Ketika lampu sudah dinyalakan, terdengar dengan jelas tepuk tangan penonton yang riuh. Mereka memberikan apresiasi terhadap karya yang dibuat oleh Sutradara Kang Daniel bersama dengan timnya. Begitu pula dengan yang dilakukan oleh si surai merah, dia menepuk tangannya dengan keras –membuat lelaki yang sejak tadi mendengkur di sampingnya sedikit terkejut ketika mendengar suara tepuk tangannya yang cukup keras.
Dia harus bersyukur terhadap volume yang keras –membuat suara dengkurannya sama sekali tidak terdengar orang lain kecuali si surai merah yang berkali-kali mendorong kepala lelaki itu supaya menjauh dari bahunya. Memang sialan –pikirnya. Datang ke premier film hanya untuk tidur, bukannya menyaksikan penayangan perdana film itu sebelum naik ke layar lebar.
Kang Daniel yang berada di barisan penonton membungkukkan tubuhnya sebelum dia mengajak para pemain film tadi untuk maju ke depan. Si surai merah membuka matanya lebar-lebar, begitu pula dengan mulutnya. Dia sedikit tidak percaya jika bisa bertemu dengan para aktor dan aktris senior yang namanya sudah sangat terkenal. Mereka yang berdiri di depan sana sudah banyak membintangi film yang ratingnya melambung tinggi.
Kang Daniel memang selalu tepat jika memilih peran.
Si surai merah melirik –mendapati lelaki di sampingnya tampak tak antusias sama sekali dengan apa yang sedang terjadi. Dia hanya bisa memutar bola matanya –melihat lelaki itu kembali memejamkan matanya seakan berusaha kembali terlelap dalam tidurnya. Memang dasar lelaki amoral.
"Yak! Bangun!"
Dia tanpa ragu menepak kening lelaki yang kini menghadapkan kepalanya ke arah lainnya. Tak peduli lelaki itu akan memarahinya atau bagaimana. Karena dia menyadari –tatapan Kang Daniel kini mengarah pada dirinya dan lelaki yang mengajaknya kemari hari ini. Rasanya akan menjadi tidak nyaman apabila si bahu lebar itu tiba-tiba bertanya pada keduanya pasal film ini.
Keduanya akan mati telak jika dia menanyakan tentang opini film ini.
Si Amoral masih enggan membuka matanya –sampai pada akhirnya si surai merah memilih untuk menarik rambut milik lelaki itu. Membuatnya mengaduh kesakitan karena tenaga si surai merah tidak main-main rupanya. Sedikit menyesal karena dia sempat meragukan kekuatan lelaki mungil yang ternyata tidak mungil seperti rupanya.
"Apaan, sih?!"
"Bangun, bodoh. Sutradara Kang melihat ke arah kita", bisiknya.
Lelaki bertubuh jangkung mengalihkan pandangannya, menangkap Sutradara Kang yang sedang sibuk menjawab pertanyaan dari beberapa wartawan yang bertugas meliput. Membuatnya mendecak malas ketika dia kembali mengalihkan atensinya pada lelaki di samping dirinya.
"Mananya sedang melihat ke arah kita?! Kau bodoh, ya?!"
"Tadi dia melihat ke arah kita, bodoh! Kau sih, tidur terus! Aku tidak mengerti bagaimana bisa kau tetap tidur sedangkan sound effect yang digunakan berdentum dengan keras!"
"Salah sendiri filmnya membosankan", ucap si jangkung –tak peduli. Si surai merah yang mendengarnya tentu membulatkan matanya. Membosankan, katanya! Bagaimana bisa film sebagus itu dia bilang membosankan? Memangnya film seperti apa yang tidak membosankan baginya?!
"Kau itu gila, ya?! Bagaimana bisa film sebagus itu kau bilang membosankan! Heh, seharusnya kau tetap terjaga dan melihat bagaimana akting Jieqiong noona di film itu!"
"Heh? Jieqiong? Mana mungkin! Dia tidak bisa bermain peran, mana mungkin dia ada di film itu!"
Lelaki bermarga Lai itu menyangkal ucapan si surai merah –benaknya mengatakan tentu saja tidak mungkin jika Jieqiong bermain di film itu. Meski tetap saja ada kemungkinan yang cukup besar. Mungkin saja 'kan jika Daniel tiba-tiba meminta bantuan Jieqiong ketika dia kekurangan pemeran?
KAMU SEDANG MEMBACA
amore ; panwink✔
Fanfiction🌺𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙🌺 ❝𝐚𝐥𝐥 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞❞ ㅡ 𝘓𝘢𝘪 𝘒𝘶𝘢𝘯𝘭𝘪𝘯 ❝𝐭𝐡𝐞𝐧, 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐦𝐞 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞?❞ ㅡ 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘑𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 Lai Kuanlin, seorang Direktur Utama Perusahaan Perbankan terbesar di...