XLIX - pt.2 (end)

413 26 8
                                    

"jangan menyakitinya, kumohon"

Changkyun berbicara sendiri dan terus berlari mencari Jooheon yang entah kemana. Terakhir ia melihat Jooheon dibawa oleh beberapa orang. Changkyun takut. Ia terus berlari sepanjang jalan yang sepi itu. Tak ada satu orang pun yang Changkyun lihat.

Disana hanya ada dirinya sendiri. Ia tak bisa meminta pertolongan. Air matanya tak terbendung lagi. Ia tak henti hentinya meneriakan nama Jooheon. Berharap Jooheon bisa mendengar teriakannya, dan balik memanggil Changkyun supaya ia tau dimana Jooheon berada.

"Jooheon!" Changkyun terus meneriaki nama itu

Di ujung jalan. Changkyun menghentikan langkahnya. Jantungnya serasa berhenti. Ia melihat Jooheon disana, bersama dengan beberapa orang yang membawa Jooheon. Jooheon menatap sendu Changkyun yang berdiri beberapa meter dihadapannya. Dengan tubuh yang sudah dipenuhi oleh darah, ia mencoba tersenyum pada Changkyun.

"Changkyun, maafkan aku" lirih Jooheon

Changkyun tak menjawab, namun ia mendengarnya. Entah kenapa semua tubuhnya terasa kaku. Ia tak bisa menghampiri Jooheon disana.

Orang orang itu. Orang yang membawa Jooheon secara kasar, adalah orang yang mati karena Jooheon.

"jangan, jangan lakukan apapun padanya" ucap Changkyun

Namun salah satu diantara mereka, menodongkan senjata api.

"kumohon jangan! Jangan menyakitinya!" ucap Changkyun

Changkyun berlutut. Memohon pada orang orang itu supaya tidak menyakiti Jooheon.

"kumohon jangan, kumohon jangan, hiks"

"ayah kumohon jangan lakukan itu!!" teriak Changkyun

Namun sedetik kemudian. Suara tembakan menggema. Satu peluru berhasil menembus tubuh Jooheon. Tepat di jantungnya. Hingga tubuh itu terjatuh dihadapan Changkyun.

"Jooheon!!"

Orang orang itu mulai menatap Changkyun.

"kau selanjutnya, Changkyun"

Changkyun menggeleng. Memohon pada mereka untuk tidak melakukan itu. Namun permohonan Changkyun sia sia. Peluru telah mengenai kepalanya.











Changkyun memijit kepalanya yang terasa sakit. Ia melihat kesekelilingnya. Bukankah ini di kamarnya, di rumah barunya lebih tepatnya.

Lalu ia menangis.

"kau baik baik saja?"

Changkyun langsung mendongkak saat mendengar suara itu. Lalu beranjak dari ranjangnya dan berlari menghampiri orang yang berdiri di ambang pintu dan langsung memeluknya.

"hiks..."

"eh? Kenapa kau menangis?"

"aku takut" ucap Changkyun

"takut kenapa?"

"aku takut kau akan meninggalkanku, lagi" ucap Changkyun. Jooheon menangkup wajah Changkyun, supaya Changkyun menatap dirinya. Lalu ia tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang sangat manis itu.

"kau selalu menemaniku, bagaimana aku bisa meninggalkanmu" ucap Jooheon

"a-aku bermimpi buruk, mimpi itu terasa sangat nyata, dan membuatku takut" ucap Changkyun

"jangan takut, aku ada disini" ucap Jooheon lembut

Changkyun mengangguk lalu kembali memeluk Jooheon, sangat erat. Dan Jooheon membalas pelukan itu.

"aku berjanji padamu, aku akan selalu berada disisimu, sampai kapanpun" ucap Jooheon

"tepatilah janjimu itu"

"aku akan menepatinya"

"aku mencintaimu, Lee Jooheon, sungguh" ucap Changkyun

"aku, aku juga mencintaimu" ucap Jooheon











END



























Kali ini beneran tamat :")
Makasih buat kalian yang udah baca cerita ini :"
Maaf masih berantakan :"

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang