Bab 57 : Mavourneen

978 179 94
                                    

"Hentikan! Berhenti!"

Dia mendorong tubuh di depannya dengan cukup keras, cukup keras hingga mampu membuat sosok itu limbung ke belakang. Tidak peduli fakta jika yang didorongnya adalah seorang wanita. Sedikit terdengar kasar, namun tindakan agresif darinya bisa dikategorikan dalam sebuah pelecehan karena tiadanya konsensus.

Cepat-cepat dia mengambil langkah maju. Mendekati meja kerjanya yang beruntungnya berada tak jauh darinya. Menekan satu tombol di pesawat telepon, menghubungkannya dengan sekretaris pribadinya.

"Cho Seungyeon! Cepat kemari!"

"Darling! Why?!"

"Aku bukan darling! Hentikan! Hubungan kita sudah berakhir sejak lama, Jieqiong! Jangan berani kau datang kemari lagi untuk menghampiriku! Kau bahkan sudah mengajukan surat pengunduran diri padaku, untuk apa kau kemari lagi?!"

Sedikit meninggikan intonasinya, dia berusaha menegur wanita di depannya. Meski dia sudah tak punya perasaan sedikit pun pada seseorang yang dulu pernah bertahta di hatinya, namun dia masih berusaha untuk menghormati. Bagaimana pun juga, dia adalah seorang wanita.

"Hubungan kita tidak pernah berakhir, Kuanlin!"

"Kau meninggalkanku hampir satu tahun lamanya! Tanpa kabar sedikit pun darimu! Kau bilang, hubungan kita tidak berakhir? Konyol, Jieqiong! Kau bahkan berkencan dengan orang lain ketika kau pergi! Dengarlah, kembali pada suamimu! Dia mencintaimu dengan amat sangat!"

"Lalu, apakah kau tak mencintaiku?!"

"Tidak! Aku sudah mempunyai orang lain yang aku cintai! Kami akan segera menikah dalam waktu dekat! Jadi, kumohon dengan hormat, jangan datang kemari lagi dan ganggu aku!"

"D-darling! But why-?"

"Kau masih bertanya kenapa?! Bukankah semuanya sudah jelas?! Yak! Cho Seungyeon! Kenapa lama sekali?! Aku sudah bilang padamu, jika dia datang kemari, bawa dia pergi! Kenapa dia bisa berada di sini?! Bawa dia pergi, sekarang juga!"

Lelaki bernama lengkap Lai Kuanlin itu berusaha untuk mengatur nafasnya. Terlihat jelas urat-urat di kepalanya. Wajahnya tampak sedikit memerah, dia marah.

Jelas saja. Bagaimana dia tidak marah? Ketika dia sedang serius-seriusnya bekerja, seorang wanita membuka lebar pintu ruangannya. Masuk dan langsung mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya. Dan lagi, wanita itu adalah mantan kekasihnya.

Bukankah dia pantas marah dengan tindakan lancang yang tertuju padanya?

"Bawa dia keluar. Sekarang!"

"Baik, Direktur!" Sekretaris pribadinya mengangguk dengan patuh. Dia segera mengajak wanita berstiletto merah itu pergi ke luar ruangan.

"Kuanlin! Katakan padaku, siapa?!"

"Siapa apanya?! Cepat keluar! Tak usah tanya-tanya lagi! Kau pikir ini gerai perbelanjaan yang bisa kau tanya-tanya?!" Kuanlin meninggikan suaranya.

Beruntung, Seungyeon adalah sekretaris yang lihai. Dia menarik paksa Jieqiong dan membawanya keluar. Kuanlin hanya bisa menghela nafas, menggosok bibirnya sendiri dengan menggunakan punggung tangannya, kasar.

Pikirannya berkecamuk. Dia membutuhkan Jihoon sekarang.

Lelaki itu menggapai ponselnya. Menekan beberapa tombol, menghubungi Jihoon kemudian. Kuanlin menempelkan ponselnya di daun telinganya, dia mendengar nada sambung dengan jelas.

Panggilannya tak diangkat oleh Jihoon.

Kuanlin berdecak. Dia mengacak-acak rambutnya sendiri. Perasaan menyesal menyelimuti hatinya. Meski dia tahu, Jihoon tak akan melihat kejadian tadi, namun tetap saja -dia menjaga kepercayaan yang Jihoon beri padanya.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang