XLVII - pt.2

262 29 23
                                    

Jooheon dan Theresa menatap Changkyun. Sebelum itu, Changkyun mengajak Jooheon dan ibunya ke kamar Jooheon, karena ia hanya ingin bicara pada mereka saja.

"cepat katakan apa yang ingin kau katakan" ucap Jooheon dingin

"Jooheon, ibu Theresa, H-Hyunki sudah-" Changkyun menghentikan ucapannya

"sudah apa?! Bicaralah yang jelas!" bentak Jooheon

"Hyunki sudah mati" ucap Changkyun

Theresa yang mendengar itu seketika merasa lemas. Ia merasa kakinya tidak kuat untuk menopang tubuhnya, dan saat itu juga, ia tidak sadarkan diri. Untungnya Jooheon dengan sigap menahan tubuh ibunya sebelum jatuh ke lantai.

"ibu, ibu bangunlah" ucap Jooheon, berharap ibunya membuka mata

"maaf, maafkan aku" ucap Changkyun

Jooheon tak mendengarkan Changkyun, ia menggendong ibunya lalu membaringkannya di atas ranjang miliknya.

"kenapa kau berkata seperti itu? Apa ada bukti jika Hyunki sudah mati? Katakan padaku Changkyun" ucap Jooheon

"a-aku, aku melihatnya sendiri, saat hari dimana Hyunki dibawa oleh seseorang ke hutan, saat itu juga aku mengikutinya, banyak keanehan yang terjadi, dan saat aku menemukan Hyunki, orang itu, orang itu menyerangku, lalu membunuh Hyunki tepat di hadapanku" ucap Changkyun bergetar

"cerita yang bagus" ucap Jooheon sembari meninggalkan Changkyun, namun Changkyun menahannya, ia menggenggam tangan Jooheon untuk tidak meninggalkannya

"kumohon percayalah padaku, aku ingin mengatakannya sejak saat itu juga, namun aku sangat takut"

"kenapa kau tidak mengatakannya saat itu juga? Jika kau benar benar melihat Hyunki mati di hadapanmu kenapa kau tak mengatakannya saat itu juga?" terlihat kemarahan di mata Jooheon

"karena aku takut, takut jika kau dan ibu Theresa mengira jika aku mengada ngada, awalnya pun aku merasa tidak percaya, namun itu benar benar nyata Jooheon" ucap Changkyun yang sedari tadi menahan untuk tidak mengeluarkan air mata

Jooheon hanya menatap Changkyun, lalu ia benar benar pergi dari sana. Menghampiri Kihyun dan Hyungwon yang sedang duduk di ruang tamu.

"hyung, ada berapa banyak polisi yang datang?" tanya Jooheon

"enam atau tujuh, mungkin" jawab Hyungwon

Jooheon menghela napasnya, lalu kembali ke kamarnya.

Changkyun yang masih berdiri menatap Jooheon dengan tatapan takut. Sedangkan Jooheon sibuk mencari sesuatu di lacinya. Changkyun terkejut setelah Jooheon mengeluarkan sebuah pistol dari laci tersebut.

"Jooheon apa yang akan kau lakukan?" ucap Changkyun bergetar

Jooheon tak menjawab, hanya menatap pistol itu.

"apakah aku masih bisa melindungi diriku?" ucap Jooheon

"maksudmu?"

"Hanbin, orang hilang yang polisi maksud itu adalah Hanbin, bagaimana jika mereka menemukan mayat Hanbin? Aku akan ditangkap" ucap Jooheon

"lalu untuk apa itu?" ucap Changkyun sembari menunjuk pistol yang Jooheon genggam

Jooheon mengarahkan pistol itu ke wajahnya

"untuk mengakhiri hidupku"

"jangan! Kumohon jangan! Jangan lakukan itu" ucap Changkyun sembari berlutut

"pasti akhirnya sama saja, aku pasti akan mati juga di tangan mereka, jika mereka menangkapku, kau tidak tau ketakutan yang aku rasakan Changkyun, sudah kukatakan jangan panggil polisi namun kalian tetap melakukan itu"

Changkyun berdiri. Ia menghampiri Jooheon yang sudah menangis itu. Melepaskan pistol dari tangan Jooheon, lalu memeluk Jooheon. Changkyun tau ketakutan seperti apa yang Jooheon rasakan. Maka dari itu, ia mencoba menenangkan Jooheon.

"Ayo kita pergi" ucap Changkyun

"Kemana?"

"Ke tempat dimana hanya kita saja yang tinggal, tak ada gangguan apapun, kita akan memulai hidup yang baru, melupakan semua ini seolah olah ini tidak pernah terjadi" ucap Changkyun

"Tidak mudah untuk melupakan Changkyun, sekeras apapun usaha kita untuk melupakan sesuatu, pasti suatu saat kita kembali mengingatnya" ucap Jooheon

*brak

"Jooheon!" ucap Wonho dengan wajah yang panik, Jooheon hanya menatap Wonho

"Hyunki, polisi menemukannya" ucap Wonho











Jooheon menatap sebuah peti yang baru saja diturunkan ke liang lahat. Tak menunjukan ekspresi apapun. Tetapi air mata yang keluar dari matanya menandakan bahwa ia sangat sedih dan terpukul.

Changkyun mencoba menenangkan Theresa yang terus menerus menangis dan berteriak memanggil putra kecilnya yang ada di dalam peti itu.

"Kami menemukan Hyunki di sebuah pohon dengan keadaan sudah tak bernyawa"

Kalimat itu terus terngiang ngiang di kepala Jooheon. Jooheon telah merenggut nyawa Yongguk, dan sekarang Yongguk merenggut nyawa adik Jooheon sekaligus putranya, Hyunki. Bukankah itu terdengar impas? nyawa yang dibayar dengan nyawa.











Semakin hari keadaan Theresa sangatlah buruk, sehingga ia diharuskan dirawat di rumah sakit. Tubuhnya semakin kurus dan melemah. Ia selalu menangis sembari memanggil nama Hyunki.

Semenjak itu, Theresa tidak memperlakukan Jooheon dengan baik, karena ia berpikir gara gara Jooheon lah Hyunki tewas.

Changkyun menepuk pundak Jooheon yang sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Ia duduk di sebelah lelaki yang ia cintai itu.

"bagaimana keadaan ibu?" ucap Changkyun

"semakin buruk, sudah tiga hari ia tidak mau makan, dan tak mau menemuiku" ucap Jooheon

"aku mengerti, eum... Apa kau sudah makan?" ucap Changkyun, dan Jooheon hanya menggeleng sebagai jawabannya

"ayo kita makan, aku yang traktir" ucap Changkyun, berharap lelaki di sebelahnya tersenyum dan mengangguk, tetapi yang Changkyun dapatkan berbanding terbalik dengan harapannya

"tidak terima kasih, aku tidak lapar" ucap Jooheon tanpa menoleh pada Changkyun

"ayolah, jangan biarkan perutmu kosong" ucap Changkyun

"entahlah, aku sudah tidak merasa peduli pada diriku"

"tapi aku peduli, ayo!"

Changkyun menarik tangan Jooheon. Membawanya ke sebuah cafe yang tak jauh dari rumah sakit. Changkyun berharap suasana hati Jooheon sedikit membaik, namun sama saja, tak ada perubahan.

"kenapa menjadi begini? Aku berharap kedepannya akan membaik, tapi malah sebaliknya" ucap Jooheon

Changkyun menggenggam tangan Jooheon dengan erat, bermaksud menenangkan lelaki berlesung pipi itu. Changkyun bisa melihat begitu banyak kesedihan dan penderitaan dimata Jooheon. Ia sudah sering merasakan kehilangan. Dan semua itu gara gara masa lalu. Masa lalu lah yang membuat semuanya menjadi kacau. Dan masa lalu itu adalah Hyunwoo.

"percayalah, suatu saat nanti semua ini akan berakhir" ucap Changkyun

"bagaimana jika semakin memburuk?" ucap Jooheon

"jangan berkata seperti itu, yakinlah"

"Changkyun" ucap Jooheon

"ya?"

"apa kau punya mimpi? Apa yang kau impikan di masa depan?" ucap Jooheon dengan nada yang tenang

"tentu saja, mimpiku adalah hidup denganmu" ucap Changkyun, Jooheon hanya tersenyum mendengarnya

"kau sangat mencintaiku" ucap Jooheon, mendengar itu Changkyun mengangguk dengan cepat

"kau? Apa mimpimu dimasa depan?" tanya Changkyun

"sama, hidup bersamamu" jawab Jooheon.

Ia terkekeh saat melihat wajah Changkyun yang sudah memerah karena jawabannya.

"di dunia yang lain" lanjutnya.

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang