Hawa dingin menyeruak masuk melalui celah jendela ruangan yang tidak ditutup dengan rapat. Malam di musim semi, masih ada hawa dingin dari musim dingin, kendati udara sudah berubah jauh lebih hangat dibandingkan sebelumnya.
Hembusan angin malam menimbulkan suara antara gesekan ranting pepohonan. Juga, gesekan antara dedaunan yang bergesek dengan yang lainnya. Suara yang kerap menemani dirinya yang biasa terjaga hingga larut malam, selain musik yang diputarnya melalui pemutar kaset.
Marriage d'Amour, untaian melodi ciptaan Richard Clayderman menjadi temannya berpikir malam ini. Sejak tadi, manik matanya tidak berhenti menjelajahi kalimat demi kalimat di buku yang dibacanya. Tidak kunjung berhenti karena dia belum menemukan sesuatu yang dicarinya.
Seseorang yang mampu melakukan dua hal dalam satu waktu, berpikir selagi membaca, dia adalah orang yang mengagumkan. Pikirannya pun bercabang, tidak hanya memikirkan suatu musabab, dia juga memikirkan jalan cerita.
Jalan cerita yang dia susun untuk membongkar suatu hal yang menurutnya janggal.
Sekiranya, sudah satu minggu berlalu sejak dia bertekad untuk mengungkap kejanggalan yang menghantui pikirannya. Sudah lima hari berlalu sejak dia memulai pergerakannya. Namun, dia belum menemukan barang yang bisa digunakan untuk membuka kunci yang sudah dia temukan.
Dia tidak ingin menjadi seseorang yang dianggap membual karena tidak menyertakan fakta. Sejak saat itu, dia —bersama dengan topi hitamnya, masih terus bergerak dalam pencarian data. Sayangnya, dia belum bisa menemukan hal lain yang mampu menyokong asumsinya.
Dia sudah menghabiskan malam-malamnya untuk membaca buku, mencari buah pikiran yang bisa digunakan untuk pergerakan selanjutnya. Dia tahu, dia harus bergerak secara hati-hati tanpa menimbulkan kecurigaan. Lawan yang dia hadapi bukan main-main. Bukan seseorang yang mampu dia jatuhkan dalam jentikan jari.
Jika dia salah langkah dan tertangkap basah, akan mudah baginya untuk mendekam dalam jeruji besi.
Lawannya adalah seseorang yang kapabel dalam melakukan apa saja. Dia harus berhati-hati dalam mengambil langkah. Meski dia sudah menemukan salah satu kunci, dia harus menemukan kunci lain untuk membuka pintunya —sembari menyusun langkah yang tepat.
Dia tidak boleh kalah.
🌺🌺🌺
Suatu pagi yang cerah di hari Minggu.
Hari di mana orang-orang kebanyakan mendapatkan jatah untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan yang biasa mereka geluti. Di mana orang-orang bisa menghabiskan waktunya dengan orang-orang terkasih. Tidak mengherankan jika jalanan sedikit lebih ramai pada akhir pekan.
Seseorang setia memejamkan matanya sejak semalam. Membungkus dirinya sendiri dengan selimut wol yang dibelinya beberapa waktu lalu. Dia terlampau lelah karena semalam harus menghabiskan waktu cukup lama di tempatnya bekerja.
Tempat kerjanya akan lebih ramai pada Sabtu malam. Mungkin, itu adalah salah satu dampak dari akhir pekan. Orang-orang akan pergi berkencan pada Sabtu malam —atau pada hari Minggu. Beruntung, atasannya memilih untuk menutup tempat kerja pada hari Minggu. Jadi, para pegawainya bisa menikmati waktu mereka sendiri.
Dia baru tiba di rumahnya pada pukul tiga dini hari. Wajar jika saat ini dia masih terlelap dengan damai. Beberapa bagian tubuhnya terasa sakit, mungkin efek terlalu lama berdiri dan berjalan mondar-mandir untuk mengantarkan pesanan pelanggan.
Hidup itu keras.
Drrt— drrt—
Mendadak terdengar suara getaran di atas lantai kayu. Cukup bising, karena benda yang ternyata adalah sebuah ponsel itu bergetar cukup lama. Membuat empunya mengerjapkan mata, tangannya menggapai-gapai gawai yang disimpan tidak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
amore ; panwink✔
Fiksi Penggemar🌺𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙🌺 ❝𝐚𝐥𝐥 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞❞ ㅡ 𝘓𝘢𝘪 𝘒𝘶𝘢𝘯𝘭𝘪𝘯 ❝𝐭𝐡𝐞𝐧, 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐦𝐞 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞?❞ ㅡ 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘑𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 Lai Kuanlin, seorang Direktur Utama Perusahaan Perbankan terbesar di...