Bab 25 : fee-ka

1.2K 226 122
                                    

Dia meletakkan kacamatanya di atas meja. Lebih tepatnya di atas sebuah pustaka bersampul cokelat bata. Memijit pelan tulang hidungnya, dia memejamkan matanya pelan.

"Ayo, jangan agahan begini. Jangan menjadi seseorang yang ahmak ketika kamu belum dapat faktanya", gumamnya sebelum mengangkat cawannya —membasahi mulutnya yang kering sejak senja tadi.

🌺🌺🌺

Tangannya bergerak maju mundur di atas sebuah meja berpelitur kayu oak. Matanya sesekali memincing, memastikan apakah masih ada debu yang menempel di atas meja. Sesekali dia mengusap meja itu dengan jari telunjuk, memeriksanya kemudian.

"Sudah bersih. Akhirnya selesai juga", dia meregangkan tubuhnya yang terasa cukup pegal. Pasalnya, sejak tadi dia menunduk untuk membersihkan noda-noda di atas meja.

Jarum jam di dinding sudah menunjukkan jam sebelas malam. Kafe sudah ditutup sejak jam sepuluh tadi. Namun, para pegawai tentu harus membersihkan kafe terlebih dahulu sebelum mereka kembali ke kediaman masing-masing.

"Jisung hyung, aku boleh bertanya?"

Lelaki yang sudah selesai membersihkan meja itu menghampiri seseorang bernama Jisung, yang kini sedang sibuk membersihkan meja dapur. Meski dia sedang sibuk, dia menganggukkan kepalanya. Mengizinkan lelaki yang lebih muda bertanya padanya.

"Tentu. Ada apa?"

"Kenapa hyung tidak membuka kafe 24 jam lagi?" dia berdiri di samping Jisung, membantu membersihkan meja dapur dari sampah-sampah kecil seperti potongan kotak susu dan krimer.

"Tidak ingin saja. Semua yang bekerja di sini masih punya kewajiban pendidikannya masing-masing. Jeongin saja masih berada di semester duanya. Seungmin dan kau sama-sama sibuk dengan perkuliahan. Sungwoon yang sudah selesai sidang kini sedang mengurus untuk melanjutkan pendidikan", terang Jisung panjang.

"Aku hanya khawatir pekerjaan mendistraksi semua pendidikan kalian. Aku tidak ingin itu terjadi", Jisung memasukkan beberapa peralatan kafe ke tempatnya semula.

Lelaki yang berada di sampingnya menganggukkan kepalanya. Dia membantu Jisung untuk memasukkan beberapa penyaring kopi ke tempatnya yang berada di rak. Dia kembali menatap Jisung kemudian.

"Tapi, jika hyung ingin, hyung bisa melakukannya, 'kan? Hyung bisa saja mencari pegawai lain yang lebih kapabel untuk bekerja di malam hari", ucapnya.

"Yaa! Memangnya menggaji pegawai itu mudah?! Menggaji kalian saja sudah sulit, bagaimana ceritanya aku harus menambah pegawai lagi!" Jisung mendesis.

"Bukan begitu! Maksudku, saat rekruitasi pegawai, hyung bisa menuliskan jika hyung mencari seseorang yang bisa bekerja hingga malam hari, bukan begitu?" tatapnya pada Jisung.

Jisung terkekeh —sebelum menatap lelaki di sampingnya dengan pandangan tajam.

"Park Jihoon! Kau ingin aku pecat, begitu?!"

"Y-yaaa! Tidaak! Ampun hyung! Ampun!"

Jisung mendesis sebelum dia memasukkan beberapa botol brown sugar yang sudah dicairkan ke dalam kulkas. Dia menatap lelaki di sampingnya kemudian, sebelum dia memandang ke luar jendela. Seakan memastikan sesuatu.

"Kau sudah baikan dengan kekasihmu?" tanyanya.

"Kekasih? Kekasih apanya?"

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang