"Sudah siap semua?"
"Ya, sudah. Hanya tinggal memesan taksi untuk pergi ke Pudong."
Dia terdiam begitu melihat sahabatnya menutup resleting kopernya.
"Kau —sungguh akan kembali ke Korea?"
Yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia merapatkan topi yang menutupi sebagian wajahnya, menyisir rambut cokelat panjangnya. Menyisipkannya ke belakang daun telinganya.
"Iya. Aku akan kembali ke sana, tentunya."
"Harus sekarang?"
"Kapan lagi? Mau sekarang atau nanti, semuanya akan sama saja. Tidak ada perbedaan yang signifikan, Chungha. Aku akan kembali hari ini."
Sosok yang disebut dengan nama Chungha itu hanya bisa menghela nafas dalam-dalam melihat kelakuan sahabatnya. "Oke. Tapi —kau harus kembali pada suamimu, Jie. Jangan pergi ke tempat Junhui."
Dia mengangkat alisnya. "Tahu dari mana kau jika aku hendak pergi ke Jeju untuk menghampiri Junhui?"
"Hanya menebak awalnya. Namun rupanya, itu benar? Jadi kau pergi kembali ke Korea dengan tujuan menghampiri Junhui yang tengah bekerja di sana? Jie! Aku sudah mengingatkanmu berkali-kali! Kau sudah punya Daniel! Hentikan!"
"Chungha, diamlah!"
"Bagaimana bisa aku diam kala sahabatku melakukan hal yang salah? Jie! Pertama Daniel, kedua Kuanlin! Lalu, jika kau sudah menemukan yang lain lagi, kau akan meninggalkan Junhui, begitu?! Jie, kumohon. Hentikan kebiasaanmu itu! Itu salah, Jie! Kau bahkan sudah menikah dengan Daniel! Kenapa kau melakukan itu?! Lebih dari satu kali pula!"
Sosok yang dijujai dengan beragam kenyataan hanya bisa menghela nafas dalam-dalam. Dia menghempaskan tas Hermes ratusan jutanya ke lantai begitu saja. "Chungha! Jangan bertengkar lagi denganku! Kumohon!"
"Kalau begitu aku juga memohon padamu supaya kau menghilangkan kebiasaanmu itu, Zhou Jieqiong! Aku sahabatmu! Sudah menemanimu sejak kau duduk di bangku Sekolah Menengah! Jieqiong, aku yakin kau bisa berubah jika kau mau! Tapi kenapa kau tidak mau merubah dirimu sendiri?! Kenapa?!"
Wanita berjaket jins biru muda yang disebut dengan nama Jieqiong itu menggelengkan kepalanya ribut. "Tidak, Chungha. Kau hanya tidak tahu apa alasannya."
"Apa alasanmu, Jie?! Katakan, apa alasanmu?! Apa alasanmu meninggalkan Daniel?! Dia pasangan sahmu! Kau harus kembali padanya! Kenapa kau menghindar darinya? Kenapa?! Kau butuh dia untuk menemanimu di sisimu setelah kau keguguran, Jie! Bukannya justru mencari orang lain lagi sebagai tambatan hatimu! Dia suamimu! Kau sudah berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup bersama dengannya sampai maut memisahkan! Jie —kau kelewat gila! Sungguh!"
Chungha mengatur nafasnya yang memburu. Dia sesungguhnya tidak tega untuk bicara begitu pada sang sahabat. Terlebih, dia harus membawa-bawa peristiwa yang menyebabkan sahabatnya berada di Shenzhen selama hampir satu tahun itu. Namun, Jieqiong itu memang perlu digembleng dengan keras supaya dia sadar.
Dengan begitu keras, sepertinya.
Jieqiong menghela nafas, air mata menetes begitu saja dari pelupuk matanya.
"Baik. Terserah padamu saja, Jieqiong. Aku sudah mengucapkan itu tanpa lelah berulang-ulang. Tapi kau tidak kunjung sadar. Kau tidak kunjung mengerti. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu. Entah nantinya kau bersama dengan Daniel atau Kuanlin atau Junhui, tapi semoga —kau mendapat balasan yang setimpal, Jieqiong. Cepat angkat kopermu. Aku antar kau ke Pudong."
🌺🌺🌺
Sekiranya, satu bulan telah berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
amore ; panwink✔
Fanfic🌺𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙🌺 ❝𝐚𝐥𝐥 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞❞ ㅡ 𝘓𝘢𝘪 𝘒𝘶𝘢𝘯𝘭𝘪𝘯 ❝𝐭𝐡𝐞𝐧, 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐦𝐞 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞?❞ ㅡ 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘑𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 Lai Kuanlin, seorang Direktur Utama Perusahaan Perbankan terbesar di...