XLVIII - pt.2

342 29 15
                                    

Changkyun menatap Jooheon. Mencoba mencerna perkataan Jooheon tadi. Hidup bersama di dunia yang lain. Apakah itu artinya mereka mati? Itu tidak bisa dibilang hidup bukan?

Changkyun memang ingin hidup bersama Jooheon, namun bukan seperti itu. Kehidupan yang cerah dan bahagia yang Changkyun inginkan. Kehidupan yang dipenuhi oleh senyuman dan tawa, bukan tangisan dan air mata.

"a-apa, apa maksudmu?" ucap Changkyun

Jooheon berdiri, menarik tangan Changkyun untuk keluar dari cafe itu.

"Jooheon kau mau membawaku kemana?" ucap Changkyun sembari melepas genggaman tangan Jooheon yang cukup keras itu

"Changkyun berjanjilah padaku kau akan bersamaku dimanapun, kau akan selalu ada untukku dimanapun, berjanjilah" ucap Jooheon

"aku akan selalu ada untukmu Jooheon, t-tapi apa maksudmu? Kita akan kemana?" ucap Changkyun

"bahkan jika aku mati kau akan selalu bersamaku kan?" ucap Jooheon

"Jooheon apa maksudmu?!"

"jika begitu ayo kita mati bersama"

*plak

Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi kanan Jooheon. Changkyun lah pelakunya.

"kau sudah gila Lee" ucap Changkyun

"iya!! Aku sudah gila!! Semua ini membuatku gila Changkyun! Seakan akan berada di dalam sebuah ruangan gelap, dimana kau harus keluar dari sana, dan hanya ada satu jalan yang menuntunmu keluar dari sana, dan jalan satu satunya itu adalah mati" ucap Jooheon

"dan kau tau itu jalan yang salah kan? Ingat Lee Jooheon, di dalam ruangan gelap itu kau tidak sendiri, aku ada disana, karena aku merasakan apa yang kau rasakan, dan aku akan berusaha mencari sebuah jalan lain untuk keluar, aku berjanji padamu, aku akan membuatmu keluar dari kesedihan dan penderitaanmu, itu janji Son Changkyun pada Lee Jooheon" ucap Changkyun

Jooheon menumpahkan air matanya. Memeluk Changkyun dengan erat. Benar, hanya Changkyun lah yang benar benar peduli dan merasakan apa yang ia rasakan.

"bawa aku keluar" ucap Jooheon




Jooheon berlari menuju kamar ibunya setelah mendapat telepon dari Wonho. Ia bisa melihat pintu kamar ibunya tertutup, dan mendapati Wonho yang sedang duduk di bangku depan ruangan itu.

"aku belum lama datang, dan saat aku datang, ibumu tak sadarkan diri, sekarang ia sedang ditangani oleh dokter" ucap Wonho

Melihat Jooheon yang begitu khawatir, Wonho pun menuntun Jooheon untuk duduk. Tak lama kemudian Changkyun datang dengan napas yang terengah engah karena berlari.

"oh sial, larimu sangat cepat, h-hyung, apa yang terjadi?" ucap Changkyun sembari menormalkan napasnya

"ibu Theresa, tak sadarkan diri" ucap Wonho

"a-apa?"

Beberapa menit kemudian dokter yang menangani Theresa keluar, untuk memberitahu kondisi Theresa saat ini.

"nyonya Theresa, ia sudah tiada"

"apa yang kau katakan?" ucap Changkyun

"maafkan kami" ucap dokter itu

Jooheon segera memasuki kamar ibunya, tanpa ingin mendengar dokter itu. Jooheon menatap tubuh ibunya yang terbaring dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Dokter itu benar, tak ada tanda tanda kehidupan dari Theresa. Ia sudah tiada.

Untuk kesekian kalinya Jooheon kehilangan lagi.

"Jooheon" ucap Changkyun.

"jika sekali lagi aku ditinggalkan, aku akan mengakhiri hidupku, aku bersumpah" ucap Jooheon

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang