XXV - pt.2

271 30 8
                                    

Changkyun menggigit kuku tangannya, sedangkan tangan yang satunya lagi sibuk memegang ponsel. Ia berkali kali menekan beberapa digit angka. Sialnya nomer itu masih tidak aktif. Sekali lagi ia menghubungi nomer itu, namun percuma. Ia beberapa kali mengirim pesan, namun tetap saja tak ada balasan.

"Jooheon aktifkan ponselmu sialan! Kau telah membuat kesalahan terbesar dan kau akan menyesal! Brengsek!" ucap Changkyun dengan napas yang memburu.

Ia melempar benda persegi itu ke ranjangnya. Kakinya mendang meja belajar sangat keras. Ia meremas rambutnya lalu berteriak frustasi. Ia yakin jika Jooheon masih hidup. Atau karena Changkyun tidak terima jika Jooheon mati?

"Changkyun, kau kenapa?" tanya Wonho yang baru saja datang karena mendengar Changkyun berteriak. Changkyun tak menjawabnya, ia tak tau harus bicara apa. Apalagi dengan kematian Seona, ia tak bisa mengatakannya. Ia terus menggigiti kukunya, lalu menggeleng. Wonho mengusap pundak Changkyun.

"Kau melukai jarimu" ucap Wonho. Changkyun menangis, ini pertama kalinya Changkyun menangis di hadapan Wonho setelah beberapa tahun.

"Katakan padaku, ada apa?" tanya Wonho lembut

"Bagaimana aku mengatakannya, aku takut hyung"

"Katakan saja pada hyung, hm?"

"Seona, ia mati hyung, ia bunuh diri" jawab Changkyun pelan. Wonho melepaskan pelukannya.

"A-apa? Jangan bercanda Kyun"

"Apa aku terlihat sedang bercanda hyung?" Wonho mengusap wajahnya kasar

"Hyung" Changkyun memeluk Wonho dan seketika tangisannya pecah





Pemuda itu menarik kerah pakaian orang di hadapannya. Ia mengambil sebuah pisau dan bersiap untuk menikam orang itu. Orang itu menyatukan kedua tangannya, ia memohon pada pemuda itu untuk tidak menyakitinya.

"Apa yang kau katakan?!"

"A-aku sungguh sungguh, gadis itu bunuh diri, ia... ia menjadi gila saat mengetahui bahwa kau mati kecelakaan, dan ia bunuh diri"

Pemuda itu, Jooheon. Ia manjatuhkan dirinya di lantai. Menarik rambutnya kasar. Ia menangis dan berteriak.

"Seharusnya tidak begini! Seharusnya tidak begini! Seona! Kenapa?!" Jooheon berteriak

Jooheon mendatangi 'makam'nya. Ia menendang batu nisan itu sembari berteriak seperti orang gila. Ia tidak tau jika Seona menjadi sakit saat mengetahui kematiannya. Jooheon memalsukan kematiannya supaya tidak ada lagi yang mencarinya terutama Seona. Tetapi apa yang ia lakukan justru membuat dirinya kehilangan Seona.






"Kenapa kau menemuiku? Bukankah kau sudah mati? Apa kau bangkit dari kubur?" ucap Changkyun dingin. Jooheon tak menjawab, ia hanya menatap Changkyun dengan tatapan kosong

"Apa yang kau lihat huh?! Saat Seona sudah tidak ada kau baru kembali? Kakak macam apa kau ini!" bentak Changkyun

"Marahi aku Changkyun, marahi sepuasmu, pukul aku, kau boleh menyiksaku, hiks.... kau, kau boleh menyakitiku"

"Bahkan ribuan kali kau dipukul tidak akan cukup untuk menghukummu" ucap Changkyun dingin

"Kalau begitu, bunuh aku saja"

*plak

"Gila kau!" ucap Changkyun setelah menampar Jooheon

"Lalu apa yang harus aku lakukan?! Huh?! Aku telah melakukan kesalahan Kyun...hiks.... Seona pergi karena keegoisanku, aku terlalu memikirkan diriku....hiks"

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang