Bab 5 : Approcio

1.5K 262 262
                                    

[Distrik Jung –Seoul, Korea Selatan]

Seperti biasa, Seoul di siang hari sangat sibuk. Ini adalah jam kerja, semua orang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Para pegawai sedang bekerja, para siswa sedang belajar –atau mungkin bermain karena tiada guru yang mengajar, dan para Ibu Rumah Tangga sedang memasak atau membersihkan rumah mereka.

Cuaca hari ini cukup cerah, matahari menampakkan sinarnya walau musim dingin masih menerpa. Salju pun sempat turun beberapa saat yang lalu –kini sudah tidak. Suhu hari itu cukup dingin –saat yang tepat untuk menyantap segelas cokelat panas dengan marshmallow di atasnya.

Di hari yang dingin dengan jam kerja yang padat, para pegawai banyak yang mencuri waktu untuk menyeduh kopi atau cokelat panas guna menghangatkan tubuh mereka. Walau mereka tak sempat makan siang –atau mungkin yang beberapa di antaranya punya kesempatan, setidaknya mereka berusaha supaya mereka masih bisa mendapatkan asupan di hari yang dingin dan cukup menguras banyak energi.

Semua orang sedang sibuk melakukan pekerjaannya saat dia berjalan melewati kubikal-kubikal yang berada di ruangan besar itu.

Stilleto berwarna hijau emerald itu mendukung penampilan seorang wanita yang kini berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai tiga puluh –mengetuk pelan pintu ruangan yang semula tertutup dengan rapat, melangkah masuk ketika sudah mendapatkan jawaban dari yang berada di dalam sana.

"Tadi –siapa?" wanita tadi bertanya ketika dia sudah berada di dalam ruangan, berdiri tepat di depan seorang lelaki yang kini sedang berkutat dengan laptopnya. Lelaki di depannya mengangkat alisnya, melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya. Jemari panjangnya menutup laptop yang sedang digunakannya, mengalihkan atensinya pada seorang wanita yang hari ini tampak manis dengan pakaian berwarna serba hijau itu.

Seperti buah melon –batin lelaki itu.

"Oh –itu. Dia adalah orang yang berniat membantu kita nanti. Namanya Park Jihoon, dia adalah Mahasiswa Akting –jadi aku yakin dia sudah piawai dalam hal bermain peran", jawabnya dengan sedikit penjelasan.

Wanita di depannya manggut-manggut, kemudian mendudukkan tubuhnya di pinggir meja kerja sang lelaki, membuat lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya mengadahkan kepalanya guna menatapnya. Kekasihnya hari ini tampak sangat cantik, meski dia terlihat seperti buah melon yang berjalan karena bajunya yang serba hijau itu, tapi kecantikannya seakan tidak luntur.

"Kenapa harus dia, Lin?"

Kuanlin menautkan alisnya, sedikit bingung dengan maksud pertanyaan sang kekasih –Zhou Jieqiong.

"Memangnya kenapa, sayang? Apakah kamu mengenalnya?"

Jieqiong menggelengkan kepalanya, menyangkal pertanyaan Kuanlin. Jemarinya menggenggam pinggiran meja yang terbuat dari kayu jati –yang diimpor dari Asia Tenggara, tepatnya Jepara, Indonesia. Dia membiarkan rambutnya yang tergerai sebatas dada itu bergerak seiring gerakan kepalanya.

"Tidak, aku tidak mengenalnya sama sekali. Hanya saja –aku bertanya-tanya mengapa harus dia? Apakah tidak ada kandidat lain yang bisa kau pilih? Menurutku, wajahnya terlalu seperti anak kecil. Aku tidak yakin dia bisa membuat Daniel percaya jika dia adalah kekasihmu".

Kuanlin menghembuskan nafasnya dengan berat. Jika saja ada orang lain yang mengajukan diri untuk membantu dia dan Jieqiong –bukan malah menghujat hubungan terlarang itu, tentu saja dia akan memilih kandidat lainnya yang lebih meyakinkan. Sebab, Jieqiong berkata jika dia pernah mengatakan pada Daniel bahwa kekasih Kuanlin berusia 25 tahun.

"Jika saja ada orang lain yang mengajukan diri, mungkin aku akan memilih orang lain, sayang. Tapi, tidak ada lagi yang menghubungiku. Jadi, apa boleh buat? Yang paling penting, sekarang kita sudah menemukan orang untuk membantu kita, bukan? Sudahlah, sayang. Bagaimana pun rupanya, sepertinya tidak penting. Sepertinya dia juga bisa meyakinkan, kok".

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang