Bab 36 : Turtledove

1.1K 227 77
                                    

Purnama menampakkan dirinya di malam musim semi. Memancarkan cahaya kekuningan yang pendarannya dikalahkan oleh matahari siang hari. Menghiasi malam yang indah untuk dinikmati.

Angin malam musim semi berembus dengan cukup kencang, mampu meniup daun-daun yang setianya bertengger di ranting pohon. Mungkin mereka memang sudah tidak menempel dengan laik sehingga angin mampu membuat mereka goyah. Entah apa alasannya, hanya sang daun yang tahu.

Purnama sempurna jarang menunjukkan eksistensi dirinya. Namun kini dia muncul, ditemani dengan bintang-bintang yang menjadi kawannya bersinar di malam gelap. Purnama menjadi suatu hal yang dirindukan sebagian orang, menanti munculnya dengan teleskop yang sudah terpajang di dekat jendela kamar.

Seperti yang kini dilakukan lelaki berkaus kuning gading. Dia berdiri, memandangi purnama melalui teleskop miliknya yang sudah bersama dengannya sejak dia kecil. Menyunggingkan seulas senyuman kala dia menatap purnama yang tampak indah.

Senyumannya mereda kala dia teringat akan sesuatu.

Dia beranjak dari tempatnya, pergi keluar dari bilik miliknya kala mendengar suara pintu terbuka dari luar. Orang yang ditunggunya sejak tadi sudah kembali. Dengan segera dia pergi ke bilik milik orang yang ditunggu —milik sang adik.

Mengarahkan tangannya untuk mengetuk pintu berwarna putih tulang, menciptakan suara ketukan yang terdengar cukup teruk. Mendapatkan jawaban dari dalam sana, dia membuka pintu untuk masuk ke dalam bilik yang terasa cukup hangat.

"Oh, hyung. Ada apa?"

Sang adik bicara begitu dia menemukan eksistensi kakaknya. Dia menyimpan tas jinjing dari kulit lembu yang biasa dibawanya saban hari, menatap sang kakak yang kini berdiri di ambang pintu. Penampilannya tampak sedikit acak-acakan, dia baru saja kembali dari aktivitasnya.

"Hyunjin, bolehkah aku meminjam beberapa buku? Tentang kriminal —semacamnya," sang kakak berucap kikuk.

Hyunjin menganggukkan kepalanya, tanda setuju. Dia melepas mantel tebal yang dipakainya, menyampirnya di gantungan pakaian.

"Oh, tentu. Cari saja yang hyung butuhkan. Aku punya cukup banyak sepertinya. Apakah yang kau maksud seri dari Sherlock Holmes?"

Sang kakak berjalan menuju rak buku yang ada di sudut ruangan seusai mendapatkan persetujuan. Matanya menilik satu per satu judul buku yang berada di rak buku milik adiknya. Mencari beberapa judul yang menarik atensinya.

"Ya, semacam itu."

"Semua ada di sana, hyung bisa ambil apa saja yang hyung mau. Memangnya, kenapa tiba-tiba hyung ingin membaca buku tentang itu?"

Kakaknya —si rupawan Hwang Minhyun menghentikan pergerakan tangannya. Menarik nafasnya sejenak sebelum kembali berucap.

"Untuk referensi —begitulah," ucapnya.

"Tidak seperti biasanya hyung ingin menulis cerita dengan haluan begitu. Biasanya kau akan menulis roman, seperti buku terakhirmu itu," sang adik memperhatikan punggung kakaknya yang masih berdiri di sisi rak.

"Omong-omong, apakah kau sudah memberikan bukunya pada si rambut merah? Bagaimana reaksinya?"

Hyunjin melanjutkan bicaranya. Dia teringat akan buku yang ditulis kakaknya, yang dikatakan hendak diberikan pada pujaan hati kakaknya. Tapi, dia tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Perihal buku itu sudah berpindah tangan atau belum, dia belum bertanya pada sang kakak.

"Belum kuberikan."

Minhyun mendesah di akhir kalimat pendeknya. Dia berbalik, menatap Hyunjin yang duduk di pinggiran ranjang. Hyunjin menautkan alisnya, seakan bertanya mengapa kakaknya tak kunjung mengungkapkan perasaannya.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang