Bab 32 : Onerous

1K 210 64
                                    

Langkahnya sedikit terbata.

Dia memasuki sebuah ruangan -ruang kamar sewa selama tujuh harinya, setelah menempelkan kartu kunci kamarnya. Kakinya merasa sedikit berat. Dia kembali ke kamar dengan satu kantung plastik berukuran cukup besar yang diisinya dengan banyak barang.

Lima kaleng bir. Makanan ringan keripik kentang. Cokelat. Dan makanan serta minuman lainnya yang baru saja dia dapatkan dari swalayan dekat hotelnya.

Dia berencana untuk mabuk malam ini, namun enggan pergi ke bar. Dia hanya ingin sendirian di malam berbintang ini. Mendinginkan pikirannya, sekaligus hatinya yang berkecamuk dirundung nestapa.

Menaruh plastik-plastik itu di atas meja hotel, dia melempar tubuhnya ke atas ranjang yang masih tertata rapi. Mungkin pelayanan kamar baru tiba setelah dia pergi keluar tadi.

Matanya terpejam. Jemarinya dia gunakan untuk melonggarkan dasi yang melilit lehernya, melepasnya kemudian. Membuka sebagian kancing kemejanya, menutup mata dengan tangannya kemudian.

Seorang lelaki dewasa seperti Lai Kuanlin ternyata masih bisa mengalami peristiwa beratnya otak. Seorang lelaki mapan seperti Lai Kuanlin, yang bisa melakukan apa saja, masih bisa mengalami kekalutan disebabkan oleh cinta.

Keadaan kamarnya yang aram temaram seakan menggambarkan suasana hatinya sekarang. Diakibatkan oleh seorang wanita yang penampilannya sedikit banyak berubah, namun masih bisa dikenali olehnya karena suara si wanita yang selalu melekat di benaknya, kini keadaannya tampak sedikit mengenaskan.

Dia adalah lelaki dewasa yang sebenarnya lugu, tertutupi dengan imej dan penampilannya yang selalu tampak antun, seakan tanpa kekurangan sedikit pun. Tidak ada yang tahu bagaimana dirinya yang sebenarnya. Bagaimana perasaannya, bagaimana pemikirannya.

Seorang lelaki yang kekurangan afeksi sejak dini, tumbuh dan berkembang di lingkungan yang serba tertata—dengan banyaknya keistimewaan yang mengiringi, dia hampir tidak pernah terlihat kekurangan. Hanya dia dan orang terdekatnya yang paham jika dia tidak pernah menerima afeksi seperti yang diterima orang lain.

Menyebabkannya bahagia ketika dia menerima afeksi dari orang lain —seseorang yang salah, yang seharusnya tidak bisa dia jadikan sebagai tempat hatinya bertambat. Seharusnya tidak bisa. Namun, dengan seuntai kalimat konyol yang bersarang di benaknya kala itu, entah bagaimana dia menjadikan wanita itu sebagai juwita hatinya.

Dia bahkan tahu, perasaan yang disimpannya sudah salah sejak awal. Tapi, siapa mengira jika gayung bersambut, kata berjawab benar adanya. Cintanya pada wanita itu juga dibalas dengan cinta. Membuatnya yakin untuk menjalani hubungan terlarang dengan seorang wanita bersuami.

Dia sebenarnya hanyalah lelaki lugu. Tidak pandai menerjemahkan perasaannya. Tidak pandai menerjemahkan konteks perhatian yang diberikan oleh orang lain. Dia layaknya seorang anak remaja yang baru pernah jatuh cinta.

Oh, benar. Seorang wanita bernama Zhou Jieqiong adalah cinta pertama seorang Lai Kuanlin. Seseorang yang mampu membuka pintu hati Kuanlin.

Bukankah rasanya menyakitkan ketika cinta pertama mengkhianati diri sendiri? Begitu kurang lebih yang dirasakan olehnya. Hatinya merasa sangat sakit, meski reaksi pertamanya, dia baik-baik saja.

Apakah ini adalah sebuah karma baginya? Musababnya adalah, dia memacari seorang wanita bersuami, mengkhianati suaminya. Mengkhianati janji suci yang wanita itu buat bersama dengan pasangan sahnya.

Dan dia melihat wanita itu bersama lelaki lain. Lelaki yang berbeda lagi, bukan pasangan sahnya. Dia tahu, lelaki itu bukan juga pihak keluarganya karena wanita itu tidak punya saudara lelaki, Ayahnya pun sudah berpulang beberapa tahun lalu.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang