Scene

1.1K 147 49
                                    

Pip.

Dia mematikan video berdurasi kurang lebih satu menit yang baru saja dia saksikan itu. Keningnya berkerut. Rahangnya mengeras. Dia melempar benda elektronik di tangannya ke sembarang arah, entah kini mendarat di mana tempatnya. Mungkin terselip di selipan sofa, atau mendarat ke ujung ruangannya.

Apa-apaan itu?! begitu batinnya.

Dia menyambar mantel yang menggantung di dekat pintu, mengambil salah satu kunci mobilnya dengan asal, segera melangkahkan kaki jenjangnya menuju garasi. Hendak memacu mobilnya guna menyambangi kediaman sang kekasih yang berada tidak terlalu jauh darinya.

Dia kesal, sungguh!

Mengingat adegan yang berada di benaknya, masih berulang di memorinya, membuat amarahnya naik. Kesal, sebal, marah, semua menjadi satu.

Dia baru saja menyaksikan adegan ciuman dari video cuplikan drama yang akan tayang beberapa minggu lagi. Serial drama perdana yang dibintangi oleh sang kekasih, setelah biasanya sang kekasih hanya berperan di film layar lebar dengan peran yang tidak terlalu berpengaruh.

Ini serial drama pertamanya, mengapa harus ada adegan begitu?!

Kakinya menginjak pedal gas dengan tekanan cukup kuat. Membelah jalanan kota Seoul dengan mengendarai mobil mewahnya. Kesal, sungguh! Dia hendak meminta penjelasan dari sang kekasih yang mengagetkannya dengan kemunculan adegan itu. Berciuman bibir —dengan aktor yang tidak dia pedulikan siapa namanya. Lebih tampan juga dirinya!

Dia menghentikan laju mobilnya di depan sebuah rumah susun yang nampak gelap. Mengadahkan kepalanya sedikit guna memandang kamar yang berada di lantai atas. Oh, lampunya sudah menyala. Empunya sudah tiba di rumah tandanya.

Dia turun dari mobilnya, membanting pintu mobilnya begitu saja. Dengan cepat langkahnya beradu dengan bentala, memijak satu demi satu anak tangga yang diterangi pendaran cahaya. Tanpa pikir panjang dia mengetuk pintu kamar seseorang yang hendak disambanginya, membukanya kemudian usai dia mendengar respon yang diberi empunya.

"Ya! Park Jihoon!"

Yang dipanggil tengah sibuk melipat bajunya yang baru saja kering. Dia mengangkat kepalanya, memasang mimik wajah keheranan begitu dia menemukan kekasihnya tengah berdiri dengan wajah sedikit marah. Dia mengangkat alisnya, merasa bingung dengan perilaku kekasihnya yang mendadak bicara dengan nada tinggi tanpa tahu alasannya.

"Kenapa? Tiba-tiba datang kemari tanpa mengabari?"

"Kau gila, ya?!"

Sosok yang dipanggil Jihoon itu hanya memandangnya bingung. Menghentikan gerakannya melipat baju, kini dia menatap lekat sang kekasih yang masih berdiri di ambang pintu. Menghela nafas, kemudian dia beranjak dari duduknya. Berjalan mendekati sang kekasih guna menutup pintu di belakangnya.

"Kenapa, sih?! Mendadak teriak begitu! Mengganggu tetangga yang lain!"

"Kau gila, ya?!"

"Kau yang gila, Lai Kuanlin! Ada apa sebenarnya?!" Jihoon membalas seruan sang kekasih, Lai Kuanlin, dengan nada sama tingginya. Heran dia dibuatnya. Tiba-tiba datang tanpa mengabari, kemudian berseru lantang usai dia masuk ke dalam rumahnya.

"Kau berciuman?!"

"Hah?! Tidak!" Jihoon menatap Kuanlin dengan tatapan bingung. Jelas, mendadak dituduh begitu.

"Lalu adegan itu apa maksudnya?!" Kuanlin masih menginginkan penjelasan.

Jihoon mengerutkan keningnya. "Adegan? Adegan apa —oh! Cuplikannya sudah dirilis hari ini, ya? Ah! Aku belum lihat!"

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang