XIV - pt.1

532 75 9
                                    

"Terima kasih Changkyun"

Changkyun hanya menatap sosok itu. Ia tau, sosok itu akan pergi. Mereka akan berpisah.

"Kau sudah membantuku, sekarang aku merasa puas, aku bisa pergi sekarang, tidak akan ada yang menganggumu lagi, tidak akan ada yang menyusahkanmu lagi, namun kita akan tetap bersama kan? Aku akan selalu ada dihatimu, jangan marah padaku ya, maaf, dan terima kasih Changkyun, aku tidak akan melupakan kenangan kita, saat aku masih hidup maupun saat sudah mati, aku harap kau juga begitu, sekali lagi terima kasih" ucap Jooheon, ia tersenyum juga menangis

"Bisakah aku menyentuhmu? Jika bisa, biarkan aku memelukmu, bukankah kau ingin dipeluk?" ucap Changkyun

"Sangat ingin"

Jooheon mengulurkan tangannya, begitupun juga dengan Changkyun. Mereka saling menyentuh. Changkyun memeluk tubuh Jooheon yang lebih kecil darinya, asal kalian tau, Jooheon meninggal saat usianya masih 15 tahun.

Pelukan yang membuat keduanya nyaman, walau Changkyun harus merasakan tubuh Jooheon yang dingin, dan Jooheon merasakan kehangatan dari tubuh Changkyun.

"Jangan pergi" ucap Changkyun, ia tidak bisa menahan air matanya

"Aku juga tidak mau, tapi ini sudah waktunya"

Air mata mengalir di wajah pucat itu, namun bibirnya mengukir senyuman, senyuman yang sangat tulus. Jooheon bisa merasakan tubuh Changkyun yang bergetar karena menangis. Ia mengusap tubuh itu dengan lembut.

"Terima kasih sudah menjadi salah satu orang yang aku sayangi........Changkyun"

Tubuh itu perlahan memudar, mengeluarkan sebuah cahaya yang hangat. Sosok Jooheon kini tak bisa disentuh lagi. Ia benar benar sudah pergi. Meninggalkan sebuah senyuman, senyuman terakhir yang akan Changkyun ingat sampai kapanpun. Bahkan ia melupakan kejahatan yang ia perbuat hanya karena melihat senyumannya, senyuman yang amat manis, seperti yang pernah ia tunjukan semasa hidupnya.

Kini, Jooheonnya, sudah tidak bisa ia temui lagi, tidak bisa ia sentuh, dan tidak bisa ia lihat. Ia benar benar pergi, meninggalkan Changkyun. Hati Changkyun benar benar terluka.

"Dimanapun kau berada, Jooheon, tenanglah, kau tidak akan merasakan sakit lagi, aku yakin, kau akan merasa bahagia" gumam Changkyun sambil menangis

Itu adalah akhir dari Jooheon. Namun sebuah awal untuk Changkyun.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

7 tahun kemudian

"Anak anak saatnya makan siang"

Setelah mendengar perintah itu anak anak yang ada di panti asuhan itu segera turun dan duduk di meja makan. Masing masing anak diberi semangkuk sup dan nasi, lalu setelahnya diberi kue untuk makanan penutup, masing masing mendapatkan satu.

Pria itu hanya berdiri untuk mengawasi anak anak yang sedang makan. Terkadang ia menegur jika ada anak yang mengobrol saat makan, namun teguran yang lembut.

"Hyung kau sudah makan? Kenapa setiap saat kami makan kau selalu berdiri disitu? Kenapa tidak ikut makan bersama kita?" tanya salah satu anak bernama Hanbin

"Aku sudah makan" jawab pria itu dengan senyuman yang amat manis

"Hyuuungg aku kekenyangan" rengek salah satu anak

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang