Bab 18 : meraki

1.3K 215 69
                                    

Sebuah mobil berhenti di depan sebuah kedai kopi bernuansa cokelat muda, dengan sedikit ornamen berwarna cokelat tua –hampir menyerupai warna kayu eboni. Kedai kopi itu adalah kedai yang belakangan ini dikunjungi banyak remaja perempuan, membuat para pramusaji yang melayani mereka sedikit kewalahan karena banyaknya pelanggan yang datang. Membuat mereka sedikit kerepotan untuk membuat pesanan dan mengantarkannya pada pelanggan yang duduk manis di kursi masing-masing sambil berbincang dengan rekan sejawatnya.

"Terima kasih sudah mengantarku. Untuk biaya yang kau keluarkan selama perawatanku seminggu ini, tolong kirimkan rinciannya padaku melalui pesan singkat atau surel. Aku akan mentransfer biayanya padamu".

Lawan bicara yang duduk di samping kursi kemudi menatap wajahnya sekilas.

"Tidak perlu. Aku tidak akan menagihnya padamu".

Dia mengangkat alisnya begitu mendengar penuturan lelaki yang rambutnya kini ditata sedemikian rupa dengan gaya comma, yang akhir-akhir ini sedang beken di kalangan anak muda Korea Selatan. Membuatnya menggelengkan kepala. Sok muda sekali dia –pikirnya.

"Kenapa kau tidak akan menagihnya padaku? Kau takut uangmu tidak akan kembali?"

Dia berdecih. Menatap lelaki yang duduk di kursi kemudi dengan tatapan datar.

"Dengar, ya. Uangku tidak akan habis bahkan jika aku menggunakannya untuk membeli tiket ke planet Mars atau Uranus sekali pun. Kau pernah melihat daftar orang terkaya di dunia? Kau tahu siapa nama yang berada di bawah nama Jeff Bezos?"

"Siapa itu Jeff Tazos?"

"Jeff Bezos! Dia pendiri sekaligus CEO Amazon! Kau tidak mengerti?"

Dia menggelengkan kepalanya seusai mendengarkan penjelasan dari lelaki berambut koma di depannya. Dia tidak pernah mendengar nama yang baru saja disebutkan. Siapa dia? Dia bahkan tidak tahu apa itu Amazon.

"Amazon –sungai? Hutan?"

"Bukan, bodoh! Aish! Amazon itu adalah sebuah pengecer daring terbesar di dunia! Kau bisa berbelanja apa saja melalui Amazon! Bahkan, barang yang tidak bisa kau temukan di sini, kau bisa menemukannya di Amazon! Dan dia melayani pengiriman ke berbagai negara di penjuru dunia!"

"Ho, sungguhan? Aku baru tahu".

"Ya, sungguhan. Dan nama di daftar orang terkaya di dunia setelah Jeff Bezos adalah namaku –jika kau ingin tahu".

"Hoo –aku tidak ingin tahu, sih. Karena aku tidak peduli juga", ucapnya seraya mengangkat bahu –cuai. Membuat lelaki di sampingnya menatapnya seakan tidak percaya dengan respon yang baru saja dia terima.

"Kau itu sungguhan tidak peduli? Sini, lihat. Biar aku tunjukkan".

"Tidak ingin tahu".

Lelaki itu membulatkan matanya –kesal, bercampur rasa heran. Mengapa dia tidak ingin tahu, bahkan tidak peduli? Di saat semua orang di sekitarnya sangat mempedulikan hal itu, bahkan terus bertanya padanya pertanyaan yang bersangkutan dengan ranking orang terkaya di dunia. Seperti –di nomor berapa posisinya sekarang? Dan pertanyaan lain yang serupa dengan pertanyaan barusan.

"Kenapa kau tidak ingin tahu?"

"Karena aku tidak peduli".

"Kenapa kau tidak peduli?"

Dia berdecak mendengar lelaki yang tak kunjung mengancingkan mulutnya, berhenti bertanya. Dia menatap lelaki itu tepat di matanya –dan dia tidak menemukan siratan kesombongan yang biasa memancar darinya. Yang dia temukan hanyalah rasa penasaran, layaknya seorang anak kecil yang bertanya bagaimana caranya pesawat bisa terbang.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang