Bab 34 : Notionate

1.1K 216 74
                                    

Suatu siang di musim semi, diwarnai dengan kesibukan para penghuni kota metropolitan Seoul. Hampir di setiap sudut kota terjadi kesibukan yang beragam. Meliputi bisnis di perkantoran, perdagangan, atau industri hiburan.

Seperti yang tengah terjadi sekarang di suatu taman tengah kota. Bisa disimpulkan sedang ada suatu kegiatan industri hiburan karena banyaknya eksistensi kamera serta peralatan lainnya. Juga, banyak yang sedang sibuk mondar-mandir, dengan membawa lembaran kertas di tangannya.

Suatu film garapan sutradara ternama bernama Kang Daniel tengah melakukan proses pengambilan gambar. Film yang direncanakan rampung pengerjaannya dua bulan lagi sudah beberapa kali melakukan proses pengambilan gambar.

Sutradara sekaligus produser yang terkenal perfeksionis itu tidak akan menghentikan proses syuting sampai dia mendapatkan apa yang dia mau. Dia tidak akan merampungkan syuting jika ada adegan yang belum sempurna menurutnya.

Melelahkan memang. Tapi, bagi para aktor dan aktris yang berperan di dalamnya, mereka bilang jika mereka seperti besi yang ditempa, ditempa hingga menjadi suatu karya yang indah dan menarik minat banyak orang. Intinya, lelah mereka akan terbayar kala sudah melihat hasilnya.

Seperti sekarang ini, lelaki dengan baju serba hitam itu sudah berkali-kali melakukan berbagai jurus bela diri. Menjadi pemeran pengganti dari pemeran utama sungguhan tidak mudah. Dia harus rela berulang-ulang terjatuh, melakukan repetisi setiap jurus yang dia lakukan kala sutradara belum menyetujuinya.

Ini adalah pengambilan gambar yang ketiga yang dia lakukan dalam kurun waktu satu bulan. Badannya akan selalu terasa sakit ketika proses syuting berakhir. Meski dia sudah melakukan pemanasan dan latihan sebelumnya, tetap saja dia merasa tubuhnya nyeri.

Sungguh enak jika sudah berhasil menjadi aktor ternama. Hanya tinggal duduk diam menghafalkan skenario, tidak melakukan adegan berbahaya sepertinya, begitu pikirnya.

Tapi, semua tentu mengalami proses. Mungkin saja suatu hari nanti, dia yang berkesempatan untuk duduk di kursi khusus aktor. Semoga saja.

"Cut!"

Sutradara —sekaligus produser yang sejak tadi sangat fokus memperhatikan itu berseru. Seruannya menghentikan lakon-lakon yang sejak tadi beraksi. Lelaki berpakaian serba hitam itu menarik nafas, peluh bercucuran dari keningnya. Semoga saja sang sutradara sudah setuju dengan adegannya tadi.

"Iya, sudah bagus! Jihoon, pertahankan tenagamu, ya! Aku suka melihatnya! Seakan ada emosi yang terpancar kala kau menendang tadi!"

Sebuah pujian didapatnya. Membuat senyuman merekah di wajah laksminya. Dia merasa senang, usahanya berhasil menuai pujian. Itu berarti, pekerjaannya baik dan laik.

"Terima kasih, Sutradara Kang."

Dia membungkuk, membentuk sudut sembilan puluh derajat dengan tubuhnya. Mengusap peluh yang mengalir dari keningnya, berjalan menuju bilik yang berada di belakang. Sebuah bilik khusus untuk para pemeran pengganti sepertinya.

Lelaki itu bermaksud untuk beristirahat. Pekerjaannya sudah selesai untuk hari ini, dia sudah bisa pulang sekarang.

"Hei, Jihoon! Kerja bagus!"

Seseorang menepuk pundaknya, membuatnya menoleh. Menemukan sosok kakak tingkatnya yang melempar senyuman sumringah. Membuat hatinya menghangat kala mendengar apresiasi yang ditujukan padanya.

"Terima kasih banyak, Minhyun hyung."

Lelaki dengan kemeja biru pucat itu menganggukkan kepalanya. Sejak tadi dia memperhatikan proses pengambilan gambar dari kursi yang berada cukup jauh dari deretan kamera. Dan dia tidak bisa menahan kekagumannya kala melihat akting dari adik tingkatnya. Memukau.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang