Bab 60 : Malinger

975 181 85
                                    

Dia menghentikan laju kendaraannya di tempat yang dia tuju. Jemarinya masih menggenggam erat kemudi bersalut kulit lembu. Irisnya memandang lurus ke arah jalanan yang sedikit terkena jerebu.

Telinganya menangkap bunyi pintu mobil yang dibuka. Membuatnya menoleh, menangkap sang juwita tengah membuka pintunya. Dia menarik sudut bibirnya, memulas sebuah senyuman di wajahnya.

"Jika sudah selesai, telpon aku. Aku akan menjemputmu di sini lagi."

Hanya ada anggukkan yang dia dapat sebagai jawaban atas tanyanya. Tak apa, sudah biasa. Dia kembali tersenyum kala menatap punggung kirana milik istrinya.

Bahkan, dari punggungnya saja dia sudah nampak indah, begitu batinnya.

Dia menundukkan kepalanya sejenak. Tangannya bergerak untuk membuka laci dasbor mobilnya, mengambil secarik amplop berwarna cokelat dari sana. Dia menarik keluar secarik kertas yang ada di dalamnya, selembar kertas yang didapatnya beberapa bulan lampau.

Surat perceraian.

Netranya menatap lembaran surat itu lamat-lamat. Sejujurnya, dia sedikit ragu. Dia ingin melayangkan gugatan cerai pada sang istri yang sudah dinikahinya lima tahun lalu. Namun, apakah dia bisa hidup tanpa wanita itu? Kendati, mereka berpisah hampir setengah tahun lamanya, membuatnya menata hati untuk kembali hidup sebagai bujangan, namun, apakah dia bisa merelakan sang juwita yang bertambat di hatinya selama ini?

"Ada baiknya kita pikirkan nanti."

Dia menginjak kembali pedal gasnya perlahan. Memacu sang kuda, membelah jalanan kota Seoul yang lumayan lengang. Menggenggam erat kemudinya.

"Tapi, malam-malam begini sepertinya enak meneguk Mango Slushie dengan jelly dari Tom n Toms. Beli, ah."

Pria itu mengarahkan mobilnya guna berputar arah, kembali ke tempat semula. Malam di musim panas memang cukup panas, dia ingin mendinginkan pikiran sekaligus memanja lidahnya dengan mango slushie kesukaannya.

Dia hanyalah seorang pria yang sedikit kekanakan.

Pria berkemeja biru muda itu turun dari mobilnya. Membuka kenop pintu kafe ternama di Korea. Melangkah masuk, dia bisa mendengar banyak orang yang menyebut namanya secara berbisik pelan. Membuatnya melempar senyum kepada beberapa anak dara yang tengah membicarakannya.

"Itu Sutradara Kang Daniel, kan?! Filmnya baru saja naik di layar lebar!"

"Pasti beruntung ya perempuan yang menjadi istrinya!"

Pria bernama Daniel itu tersenyum mendengar pujian yang dilontar untuknya. Tidak munafik, siapa saja pasti akan merasa senang jika diberi pujian, bukan? Begitu pula halnya dengan dia.

Meski, terselip doa di dalam hatinya. Semoga saja, istriku memang merasa beruntung. Begitu doanya.

Dia memesan satu cup Mango Slushie. Tak lupa menambahkan jelly sebagai penambah kudapannya. Pria itu sudah bisa membayangkan bagaimana rasa jelly menyambut lidahnya.

"Aku bukan seorang rendahan yang menyelingkuhi pasangan sahku hanya untuk kesenangan semata."

Kepalanya menoleh. Atensinya terarah pada sang pemilik suara yang berasal tidak jauh darinya. Keningnya berkerut. Suara itu tak asing baginya. Sedikit memicing, dia menatap sang pemilik suara.

Seorang lelaki dengan rambut merah yang dikenalnya. Park Jihoon, lelaki yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Tengah duduk di sana. Berhadapan dengan —istrinya?

Dia ingat betul itu adalah istrinya. Dia hafal betul pakaian yang dikenakan istrinya hari ini. Melekat betul di ingatannya bagaimana sosok sang istri bila dilihat dari belakang.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang