"Aku harus keluar dari tempat ini, dan menguburkan saudaraku dengan layak" ucap Jooheon sembari melihat saudaranya yang sudah tak hidup itu terbaring di ranjangnya.
Jooheon beranjak menuju jendela, ia mengintip jendela kamar Changkyun. Ia sudah melakukan kesalahan.
"Bagaimana kabar ibu? Aku benar benar merindukannya, bagaimana responnya saat ia mengetahui salah satu anaknya telah tiada? Ini semua salahku"
Saat Hyungwon ke dapur untuk mengambil segelas air, ia melihat ibunya tengah menyiapkan makanan. Entah untuk siapa, tapi makanan itu terlihat enak.
"Ibu, sekarang belum waktunya makan malam, ibu menyiapkan makanan untuk siapa?"
"Ini? Ini untuk ayahmu, dia sedikit tidak enak badan jadi ibu membuatkan makanan untuknya" jawab Helena
"Oh begitu, ibu, bisa ibu buatkan makanan ringan untukku? Dan untuk yang lainnya, hehe"
"Kau bisa menyuruh pelayan Hyungwon, ibu sangat sibuk, ayahmu sangat rewel saat sedang sakit"
"Hmm, baiklah" Hyungwon sedikit kecewa
Helena memasuki ruangan anak yang bernama Jooheon. Saat sedang berhadapan dengan Jooheon, diwajahnya hanya ada kebencian pada anak itu, matanya menatap Jooheon dengan tajam, ia tak pernah tersenyum pada anak itu. Namun ia tak pernah kasar seperti Hyunwoo, bisa dibilang, dia yang membuat Jooheon masih hidup sampai sekarang, memberinya makan dan mengurusnya.
Helena menyimpan makanan yang baru saja ia buat di atas meja, meja yang sudah berdebu dan dipenuhi sisa sisa makanan yang tumpah. Helena mengangkat wajah Jooheon.
"Aku bawakan makanan untukmu, kali ini kau harus menghabiskannya, lihatlah, kau kurus" ucap Helena dingin
"Bisa kah aku keluar dari sini? Aku ingin bertemu dengan ibu"
"Tidak"
"Kenapa? Apa salahku padamu dan keluargamu sampai kau menyekap kami disini?"
Helena berdiri, ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan itu.
"Hei jawab aku dulu!" teriak Jooheon
"Makanlah dan minum yang banyak, kau butuh banyak tenaga untuk berteriak" setelahnya Helena menutup pintu itu lalu menguncinya
"Dasar kau penyihir! Suatu saat kau akan mati dengan mengenaskan bedebah!" teriak Jooheon
Seperti biasa, Changkyun duduk dengan nyaman di dekat jendela. Ia lupa jika ia belum membaca surat dari Jooheon, namun saat ia mencarinya surat itu tidak ada.
"Kemana surat itu?" Changkyun hampir mengeluarkan semua barangnya dari laci
"Ini dia ketemu yeay" Changkyun sangat senang, namun saat ia membuka surat itu tak ada apapun, hanya sebuah kertas kosong.
"Apa apaan ini? Ia memberiku kertas kosong? Tunggu, jika ia memberiku kertas kosong, bagaimana ayah tau nama Jooheon?"
Changkyun menatap jendela kamar Jooheon, jendela itu masih tertutup. Changkyun melemparkan sebuah batu ke jendela kamar Jooheon sampai pecah.
"Hei! Keluar kau!" teriak Changkyun, beberapa detik kemudian munculah orang yang ia cari
"Kau memberiku kertas kosong? Kau mempermainkanku huh?" teriak Changkyun kesal
Jooheon menggeleng
"Lalu kenapa kertas ini kosong?" teriak Changkyun
Wonho menguping Changkyun dari luar. Kemudian ia membuka pintu itu, ia melihat Changkyun sedang berteriak sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just let me in
Random"Apapun yang kita lakukan, tentu kita akan dapat balasannya, dan kini aku akan membalaskan perbuatanmu padaku" "Berawal dari mimpi. Kehidupanku menjadi berubah. Aku seperti melupakan semuanya, dan hanya terfokus pada dirimu. Aku akan menemukan dirim...