XXVII - pt.2

261 37 8
                                    

"Jangan gila hyung! Aku yakin kita bisa mengembalikan Kihyun hyung" ucap Changkyun

"Tapi bagaimana Changkyun? Ibu sudah mengambil ayah juga, ia semakin kuat, ia bisa membunuh kita kapan saja" jawab Wonho

"Jangan mengambil keputusan begitu saja hyung, pasti ada cara untuk mengusir ibu dan ayah lalu mengembalikan Kihyun hyung"

"Ini gara gara diriku Kyun, seharusnya aku tidak membunuh ibu"

"Tidak hyung, ini bukan salahmu, berhenti menyalahkan dirimu"


Jooheon duduk di meja belajarnya, dengan menundukan kepalanya. Tangannya memainkan pensil lebah pemberian Changkyun dulu. Pensil itu belum pernah ia pakai, ia menyimpannya dengan baik di sebuah kotak.

Ia mengambil sebuah kertas. Ia harus melakukan sesuatu untuk menghilangkan rasa bosan dan sedihnya. Ia gunakan pensil dan kertas itu untuk menggambar. Entah kenapa tiba tiba ia ingin menggambar, ia sendiri pun tidak tau.

*prang

Jooheon terkejut saat sesuatu memecahkan kaca jendelanya.

"Hei jika bermain hati hati!" omel Jooheon

Disana ada seorang anak kecil dengan bola ditangannya. Anak itu menatap Jooheon dengan takut. Melihat itu, Jooheon menjadi merasa bersalah karena membentak anak itu. Ia pun mengambil sebuah makanan ringan lalu menghampiri anak itu.

Jooheon berjongkok untuk menyesuaikan tingginya dengan anak itu. Jooheon tersenyum sembari memberikan makanan ringan pada anak itu.

"Maafkan aku ya telah membentakmu" ucap Jooheon, namun anak itu masih menatap Jooheon dengan takut.

"Jangan takut, aku tak akan memarahimu, maaf, tadi aku terkejut" ucap Jooheon menenangkan anak itu

"Aku tidak takut padamu, tapi orang yang di belakangmu" ucap anak itu

"Aku sendirian, tak ada orang lagi di rumahku"

"Aku tidak tau, tapi itu membuatku takut" ucap anak itu sembari pergi, Jooheon menyernyitkan dahinya

"Dasar anak anak"

Mungkin yang dikatakan anak itu benar. Ada orang di belakang Jooheon.




Changkyun menatap sebuah benda yang terbakar. Api semakin membesar, dan bukannya menghindar, Changkyun hanya diam, menatap kobaran api itu dengan tenang. Hyungwon merasa terganggu dengan asap yang membuat ia terbatuk batuk. Ia pun mencari asal asap itu.

Ia menemukan Changkyun yang sedang berdiri di depan kobaran api. Api semakin menyebar. Jika Hyungwon tidak menarik Changkyun, api itu pasti akan mengenai Changkyun lalu membakarnya.

"Changkyun apa yang kau lakukan?" tanya Hyungwon dengan terbatuk batuk

"Membakar kenanganku bersama ayah dan ibu" jawab Changkyun dingin. Hyungwon memperhatikan benda yang terbakar itu. Sebuah foto dan juga benda benda lainnya. Ia segera mengambil air lalu menyiramkannya pada kobaran api itu hingga padam.

"Ini, ini semua foto keluarga kita, kenapa kau membakarnya Changkyun?!" bentak Hyungwon

"Karena setiap aku memandangnya aku hanya akan teringat dengan kejahatan yang ibu dan ayah lakukan"

Hyungwon merasa marah dan sedih. Ia tau ayahnya telah melakukan kejahatan, tetapi ia sudah mendapatkan balasannya. Ia mendorong Changkyun. Ia merasa marah pada adiknya itu.

"Tidak seharusnya kau melakukan ini! Itu masa lalu Changkyun lupakan lah!" bentak Hyungwon

"Aku tidak bisa melupakannya hyung!"

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang