VI - pt.2

390 51 1
                                    

'Walaupun kita hanya bertemu di mimpi, tapi aku merasa kita memiliki sebuah ikatan, di mimpiku kau adalah saudaraku, namun aku menganggapmu lebih dari sekadar saudara, kau adalah teman, sahabat, hyungku, kau segalanya, tiba tiba saja rasa ini muncul, rasa rinduku, aku tidak tau kau ada di dunia nyata atau hanya ada di mimpiku saja, tapi aku benar benar sangat merindukanmu, jika kau hanya ada di mimpiku, aku ingin setiap mimpi di tidurku terdapat dirimu, tapi saat aku melihat seorang anak yang sangat mirip denganmu menggenggam tanganku, aku yakin jika kau ada di dunia ini, dimanapun kau berada, aku sangat ingin bertemu dengamu, mungkin jika kita bertemu kau tidak akan mengenalku, tapi itu tak masalah untukku, aku hanya ingin melihat senyummu, senyumanmu itu sangat tulus walaupun hatimu sedang sedih, bagaimana tangan kecilmu memainkan pensil warna, bagaimana wajahmu saat fokus pada sesuatu, aku merindukannya, aku merindukan semuanya yang ada padamu, tolong balas suratku ini, karena aku yakin, ini adalah dirimu, Jooheon'

Changkyun melipat kertas yang baru saja ia tulis. Memasukannya pada sebuah kotak kecil berbentuk persegi panjang. Tak lupa ia memasukan sebuah pensil dengan lebah kecil diatasnya. Ia mengikat kotak itu dengan sebuah pita berwarna merah. Sesekali ia melirik jam dinding berbentuk jerapah yang dipasang di samping pintu kamarnya. Masih menunjukan pukul 6 sore.

Changkyun menandai di angka 8. Waktu saat anak itu muncul. Ia terus berdiam diri di jendela itu. Saat waktu sudah menunjukan jam 8 malam, benar saja, anak yang Changkyun tunggu menampakan dirinya. Dengan cepat Changkyun melambai padanya. Ia pun melempar kotak itu tepat ke jendela anak itu.

"Kumohon baca ya" teriak Changkyun lalu setelah itu ia menutup jendelanya

Anak itu membuka kotak yang Changkyun lempar. Didalamnya terdapat sebuah kertas dan pensil lebah. Anak itu tersenyum. Lalu ia membaca surat yang Changkyun tulis.

Entah kenapa hatinya merasa sakit saat ia membaca surat yang Changkyun tulis. Ia lalu mengambil sebuah kertas lalu mulai menulis.

Anak itu mengintip ke arah jendela Changkyun. Jendelanya tertutup, mungkin besok saja. Ia duduk di dekat jendela itu. Menatap bulan yang ditemani ribuan bintang.

"Bulan, kau pasti tidak pernah merasa kesepian kan? Kau ditemani oleh bintang, dan pasti saat ini banyak orang orang yang sedang mengajakmu bicara, aku salah satunya, pada siapa lagi aku bisa mengutarakan isi hatiku jika bukan padamu, seseorang yang selalu menemaniku sekarang sudah jauh dariku, ia sudah berada di dekatmu, aku merasa kesepian, aku tak memiliki teman, andai saja aku diberi kesempatan untuk memiliki seorang teman, aku akan menjaganya, aku akan melindunginya, saudaraku sudah tidak ada, aku meminta padamu bulan, jaga saudaraku, saat aku melihatmu, aku merasa saudaraku sedang bersamaku" ucap anak itu

Disisi lain. Changkyun menatap langit yang sama. Menatap bulan. Senyuman di bibirnya tak hilang hilang. Ia merasa hatinya mulai lega.

"Dimanapun kau berada, semoga kau baik baik saja, aku ingin menjadi temanmu, andai saja aku dipertemukan dengan dirimu, aku akan menjagamu, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu" ucap Changkyun, setelahnya ia menatap jendela yang tertutup dengan bekas pecahan di kacanya

"Aku yakin kau ada, Jooheon"







Wonho menemani Minhyuk yang sedang berbaring di kamarnya. Sesekali ia membacakan dongeng untuk adiknya itu, walaupun Minhyuk sudah cukup besar tetapi ia masih harus dibacakan dongeng. Minhyuk menatap langit langit kamarnya yang ia pasang gantungan berbentuk burung. Wajah hantu itu masih terbayang bayang dipikiran Minhyuk.

"Hyung" panggil Minhyuk

"Ada apa, hm?" jawab Wonho

"Aku takut"

"Tenang, aku ada disini, kau tidak perlu takut, oke?" ucap Wonho sembari mengusap kepala Minhyuk

"Hantu itu bilang jika ia akan membawa kita"

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang