XXXV - pt.2

248 31 6
                                    

Tiga hari kemudian. Jooheon sudah diperbolehkan pulang, namun ia harus masih beristirahat di rumahnya. Changkyun bersikeras untuk menemani Jooheon di rumahnya, namun Jooheon melarangnya. Ia tidak ingin Changkyun dimarahi oleh saudara saudaranya karena dirinya, dan ia juga tidak ingin terlalu merepotkan Changkyun.

"Jooheon nanti siapa yang akan memberimu obat? Nanti siapa yang akan menyiapkanmu makanan?" ucap Changkyun

"Aku bisa sendiri Changkyun, kau juga harus mengurus dirimu sendiri, bagaimana jika nanti kau sakit gara gara aku?" ucap Jooheon sembari berjalan

"Jooheon aku-" ucapan Changkyun terpotong oleh Jooheon

"Sebentar lagi hari kelulusanmu kan? Jangan terlalu memikirkan diriku Changkyun, bahkan aku tidak peduli pada diriku sekarang" ucap Jooheon

"Tapi aku peduli!" ucapan Changkyun membuat Jooheon menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap Changkyun.

"Dengar Jooheon, jangan bertingkah seolah olah tidak ada yang peduli padamu, lihatlah sekitarmu masih ada orang yang peduli padamu salah satunya aku, kenapa kau menjadi putus asa begitu? Hanya karena ayahmu?" ucap Changkyun

"Changkyun! Ini bukan hanya pria itu saja, tapi ibuku juga, bagaimana aku bisa membuat ibuku kembali mengenaliku jika pria itu selalu ada di dekatnya? Aku tidak tau harus apa lagi sekarang" ucap Jooheon

"Seharusnya kita tidak membahas ini dulu, maafkan aku, aku akan mengantarmu pulang" ucap Changkyun







Setelah Changkyun pulang, Jooheon masuk ke kamarnya. Ia duduk di sisi ranjang sembari menatap sebuah bingkai foto keluarganya. Ada dirinya, Jihoo, Seona, ibu dan ayahnya. Apa ia masih pantas untuk disebut ayah oleh Jooheon?

Jooheon mengusap wajahnya kasar sembari menunduk. Ia sangat ingin bertemu ibunya sejak lama, namun saat ia bertemu, ibunya tidak mengenalnya sama sekali. Jooheon mengambil bingkai itu, mengeluarkan fotonya dan merobek bagian ayahnya, kemudian ia kembali memasukan kembali foto itu ke bingkai dan menyimpannya.

Ia kembali menatap foto itu lalu tersenyum.

"Jika kau bisa menyingkirkanku dari ibu, aku juga pasti bisa mengkirkanmu dari dunia ini" ucap Jooheon

Namun tiba tiba, Jooheon merasakan hembusan angin di tengkuknya. Seperti ada yang meniupnya. Ia menoleh ke belakang, namun tak ada siapapun, hanya dirinya sendiri di kamar itu.

"Kumohon jangan lagi" gumam Jooheon







"Hyung" panggil Changkyun

"Ya?" jawab Wonho

"Eum... Aku... Aku ingin berbicara padamu" ucap Changkyun ragu

"Kau sedang berbicara padaku Kyun" Wonho mendekati Changkyun

"Maksudku, aku ingin bercerita, ini tentang Jooheon" ucap Changkyun, Wonho hanya mengangguk dan menuntun Changkyun untuk duduk

"Ceritalah" ucap Wonho

"Hyung, Jooheon sudah bertemu ibunya" ucap Changkyun

"Oh, baguslah, itu kabar baik" ucap Wonho

"Tapi, ibunya tidak ingat pada Jooheon, maukah kau membantuku? Membantu ingatan ibunya Jooheon kembali" ucap Changkyun

"Changkyun, bukannya aku tidak mau, hanya saja, itu akan sulit, dan juga itu artinya kita terlalu ikut mencampuri urusan orang lain" ucap Wonho

"Anggap saja sebagai penebus kesalahan ayah dulu, hyung temui dulu saja Jooheon, kumohon" ucap Changkyun memelas, dan itu membuat Wonho mengalah

"Baiklah, akan aku bantu" ucap Wonho yang membuat Changkyun tersenyum

"Ehem"

"M-Minhyuk hyung" ucap Changkyun agak terkejut

"Kau sudah makan?" tanya Minhyuk

"B-belum" jawab Changkyun

"Sepenting itukah Jooheon? Sampai kau lupa mengurus dirimu sendiri, memangnya jika kau sakit si Jooheon itu akan mengurusmu? Tidak" ucap Minhyuk dingin

"Hyung! Sampai kapan kau akan membenci orang yang tidak bersalah?" ucap Changkyun

"Tidak bersalah? Dia seorang pembunuh, kau bilang ia tidak bersalah?" ucap Minhyuk dengan menaikan nada bicaranya

"Cukup! Jangan membahas itu lagi! Aku mohon pada kalian jangan pernah membahas masa lalu lagi!" ucap Wonho tegas

"Wonho aku hanya-" ucapan Minhyuk terpotong oleh Wonho

"Minhyuk! keluar" ucap Wonho. Minhyuk melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Wonho, terlihat kekesalan di wajahnya. Wonho merasa bersalah karena telah membentak Minhyuk, tapi, apa yang Minhyuk katakan juga tidak benar, Minhyuk terlalu kasar pada Changkyun.

"Hyung" ucap Changkyun

"Ayo sana kau makan dulu, aku harus membereskan ini semua" ucap Wonho sembari merapikan tumpukan kertas yang berserakan di mejanya

"Maafkan aku" ucap Changkyun sebelum meninggalkan Wonho di kamarnya







Seseorang tengah menatap Jooheon yang sedang tertidur pulas di kamarnya. Entah kenapa, malam itu tidak seperti malam sebelumnya. Malam itu Jooheon tidak merasa gelisah ataupun ketakutan, ia juga tidak merasakan gangguan gangguan seperti biasanya, maka dari itu ia tidur lebih cepat. Seseorang yang sedang menatap Jooheon saat ini tidak memperlihatkan wajah yang menyeramkan, melainkan wajah yang manis dan cantik seperti semasa hidupnya.

Seona. Seseorang yang menatap Jooheon sedari tadi, melangkah mendekati Jooheon. Ia memperhatikan wajah tenang Jooheon saat sedang tidur. Matanya melirik sebuah bingkai foto di meja samping ranjang. Lalu ia meneteskan air matanya.

"Aku tidak terima atas apa yang kau lakukan oppa, kebohonganmu membuat aku mati, aku sangat marah padamu bahkan aku mulai membencimu, aku mulai merasuki dirimu untuk menyakitimu, kau adalah orang yang jahat! Kau jahat oppa! Tapi, ada yang lebih jahat darimu, yaitu ayahku, dia adalah pembohong besar, aku melihat apa yang ia lakukan padamu, saat ia menyakitimu, entah kenapa aku juga merasa sakit, bukankah aku seharusnya senang? Setiap hari aku selalu menyakitimu, jujur saja, aku masih memiliki rasa sayang padamu-"

"Seona?" ucap Jooheon yang sudah menatapnya

"O-oppa, kau bisa melihatku?" ucap Seona

"Seona, aku sangat merindukanmu" ucap Jooheon

"Tidak! Kau bohong! Kau tidak merindukanku! Jika kau merindukanku kau pasti akan menemuiku, kau pasti akan mengunjungi makamku tapi kau tidak!" ucap Seona sembari menangis

"Maaf" ucap Jooheon dengan menundukan kepalanya

"Tapi, apakah yang kau katakan itu benar? Kau masih menyayangiku?" tanya Jooheon

"Iya, tapi aku juga membencimu, benci karena kau sudah berbohong, kau juga meninggalkanku sendirian saat itu" ucap Seona

"Maaf karena aku sudah menjadi kakak yang buruk" ucap Jooheon yang mulai meneteskan air matanya

"Oppa, aku melihat apa yang ayahku lakukan padamu, aku tidak menyangka jika ayahku adalah orang jahat, ia tidak menyayangi kau dan Jihoo oppa" ucap Seona

"Di satu sisi aku ingin membalaskan perbuatanmu padaku, dan di sisi lain aku tidak terima jika ayahku menyakitimu, bahkan saat sudah mati pun aku tidak merasakan ketenangan" ucap Seona lagi

"Aku juga tidak merasakan ketenangan, soal ibu, Seona haruskan aku ikut bersamamu? Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi, jika aku mati kau dan ayahmu pasti akan merasa senang, kan?" ucap Jooheon

"Tidak! Jangan! Belum tentu kita akan bersama, tetaplah hidup, karena dengan mati belum tentu bisa menyelesaikan masalah, oppa, aku akan melakukan sesuatu pada ayah" ucap Seona

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Jooheon

"Aku akan mempersatukan ibu dan anak, aku bisa menyingkirkan ayah" ucap Seona dengan menampilkan senyuman miring

"Bagaimana?" tanya Jooheon lagi

"Biarkan aku masuk, dengan begitu kau bisa menghabisi ayah dengan tanganmu sendiri" ucap Seona

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang