"Park Jihoon—? Kang Daniel—?"
Dia memiringkan sedikit kepalanya, memastikan apa yang baru dilihatnya. Benar, netranya tidak salah. Itu adalah Kang Daniel, dan seseorang yang dicarinya sepanjang hari, Park Jihoon.
Kuanlin menggenggam erat kemudi mobilnya tanpa sadar. Dia hanya memperhatikan interaksi antara Daniel dan Jihoon dari dalam mobilnya. Daniel tampak tersenyum sumringah, begitu pula halnya dengan Jihoon yang menyunggingkan senyuman.
"Apa-apaan? Padaku saja tidak pernah tersenyum begitu. Cih", desisnya tak terima.
"Apa yang mereka lakukan berdua? Kenapa si Daniel itu mengantar Jihoon sampai ke rumah?" Kuanlin bertanya-tanya.
Lelaki itu bersiap turun dari mobilnya ketika dia sudah melihat Daniel kembali masuk ke dalam mobilnya. Dia menunggu hingga mobil itu cukup jauh, sekiranya menghilang di ujung jalan.
Klek—
Kuanlin turun dari mobilnya. Jangan lupakan setelan jas yang sejak tadi masih melekat di tubuhnya. Dia berjalan mendekati Jihoon yang kini sudah berbalik badan, hendak masuk ke dalam rumahnya.
Dia lebih cepat.
Lelaki itu menarik tangan Jihoon, cukup kuat hingga si manis tertarik ke belakang. Membuat Jihoon sedikit berteriak, terlebih ketika Kuanlin menariknya untuk bicara di luar. Sedikit memaksa.
"Yaaak!"
Jihoon mengancing mulutnya begitu dia melihat siapa pelakunya. Lai Kuanlin. Si jangkung itu. Jangkung sialan yang kerap mengganggu hari-harinya belakangan ini.
Kuanlin melepaskan cengkraman tangannya. Dia menatap Jihoon dengan tatapan dingin, membuat Jihoon mengerutkan keningnya —bertanya-tanya. Apa yang dilakukan lelaki itu sampai datang ke rumahnya segala?
"Ada apa?"
Kuanlin menatap Jihoon, lekat. Dia hanya diam sambil menatap si manis. Membuat Jihoon yang ditatap begitu justru takut —lebih baik dia beradu argumen dengan si jangkung ini dibandingkan jika harus ditatap begitu tajamnya.
"Aku hendak menanyakan beberapa pertanyaan padamu, Park Jihoon. Kau harus menjawabnya".
Jihoon terkesiap. Kuanlin masih menatapnya tajam. Dia menunduk, menganggukkan kepalanya. Yang dianggap Kuanlin sebagai persetujuan.
"Sejak tadi aku menghubungimu. Sejak tadi siang, aku menelponmu. Mengapa kau tidak mengangkat panggilanku?"
Jihoon mengangkat kepalanya, menatap Kuanlin yang berjarak dua langkah di depannya. Dia sedikit merinding mendengar nada bicara Kuanlin. Nada bicara yang baru pernah didengarnya selama berbulan-bulan menjalin relasi dengan lelaki itu. Rendah, mengintimidasi. Mendominasi.
"Aku sibuk. Di lokasi syuting tak sempat membuka ponsel".
Jihoon berdalih. Entah akan berpengaruh atau tidak. Dia hanya menjelaskan kebenarannya. Dia memang tidak sempat membuka ponsel, karena dia sibuk menjadi pemeran pengganti. Badannya sakit semua hari ini. Perannya krusial dan berbahaya.
"Baiklah. Aku akan menariknya sebagai jawaban. Lalu, kenapa kau pulang diantar oleh Kang Daniel?"
Jihoon tertegun. Berurusan dengan Daniel bak hal terlarang yang tak boleh dia lakukan. Baik tanpa pengetahuan Kuanlin, maupun dengan sepengetahuan lelaki itu. Tanpa Kuanlin tahu saja, sepertinya itu sudah menjadi hal yang terlarang. Bagaimana jika lelaki itu tahu? Sepertinya dia akan marah.
Kuanlin pasti takut Jihoon kelepasan bicara dan membongkar semua kebohongannya.
"A-ampun. Aku —tidak akan bicara tentang kontrak kita. Sungguh! Kau bisa percaya aku tentang hal itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
amore ; panwink✔
Fanfiction🌺𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙🌺 ❝𝐚𝐥𝐥 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞❞ ㅡ 𝘓𝘢𝘪 𝘒𝘶𝘢𝘯𝘭𝘪𝘯 ❝𝐭𝐡𝐞𝐧, 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐦𝐞 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞?❞ ㅡ 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘑𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 Lai Kuanlin, seorang Direktur Utama Perusahaan Perbankan terbesar di...