Bab 3 : The Load

1.5K 267 101
                                    

Klang-

"Selamat datang di toko kopi kami. Ada yang bisa dibantu?"

Suara itu menyambutnya, membuatnya mengangguk dengan seulas senyuman khas di wajahnya. Rambut kecokelatannya sedikit bergerak dikarenakan hembusan udara dari pendingin ruangan di dalam ruangan yang terasa cukup hangat suasananya.

Dia perlahan berjalan menuju meja pemesanan yang sekaligus tergabung dengan meja kasir. Mengetukkan jarinya di atas meja berpelitur kayu cokelat muda -membuat suara yang cukup bisa didengar olehnya dan sang kasir yang bersedia menerima pesanannya.

"Saya ingin pesan -hot cappuccino dan chocolate mousse cake", dia menyunggingkan senyumannya yang mampu membuat orang lain terpana. Begitu pula gadis yang bertugas sebagai kasir tadi, dia membalas senyuman lelaki di hadapannya kini.

"Totalnya sepuluh ribu won, Tuan".

Dia merogoh sakunya, mengambil dompet lipat berbahan kulit berwarna hitam yang sedikit berkilat ketika diterpa cahaya lampu bulat. Mengambil beberapa lembar nominal uang won dari dalam sana, menyerahkannya pada gadis di depannya. Mendapatkan seulas senyuman ketika gadis itu sudah menerima beberapa lembar uang yang diberikan olehnya.

"Ini bonnya, Tuan. Pesanan anda akan kami antar sebentar lagi", dia membungkuk pelan, yang juga dibalas dengan sebuah bungkukan dari sang lelaki.

Kaki jenjangnya yang terbalut celana bahan berwarna abu arang melangkah menuju salah satu kursi yang terletak di dekat jendela. Kafe malam itu cukup sepi, mungkin karena jam dinding kini menunjukkan pukul dua pagi. Jalanan di depan kafe pun lengang, hampir tiada kendaraan yang melengang.

Dia menoleh ke samping, membuat wajahnya yang terpatri dengan indah terlihat semakin menawan karena cahaya lampu menerpa sebagian wajahnya, menciptakan efek split lighting yang dikenal dalam dunia fotografi. Jemarinya mengetuk meja kayu dengan pahatan nama kafe yang dia kunjungi. Meja berpelitur itu tampak mengkilap, mungkin karena baru saja dibersihkan oleh pegawai yang bekerja di bawah langit gelap.

"Satu hot cappuccino dan chocolate mousse, selamat menikmati, Tuan", seseorang meletakkan satu nampan berisi pesanan lelaki yang hendak mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. Dia mengadahkan kepalanya, sedikit membungkuk sebagai isyarat terima kasih.

"Ah —Park Jihoon?" dia menatap orang yang baru saja mengantarkan pesanannya, dan tebakannya benar. Dia adalah Jihoon —juniornya di kampus. Seseorang yang disukai olehnya sejak dia berada di semester tiga kuliahnya.

Ya, hampir semua temannya mengetahui jika dia menaruh hati kepada seorang Park Jihoon –yang juga menjadi incaran banyak orang di kampus ternama itu. Hanya saja, sepertinya seorang Park Jihoon tidak menyadari perasaannya yang sesungguhnya terlihat sangat jelas. Tak jarang ia terang-terangan memberi afeksi terhadap Jihoon, tapi dia seakan tak mengerti.

Atau mungkin, seorang Park Jihoon tidak punya waktu kosong untuk mengurusi cinta –yang selalu diibaratkannya sebagai omong kosong.

"O-oh? Minhyun sunbae?"

Dia melipat tangannya, menyimpan nampan yang dia bawa di dadanya. Sedikit membulatkan matanya begitu mendapati Minhyun terduduk di depannya sekarang. Lelaki yang kini menggunakan kemeja berwarna merah jambu –yang bagiannya digulung sebatas siku itu melipat tangannya di atas meja, menatap Jihoon dengan tatapan lembut khasnya yang menghanyutkan banyak orang di sekitarnya.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, Hoon. Sejak kapan kamu bekerja di sini?" tanya Minhyun seusai dia mempersilahkan Jihoon untuk duduk di kursi kosong yang ada di depannya.

Jihoon berdeham sejenak, tampak mulai menghitung dengan jari jemarinya yang tampak lebih mungil jika dibandingkan dengan lelaki lainnya. Membuat Minhyun menyunggingkan sebuah senyuman kecil.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang