[Lima tahun kemudian]
"Ya! Cut!"
Suara sang sutradara membuat atensi mereka yang mulanya terarah penuh pada skenario yang sudah mereka hafal sebelumnya, kini berpindah pada sang sutradara yang duduk di kursinya, tengah melukis senyuman sumringah. Bangga. Dia berhasil mendapat adegan sesuai apa yang berada dalam benaknya.
"Kerja bagus semuanya!" pujian terlontar darinya.
Semua kru dan segenap pemeran yang berada di set syuting mulai berjalan menjauh. Adegan tadi adalah adegan terakhir dari proses pengambilan gambar hari ini. Hari sudah cukup petang, sang sutradara biasa mengakhiri proses pengambilan gambarnya sebelum petang menjelang jika dimulai dari pagi hari.
"Kerja bagus hari ini, tuan-tuan dan puan-puan!"
"Kerja bagus juga, Sutradara Kang!"
Yang dipuji begitu hanya terkekeh. Kemudian dia berjalan cukup menjauh dari duduknya semula, guna berterima kasih kepada setiap orang yang sudah berkontribusi pada proses pengambilan gambar hari ini. Hal itu selalu terjadi setiap harinya, sejak bertahun-tahun yang lalu awal dia memulai karir sebagai sutradara.
"Kerja bagus, Jihoon! Ah, tak salah aku menetapkanmu sebagai pemeran utama dari film ini! Aktingmu selalu bagus setiap harinya! Konsisten betul!" kemudian dia melayangkan pujian pada lelaki berambut cokelat muda yang kini dia tepuk pundaknya.
"Terima kasih atas pujiannya, hyung! Kau juga, kerja bagus hari ini, hyung!" kekeh pria bernama Jihoon itu.
"Haah, mau langsung pulang hari ini?" Sutradara Kang, alias Daniel, bertanya pada Jihoon yang sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri.
Jihoon menganggukkan kepalanya. "Suamiku baru tiba dari Eropa. Aku harus pulang, belum memasak hari ini."
"Kau sudah bilang pada Kuanlin jika akan pulang sore, 'kan? Duh, aku cemas padanya. Jika dia belum makan bagaimana?" Daniel menggaruk tengkuknya kikuk.
Jihoon mengangguk, lagi. "Sudah, hyung. Tenang saja. Aku bilang padanya untuk makan banyak-banyak di pesawat tadi jika tak ingin kelaparan," kekehnya kemudian.
"Ah, baguslah. Ingin pulang bersama? Kebetulan aku juga hendak pergi ke arah yang sama dengan rumah kalian."
"Ingin bertemu kekasihmu, ya? Nona Park?" Jihoon kemudian tergelak begitu dia berhasil menggoda Daniel, membuat semburat merah muncul di pipi lelaki yang jauh lebih tua darinya itu.
"Sst! Diam-diam saja!"
"Uh, Daniel hyung malu-malu, ya? Hahaha!"
"Sst!"
"Aaaa Daniel hyung punya kekasih lho kawan-kawaan!" dengan sengaja, Jihoon berteriak sedikit keras, bermaksud untuk menggoda Daniel yang tengah merahasiakan hubungan asmaranya.
"Sst! Jihoon! Menyebalkan ya!"
"Hahaha! Bercanda, hyung! Ayo pulang!"
"Bereskan dulu barangmu sana!"
"Aku tak akan lama, nanti kalau lama, kau pergi duluan dengan Nona Park," goda Jihoon, lagi.
"Ya! Lai Jihoon!"
Jihoon hanya bisa tertawa geli, sembari berjalan menuju ruang ganti aktor yang disediakan di sana. Menyisakan Daniel yang menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan Jihoon yang benar-benar seperti adiknya dulu.
Sutradara Kang, lima tahun berlalu sejak kabar perceraiannya mencuat ke publik, kini semakin bersinar. Filmnya semakin laris di pasaran. Karirnya semakin melejit, tidak pernah absen mendapatkan penghargaan Sutradara dan Produser terbaik dari nasional maupun internasional. Lima tahun berlalu, sejak dia dikabarkan bercerai, tak pernah ada kabar dia tengah menjalin asmara dengan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
amore ; panwink✔
Fanfiction🌺𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙🌺 ❝𝐚𝐥𝐥 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞❞ ㅡ 𝘓𝘢𝘪 𝘒𝘶𝘢𝘯𝘭𝘪𝘯 ❝𝐭𝐡𝐞𝐧, 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐦𝐞 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞?❞ ㅡ 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘑𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 Lai Kuanlin, seorang Direktur Utama Perusahaan Perbankan terbesar di...