XLII - pt.2

319 30 9
                                    

Jooheon memasukan koper dan barang barang lainnya ke mobil. Sedangkan Theresa hanya diam. Melamun. Jooheon yang melihat itu langsung menghampiri ibunya.

"Ibu" panggil Jooheon

"Eh? M-maaf ibu melamun" ucap Theresa

Mereka memutuskan untuk duduk di pinggir danau. Tenang dan sunyi. Tangan Theresa sibuk mengelus kepala Hyunki yang tertidur di pangkuannya. Jooheon yang melihat itu tersenyum.

"Apakah saat aku seusia Hyunki, ibu memperlakukan aku seperti itu?" tanya Jooheon

"Ah... Ibu tidak ingat"

"Astaga, bodohnya kau Jooheon, ibu tidak ingat masa lalu" gumam Jooheon

"Oh ya, apa yang ibu pikirkan tadi?" tanya Jooheon

"Eum.... Yongguk"

"Jooheon, aku mencintainya, tapi juga membencinya, aku benar benar tidak menyangka ia adalah orang yang jahat, aku ingin sekali melupakannya, namun hatiku melarangku, karena masih ada rasa cinta yang aku miliki padanya, aku berpikir, sejahat apapun dia, tetapi ia pernah membuat hari hariku begitu berharga, ia pernah mengisi hidupku juga hatiku" ucap Theresa

"Apa ibu ingat pada ayahku? Apa kau ingat kau memiliki seorang suami sebelum Yongguk, ah... Kau tak mengingatnya, oh ya, aku ingin bertanya" ucap Jooheon

"Hm?"

"Bagaimana rasanya mencintai seseorang?"

"Kau belum pernah merasakannya?" Jooheon menggeleng ragu, Theresa terkekeh dibuatnya

"Biasanya anak seusiamu sudah jatuh cinta atau memiliki pacar" ucap Theresa diakhiri dengan kekehan

"A-aku, hanya tidak yakin" ucap Jooheon memalingkan pandangannya ke danau di hadapannya

"Rasanya, kau selalu merasa bahagia, kau akan selalu memikirkannya, kau selalu ingin dekat dengannya, kau ingin melindunginya, kau akan selalu mengutamakan orang yang kau cintai, bahkan rela mempertaruhkan nyawamu, namun akan terasa sangat sakit jika cintamu tak terbalaskan, seolah olah pengorbanan yang kau berikan itu sia sia, kau akan kehilangan semangat hidup, benar benar hancur"

"Hm.. Begitu"













Malam itu, setelah pembunuhan Yongguk.

Setelah Wonho menidurkan Changkyun di kamarnya. Jooheon masih berdiri di dekat tangga. Wonho menghampiri Jooheon, menepuk pundaknya.

"Bisa kita bicara?" ucap Wonho, Jooheon hanya mengangguk

Lalu mereka pun pergi ke halaman belakang.

"Apa yang akan kau bicarakan?" tanya Jooheon

"Soal kau dan Changkyun, kau ingat apa yang aku lihat malam itu?" ucap Wonho, mendengar itu Jooheon menundukan kepalanya dan meremas ujung jaketnya

"Changkyun jatuh cinta padamu, aku tak tau apa yang terjadi pada anak itu sampai menyukai laki laki, itu-" ucapan Wonho terpotong oleh Jooheon

"Tak ada apa apa, ia hanya jatuh cinta, apa salah?" tanya Jooheon

"Kau, juga jatuh cinta padanya?" Wonho balik bertanya

"Kami berteman dekat"

"Aku tau, saking dekatnya sampai berciuman"

"Changkyun yang mulai, aku-" ucapan Jooheon terpotong oleh Wonho

"Membalas ciuman itu, benar? Jooheon, apa kau jatuh cinta juga padanya?" ucap Wonho

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang