnya, sesekali ia mengisap bibir gadis itu, tidak sekasar korban lainnya. Namun itu membuat gadis itu tidak nyaman, ia ingin melarikan diri dari iblis penghuni sekolah yang bernama Jihoo. Bahkan para gurupun angkat tangan dengan kelakuannya. Sudah berapa kali Jihoo mendapatkan hukuman, namun sepertinya ia tidak pernah menyesali perbuatannya. Bahkan ia pernah mengancam salah satu gurunya.

Jihoo melepaskan ikatan yang mengikat tubuh gadis itu.

"Saat pulang sekolah, ikut denganku, jika kau sampai kabur kau akan merasakan akibatnya" bisik Jihoo, lalu setelah itu ia pergi meninggalkan gadis itu

Gadis yang bernama Seona itu keluar dari ruangan, murid murid yang ada disana menatap kearahnya.





"Jihoo, mana gadis yang kau bilang tadi?" tanya Youngjae

"Ia akan datang"

"Sudah 30 menit kita menunggu disini, jika ia tidak datang, kita pulang saja" ucap Namjoo

"Sabar sedikit!"

Tak lama kemudian, gadis yang dimaksud datang menghampiri mereka berempat. Terukir senyuman diwajah Jihoo, bukan senyuman manis. Matanya menatap tajam kearah gadis itu. Youngjae menarik tangan gadis itu lalu menyuruhnya masuk kedalam mobil. Didalam mobil keadaan hening, sampai Jihoo angkat bicara untuk memecah keheningan.

"Siapa namamu?" tanya Jihoo sambil fokus menyetir

"Seona, Park Seona" Lirih gadis itu, hatinya masih dipenuhi ketakutan yang amat besar, banyak murid murid yang bilang, jika Jihoo tidak jadi memberikan 'hukuman' Pada korbannya, ia akan membunuhnya, tapi itu masih katanya saja, tapi tetap saja itu membuat Seona semakin takut.

"Hei jangan takut Seona, kita tak akan menyakitimu kok" ucap Youngjae

"A-apa yang akan k-kalian lakukan padaku? Biarkan aku pulang, hiks" Seona mulai menangis

Entah kenapa, Jihoo sama sekali tak merasa empati pada gadis itu. Ia bahkan merasa puas saat gadis itu mulai menangis dan memohon padanya. Jihoo suka jika ada yang memohon padanya.

"Hei! Bisakah kau berhenti menangis? Berisik sekali" teriak Jihoo

"Sudahlah Jihoo, biarkan gadis ini menangis, mungkin ini tangisannya yang terakhir kali, haha" ucap Hanbin

Mendengar ucapan Hanbin, Seona semakin takut. Ia harus bisa menahan tangisnya jika tidak mau dibentak oleh Jihoo lagi.




Sesampainya di panti. Jihoo mengurung gadis itu di ruangan sempit dan lembab, mungkin tempat yang biasa Hyunwoo lakukan saat menyiksa(?) Jooheon?

Seona sudah merasakan hawa yang tidak enak saat memasuki ruangan tersebut. Jika benar Seona akan dibunuh, maka bunuhlah sekarang juga, ia tidak ingin merasakan sebuah siksaan.

Gadis itu duduk sambil memeluk lututnya, berharap seseorang datang untuk membantunya membebaskan diri, jangan harap. Beberapa saat kemudian, Jihoo datang dengan membawa sebuah tali, tentu Seona tau apa yang akan Jihoo lakukan padanya dengan tali itu. Yang bisa gadis itu lakukan sekarang hanyalah pasrah. Ia berpikir, bahkan percuma untuk melawannya.

Dilemparnya tali itu ke hadapan Seona. Bahkan untuk melihat kaki Jihoo saja ia tak berani. Ia merasakan tatapan yang tajam dari Jihoo.

"Ikut aku" ucap Jihoo

"J-Jihoo... Aku ingin pulang.. Hiks" lirih Seona

"Kau bisa pulang, tapi ikut aku dulu" Jihoo menarik paksa Seona



Dijatuhkannya tubuh Seona ke atas ranjang milik Jihoo. Disana sudah ada Hanbin, Namjoo dan Youngjae.

"Kapan kita akan mulai? Aku sudah tak sabar" ucap Youngjae sambil memberikan smirknya

"Tidak" ucap Jihoo

"Apa? Kita tidak akan melakukan.... "

"Tidak, kalian bisa keluar sebentar? Aku ingin bicara dengan gadis ini" ucap Jihoo dingin

"Aish dasar, baiklah baiklah"

Hanbin, Namjoo dan Youngjae pun keluar dari kamar Jihoo. Kini hanya ada Jihoo dan Seona saja dikamar itu. Tubuh Seona sudah bergetar, ia menahan tangisnya, namun tetap saja air matanya menetes.

"Jangan menangis, aku tak akan melakukan apapun padamu" ucap Jihoo lembut

"Biarkan aku pulang"

"Aku sudah bilang bukan? Kau akan pulang, tapi sebelum itu, aku ingin bicara sesuatu padamu"

"Cepat bicaralah"

"Jadilah kekasihku"

"A-apa?!"

"Mau atau tidak? Tak apa kau menolakku, kau akan tetap pulang, namun..... Tidak dalam keadaan sehat, kau mungkin akan pulang dengan merangkak" ucap Jihoo diakhiri dengan kekehan

"Jika aku jadi kekasihmu, apa kau akan melakukan apapun yang kau mau padaku?"

"Tentu tidak, ayo cepat jawab!"

Seona ingin sekali menolak Jihoo, namun ia ingin masih tetap hidup. Perkataan Jihoo tak bisa dipercaya kali ini, sekarang mungkin ia berkata A tapi yang ia lakukan nanti adalah B. Jihoo berkata ia tidak akan bersikap seenaknya pada Seona jika Seona menjadi kekasihnya, namun bisa saja keesokan harinya bisa saja Seona menjadi 'budak'nya.

Seona mengangguk tanda ia menerima tawaran Jihoo untuk menjadi kekasihnya. Tentu itu membuat Jihoo gembira, tak lupa dengan smirknya.










Sudah dua hari Seona terkurung dalam kamar Jihoo. Bahkan ia masih memakai seragam sekolahnya, namun tak sebersih saat itu. Bajunya basah dan kotor, roknya penuh dengan darah. Bahkan kakinya dipenuhi oleh cairan berwarna merah itu, yang keluar dari 'lubang' miliknya. Tentu itu adalah ulah Jihoo. Bahkan untuk berjalan saja terasa sangat sakit. Rupanya sudah sangat kacau, matanya sembab akibat menangis tak berhenti.

Dengan dinginnya, Jihoo memasuki kamar. Dilemparkannya sebuah benda kecil ke hadapan Seona.

"Pakai itu, untuk mengetahui kau hamil atau tidak" ucap Jihoo setelahnya ia meninggalkan Seona di dalam kamar itu










"Lalu? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jihoo dengan wajah datar

"Kau harus bertanggung jawab" ucap Seona

"Haha... Kau pikir aku mau? Aku bisa membunuh calon bayi yang ada diperutmu sekarang juga"

"Jihoo, kumohon"

"Diam! gugurkan sekarang juga! Atau kau kubunuh"

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang