XLIV - pt.2

339 35 8
                                    

"Bagaimana jika aku mencintaimu juga?"

Changkyun membelalakan matanya. Jantungnya kini berdebar sangat kencang. Apakah yang dikatakan Jooheon itu benar? Atau ia hanya sedang berhalusinasi?

Tidak.

Jooheon tidak mencintainya, ia hanya bertanya 'bagaimana'. Bukan berarti ia juga mencintai Changkyun. Kali ini ia tidak akan berharap terlalu tinggi. Karena jika harapan itu tak sesuai, ia akan jatuh, dan itu sakit sekali.

Changkyun mengelap air matanya, lalu menatap Jooheon.

"Aku akan sangat bahagia" jawab Changkyun

Jooheon memalingkan pandangannya ke sungai. Ia tersenyum.

"Kenapa? Kenapa kau tersenyum? Kau mengejekku? Mengejekku karena cintaku bertepuk sebelah tangan? Huh?" terlihat kekesalan di wajah Changkyun, sedangkan Jooheon tak menjawabnya, pandangannya masih fokus pada sungai yang ada di hadapannya itu.

"Hei! Jawab aku! Apa k-"

Changkyun membelalakan matanya saat bibir Jooheon menempel dengan bibirnya. Apa ia sedang tidak bermimpi? Jooheon menciumnya lebih dulu? Otak Changkyun penuh dengan pertanyaan seperti itu.

"Aku juga mencintaimu" bisik Jooheon

Changkyun merasakan jantungnya mau meledak sekarang juga. Di dalam hatinya seperti ada ribuan kupu kupu yang akan keluar, namun otaknya masih tidak percaya. Tidak percaya jika ini adalah nyata.

Jooheon benar benar mengatakannya.

Mengatakan jika ia mencintai Changkyun. Dengan segera ia memeluk Jooheon hingga mereka terjatuh di atas rerumputan tepi sungai. Pelukan yang Changkyun berikan sangatlah erat, seolah olah ia tidak membiarkan Jooheon lepas. Sedangkan Jooheon hanya tersenyum, sembari membalas pelukan Changkyun.








*brak

"Apa kau bilang?"

Wonho memukul meja dan menatap Changkyun dengan tatapan dingin. Sedangkan Changkyun hanya menatap kakaknya itu tanpa menjawab ucapan Wonho.

"Bisa aku bertemu dengan teman? Kekasih? Aku harus menyebutnya apa? Kekasih laki lakimu?" ucap Wonho

"Hyung, tidak bisakah aku menemukan kebahagiaanku sendiri? Jooheon adalah kebahagiaanku, aku tak mungkin meninggalkannya" ucap Changkyun

"Lalu apakah saudara saudaramu bukan kebahagiaanmu? Sekarang pilih, kehilangan Jooheon atau kehilangan kami?" ucap Wonho

"Hyung kenapa bertanya begitu?"

"Hanya tinggal memilih"

"Aku tak bisa menjawabnya! Kenapa kau membuatku terjebak hyung? Apakah kau berpikir jika pertanyaanmu itu membuat hatiku sakit? Kau tidak memikirkan perasaanku hyung" ucap Changkyun sembari menahan tangis

Wonho menghela napasnya. Memalingkan pandangan ke sembarang arah. Tiba tiba pintu terbuka, memperlihatkan Minhyuk yang datang menghampiri mereka.

"Changkyun, bisakah kau ikut denganku?" tanya Minhyuk

"Ya hyung" jawabnya, lalu Changkyun pun mengikuti Minhyuk






Jooheon dan Theresa menemani Hyunki yang tertidur pulas di ranjangnya. Jooheon memutuskan untuk tidur bersama Hyunki.

"Ibu, maukah kau mengelus kepalaku sampai aku tertidur?" ucap Jooheon

"Kau seperti Hyunki, selalu saja ingin dielus sebelum tidur, baiklah" ucap Theresa

"Terima kasih" ucap Jooheon

Theresa masih memikirkan perkataan Hyunki tadi siang, saat ia memanggil ayah dan saat terjatuh di tangga. Hatinya menjadi tidak tenang.





Jooheon terbangun karena mendengar tangisan Hyunki.  Namun saat ia membuka matanya, ia tak menemukan Hyunki di sampingnya. Dengan segera ia keluar dari kamar untuk mencari Hyunki.

Saat ia keluar dari kamar, ia merasa kepalanya sangat pening. Dengan langkah tertatih ia mencari Hyunki ke setiap ruangan. Sayangnya ia tidak menemukan Hyunki, bahkan di kamar ibunya.

Namun saat ia menuju ruang depan. Ia melihat Hyunki sedang berdiri sembari menangis. Namun tak sendiri. Hyunki ditemani oleh seseorang, bukan ibunya ataupun Changkyun. Melainkan ayahnya, Yongguk.

Ia ingin mengambil Hyunki.

Jooheon membelalakan matanya saat melihat sosok itu, sedang menggandeng tangan Hyunki. Lalu Jooheon menggeleng. Tangan besar sosok itu menyentuh bagian wajah kecil Hyunki.

*krakk

Sosok itu membunuh Hyunki dengan mematahkan lehernya.

"Yongguk!" teriak Jooheon, sedangkan sosok Yongguk itu hanya tersenyum miring

"Dia milikku, dan harus ikut denganku" ucap Yongguk sebelum sosoknya menghilang dan meninggalkan Hyunki yang tergeletak tak bernyawa juga Jooheon.




"Jooheon" panggil Theresa sembari membuka tirai

Jooheon membuka matanya perlahan saat sinar matahari menerpa wajahnya. Ia mendudukkan posisinya. Sialnya, kepalanya terasa sangat berat. Dan kejadian semalam. Mungkinkah itu mimpi buruk Jooheon?

Ia memalingkan pandangannya ke samping. Hyunki masih ada. Masih tertidur pulas di sampingnya. Kemudian Jooheon tersenyum melihat wajah damai adiknya yang sedang tertidur itu.

"Akhh"

Rasa sakit di kepala Jooheon semakin menjadi. Ia meremas rambutnya kasar dan kembali membaringkan tubuhnya.

"Jooheon kau kenapa?" tanya Theresa

"A-aku hanya sedikit pusing, jangan khawatir ibu, nanti juga akan membaik" ucap Jooheon

"Apa kau sakit? Kau pucat sekali, biar ibu buatkan kau makanan lalu setelah itu minum obat, kau istirahatlah" ucap Theresa

"Tunggu ibu" ucap Jooheon sembari menggenggam tangan ibunya

"Iya?"

"Bisa kau hubungi Changkyun?"

"Baiklah, akan ibu telepon" ucap Theresa kemudian ia meninggalkan Jooheon di kamar. Masih dengan Hyunki yang tertidur.











"Aku bermimpi buruk" ucap Jooheon sembari berbaring dengan paha Changkyun yang dijadikan bantalnya

"Apakah mimpi buruk itu yang membuat kepalamu menjadi sakit?" Tanya Changkyun sembari memijat lembut kepala Jooheon

"Iya"

"Memangnya mimpi apa kau semalam?" tanya Changkyun

"Yongguk, dan Hyunki, mimpi itu terasa sangat nyata"

"Aku harap kau tidak sepertiku, mimpiku menjadi kenyataan, mimpi burukku" ucap Changkyun

"Oh, tentang diriku?" tanya Jooheon, Changkyun hanya mengangguk

Tiba tiba, mereka mendengar Theresa berteriak. Changkyun segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri Theresa. Namun saat Jooheon hendak berdiri, Changkyun mencegahnya.

"Biar aku saja" ucap Changkyun

"T-tapi, ibu-"

"Kau istirahat saja, aku akan menemui ibumu" ucap Changkyun

Changkyun menghampiri Theresa ke halaman belakang. Dan melihat Theresa sedang berjalan sembari menggenggam tangan Hyunki. Entah akan kemana.

"Ibu!" panggil Changkyun

Namun Theresa tak menyaut, ia masih terus berjalan.

"ibu!" sekali lagi Changkyun memanggil

Tetap saja Theresa tak menyautnya. Changkyun melangkahkan kakinya, untuk mengikuti kemana Theresa pergi, dan kenapa melewati jalan belakang? Mungkin terlihat biasa saja, tapi tidak untuk Changkyun. Theresa terlihat aneh hari ini.

Just let me inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang