XXIII - pt.1

389 56 15
                                    

Tampak seorang pria yang sedang turun dari taksi di depan gerbang panti. Dengan segera, Changkyun menghampiri pria tersebut. Ya, ia adalah teman Changkyun yang Changkyun minta untuk menjaga anak anak. Pria yang tidak terlalu tinggi dan terlihat imut memberikan senyuman terbaiknya pada Changkyun.

"Ayo masuk Jinhwan, akan aku perkenalkan kau pada anak anak" ajak Changkyun

Jinhwan hanya membalasnya dengan senyuman. Pria itu memperhatikan sekitar, namun dengan tatapan yang bisa dibilang gelisah.

"Kyun, berapa lama kau tinggal disini?" tanya Jinhwan

"Sejak aku dilahirkan"

"Jadi, ini rumahmu? Kenapa kau jadikan panti asuhan?"

"Tak apa, aku senang pada anak anak, aku ingin memberi perlindungan pada anak anak yang kurang beruntung"

"Kau memang seorang malaikat kyun"

Changkyun hanya membalasnya dengan senyuman


Sesampainya mereka di ruang keluarga. Changkyun segera memperkenalkan temannya itu pada anak anak. Dan mereka pun tak keberatan dengan sosok yang ada di depannya itu.

"Jinhwan, bisa kau pesankan aku taksi?"

"Baiklah"

"Hyung" panggil Jihoo

"Ya?"

"Cepatlah kembali"

Changkyun mengangguk lalu mengusak rambut pirang anak itu. Air mata mulai keluar dari mata sipit Jihoo, melihat itu Changkyun langsung memeluk Jihoo dengan erat, tentu ia pun menangis, kenapa harus menangis? Changkyun hanya pergi sebulan, tidak pergi untuk selamanya bukan?

Taksi yang Jinhwan pesan sudah menunggu di depan gerbang. Changkyun pun segera berpamitan.

"Jaga diri kalian, jangan merepotkan Jinhwan hyung ya!" ucap Changkyun

"Baik hyung, semoga selamat sampai tujuan hyuuungg" ucap Hanbin

"Hyuuungggg cepatlah kembali" ucap Youngjae

"Hwan, hati hati pada penghuni lama rumah ini" ucap Changkyun

"Apa? Apa maksudmu?"

"Haha, aku hanya bercanda, jaga anak anak, jangan sakiti mereka"

"Kau pikir aku gila?"

Changkyun hanya terkekeh

"Baiklah, aku harus pergi sekarang, sampai jumpa anak anak sampai jumpa Jinhwan, jaga Diri kalian ya"








Sudah hampir sebulan Jinhwan menjaga mereka, hanya tinggal menunggu Changkyun pulang seminggu lagi. Jinhwan merasakan selimutnya seperti ditarik, matanya terbuka secara perlahan, terlihat siluet seseorang bertubuh besar. Jinhwan kembali menutup matanya dan berharap ini hanyalah mimpi. Tapi tidak, mata gelapnya menatap tubuh mungil Jinhwan yang sedang meringkuk didalam selimut.

'Pergilah'

Hanya itu yang Jinhwan dengar, sebelum sosok itu benar benar menghilang dari hadapannya.








"Apa?!" ucap Jinhwan

Beberapa detik kemudian air mata keluar dari mata sipit Jinhwan. Ponsel yang ia pegang terjatuh dari genggamannya, sampai sang pemilik ikut terjatuh ke lantai, kakinya seakan tak bisa digerakan. Air mata membanjiri pipinya. Melihat itu, Hanbin, menghampiri Jinhwan dengan cepat.

"Hyung, kau kenapa?" tanya anak itu

Jinhwan tak sanggup menjawabnya karena tangisnya, ia hanya memeluk tubuh Hanbin

"Hyung kau... Ada apa? Kenapa kau menangis?" Hanbin semakin khawatir

"C-Changkyun.... Hiks..... I-ia"

"Changkyun hyung? Changkyun hyung kenapa?! Cepat katakan!" ucap Hanbin dengan sedikit membentak

"Ia t-tidak akan kembali lagi... Hiks"

"Apa maksudmu hah? Changkyun hyung pasti akan kembali! Jangan bicara sembarangan!"

"Pesawat yang Changkyun tumpangi mengalami kecelakaan... Hiks"

"Kau bohong! Jangan bicara sembarangan tentang hyungku!"

"Untuk apa aku bohong" Jinhwan menangis sejadi jadinya








Melihat seseorang yang disayangi dalam keadaan mengenaskan pasti sangatlah menyakitkan, itulah yang Jihoo, Hanbin, Youngjae dan Namjoo rasakan. Melihat Changkyun hyungnya dalam keadaan yang mengenaskan, mungkin jika bukan karena gelang yang terdapat pada tangan hancur itu, mayat itu tak dapat dikenali, karena memang benar benar hancur.

Saat pemakaman Changkyun, Hanbin, Youngjae dan Namjoo tak henti hentinya menangis, kecuali Jihoo. Anak itu hanya menatap peti yang sedang dimasukan ke dalam liang lahat dengan tatapan kecewa, kecewa karena Changkyun mengingkari janjinya untuk selalu bersamanya.

Jihoo berlari menjauhi area pemakaman, lalu setelah itu ia mengangis sejadi jadinya. Ternyata apa yang ia rasakan sebelum Changkyun pergi adalah sebuah firasat bahwa akan terjadi sesuatu pada hyungnya itu. Ia berlari menuju panti, memasuki kamarnya lalu mengambil mainan tanah liat berbentuk serigala yang Changkyun beri saat itu dari meja belajarnya. Digenggamnya mainan itu dengan keras.

"Hyung... K-kau tak menepati janjimu! Kau meninggalkanku hyung! Kau sama seperti Daniel! Pergi meninggalkanku!" ucap Jihoo lalu ia membanting mainan tanah liat itu ke lantai hingga terbelah dua.

Jihoo membaringkan dirinya diatas ranjang. Sebelum itu ia menutup tirai dan mematikan lampu, hingga ia dalam kegelapan. Ia benar benar membenci orang orang yang meninggalkannya, begitupun Changkyun dan Daniel. Meninggalkan Jihoo saat Jihoo sudah merasa nyaman.

Jihoo merasa jika kepalanya sedang diusap dengan lembut oleh seseorang. Ia pun membuka matanya perlahan, dan menemukan sosok Changkyun hyungnya. Dengan segera, ia mendudukan posisinya. Changkyun tersenyum pada Jihoo, senyuman yang benar benar indah dimata Jihoo.

"H-hyung" ucap Jihoo dengan air mata yang sudah menetes

"Maafkan hyung ya, hyung tidak bisa menepati janji hyung padamu, tapi.... Ini sudah takdir, bukannya hyung ingin meninggalkanmu, tapi waktuku sudah habis, Jihoo, jangan membenci hyung, begitu juga Daniel, karena bukan keinginan kami untuk meninggalkanmu, kau mungkin tidak bisa untuk bertemu dengan hyung lagi, tapi kau bisa bertemu dengan Daniel, hyung benar benar minta maaf padamu, kali ini hyung tidak ingin berjanji, tapi, hyung akan terus menjagamu, dari atas, hyung akan mengawasimu, dan kau tau Jihoo? Hyung akan bertemu dengan orang yang hyung rindukan selama ini, Jooheon, Kihyun, dan yang lainnya, hyung yakin pasti kau juga akan segera bertemu dengan orang yang kau rindukan, hyung harus pergi, jaga dirimu baik baik, jaga Hanbin, Youngjae dan Namjoo, jangan berbuat nakal lagi ya, hyung menyayangi kalian"

Tanpa sempat Jihoo peluk hyungnya itu, tubuh Changkyun perlahan memudar, memberikan senyuman terakhir yang akan Jihoo ingat selamanya.

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang