Bab 35 : Valorous

1.2K 232 114
                                    

Angin yang berembus dengan cukup kencang mampu menerbangkan kelopak bunga ceri. Hari masih siang, tepatnya jam dua belas siang. Suatu waktu yang sangat pantas untuk menyantap sajian makan siang sekarang.

Dia menghentikan laju jagoan hitamnya di pinggir suatu pertokoan yang cukup bising. Ketika jam makan siang tiba, tentunya banyak orang yang berbondong-bondong pergi ke restoran untuk santap siang. Maka, kawasan kuliner akan cenderung lebih ramai dibandingkan tempat lainnya.

Manik matanya memandang sekeliling. Dia berada di tempat yang tidak asing, suatu kawasan kuliner di dekat Sinsa. Dia biasa melewatinya sepulang kerja, hanya saja tidak pernah berhenti karena merasa tidak perlu.

"Kenapa mengajakku kemari?"

Dia bertanya, menujukannya kepada sosok di sampingnya yang kini mulai melepas sabuk pengaman. Yang ditanya menoleh, menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kamu tidak suka? Bukannya kau ingin makan sup tulang sapi? Ini adalah restoran sup tulang sapi yang terkenal sedap rasanya."

Sang penanya membuka mulutnya kembali. Mengangguk sebagai isyarat jika dia telah memahami. Dia kembali memandangi sosok di sampingnya, yang kini masih terdiam di tempatnya.

"Kenapa kau memperhatikanku? Aku tahu wajahku tampan. Tidak perlu terpesona begitu, ah."

Sosok di sampingnya mengerutkan kening, menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan orang di sampingnya yang terlampau percaya diri. Seseorang dengan rambut merah itu memilih untuk turun dari si jaguar hitam —julukan mobil milik seorang lelaki di sampingnya.

"Ah, anginnya menyejukkan!"

Dia berseru dengan nada riang. Sedikit melompat-lompat di tempatnya, menikmati hembusan angin yang mampu meniup rambutnya. Ada beberapa kelopak bunga ceri yang hinggap di rambutnya, namun dia sengaja abai.

Lelaki satunya yang baru saja turun dari mobil terkekeh pelan melihat kelakuan si rambut merah. Kekanakan, baginya. Namun, menggemaskan. Dia menikmati pemandangan indah yang tersaji di depannya.

Pemandangan seorang lelaki bernama Park Jihoon, dengan kelopak bunga ceri yang menghiasi latarnya. Membuat sudut bibirnya naik, dia tersenyum melihatnya. Tak mampu menahan senyuman yang secara perlahan mengembang di wajahnya.

Andai dia adalah seorang pemotret ulung, dia pasti sudah mengarahkan lensa kameranya. Menangkap sosok itu dalam jendela bidiknya. Mengabadikan sebuah panorama menakjubkan yang akan membuat jantungnya takikardia.

Tubuhnya sengaja dia sandarkan di sebagian bodi mobil. Matanya masih terus memandangi sosok yang kini tengah tersenyum dengan lebar. Senyuman yang merekah dengan pendaran rasa bahagia turut membuatnya mengulas senyuman ceria.

Oh, bolehkah dia egois untuk sekarang? Dia hanya ingin senyuman itu diberikan untuknya. Dia ingin menjadi seseorang yang selalu membuat si manis tersenyum riang. Dia ingin menjadi alasan di balik kebahagiaan senyuman itu.

"Kenapa kau senyam-senyum sendiri begitu?"

Lelaki itu buyar dari lamunannya. Beradu tatap dengan si manis yang berjarak beberapa meter darinya. Kembali memasang mimik wajah serius yang biasa dilontarnya.

"Siapa yang senyum? Kau salah lihat."

"Jelas-jelas aku menangkapmu tengah senyum-senyum begitu! Aneh! Kau tampak seperti orang mesum!"

Lelaki yang tengah bersandar itu membulatkan matanya. Tercengang dengan apa yang baru saja diucapkan oleh si manis. Dia berjalan cepat menghampiri lelaki itu, hendak mendaratkan sebuah jitakan pelan di keningnya.

"Kenapa kau terus berpikir jika aku tampak seperti orang mesum, sih?! Aku baik-baik saja! Maksudku, ekspresi wajahku tampak normal-normal saja!"

"Ya —itu 'kan, menurut pendapatmu. Pendapatmu tentu akan berbeda dengan pendapat orang lain yang secara langsung melihatmu."

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang