Bab 27 : Schadenfreude

1.2K 219 105
                                    

Jemari mungil itu bergerak perlahan, mengancingi kemeja berwarna merah dengan motif tartan kombinasi merah hitam. Mematut dirinya sendiri. Membenahi surai merahnya supaya tampak apik bila diamat-amati.

Tangannya mulai bergerak membenahi keadaan  kerah bajunya yang sedikit terlipat. Begitu sudah usai, dia menyunggingkan sebuah senyuman. Dia sudah siap menjalani hari ini. Semoga hari ini berlangsung indah.

Menyanding tasnya, dia meraih ponsel yang terletak di atas meja. Membaca pesan dari seseorang yang menyatakan jika dirinya sudah berada di luar. Kakinya melangkah menuju jendela ayun yang ada di kamarnya.

Netranya mampu menangkap sebuah mobil yang terparkir di luar. Dengan sang empunya yang berada di kursi kemudi. Meski terhalang kaca mobil yang dilapisi film, dia mampu melihat penampilan lelaki itu yang terlihat kemas dengan kemeja berwarna putih.

Si rambut merah bersicepat keluar dari rumah sewanya. Mengunci pintunya, kembali lekas-lekas menuruni tangga. Meninggalkan tatapan bingung dari tetangga sebelahnya yang kebetulan menangkap dirinya yang sedang berlari. Abai dengan pertanyaan sang tetangga sebelah yang menanyakan hendak kemana perginya.

"Selamat pagi, Jihoon".

Lelaki berkemeja putih itu berdiri di samping mobilnya. Menyunggingkan seulas senyuman yang menyapa si rambut merah. Membuat lelaki bernama Jihoon turut menyunggingkan senyuman sebagai balasan.

"Pagi juga, Minhyun sunbaenim. Sunbae tampak tampan sekali hari ini", sebuah pujian dilontarnya.

Membuat yang dipuji tidak bisa menahan senyumannya. Dia terkekeh pelan, sebelum tangannya bergerak untuk menepuk pelan puncak kepala Jihoon dengan sebuah senyuman. Tidak bisa berkelit, dia merasa sangat senang karena mendapat sebuah pujian dari Jihoon.

"Kau juga tampak manis hari ini, Jihoon", balas Minhyun.

Sangat manis. Sampai Minhyun tidak bisa mengalihkan atensinya dari wajah cendayam milik Jihoon. Tanpa berlama-lama, keduanya segera memasuki mobil milik Minhyun. Bersama pergi menuju tujuan mereka.

"Selamat atas dipilihnya dirimu sebagai stuntman dalam film itu", Minhyun membuka pembicaraan antara keduanya.

Jihoon yang duduk di sampingnya tersenyum. Dia sangat bahagia karena bisa direkrut menjadi salah satu pemeran pengganti dalam film aksi. Film yang dia dambakan sejak dulu.

"Terima kasih banyak, sunbaenim. Tanpa bantuan sunbae, sepertinya aku tidak bisa melakukannya", Jihoon tersenyum lebar.

Minhyun menatapnya sekilas, senyuman tidak pernah luntur dari wajah rupawannya. Membuatnya semakin tampan.

"Kamu yang melakukannya sendiri, Jihoon. Aku hanya sebagai perantara saja", kekeh Minhyun.

Keduanya terlarut dalam pembicaraan mereka. Minhyun adalah seseorang yang pandai mencari topik, dan Jihoon akan membalas umpan yang dilemparkan oleh Minhyun dengan respon yang positif. Jihoon selalu terdengar antusias ketika sedang dalam pembicaraan bersama Minhyun.

"Oh iya, apakah sunbae juga terlibat dalam pembuatan film ini?" Jihoon bertanya, menghilangkan rasa kemelitan yang membelit dirinya.

"Iya. Aku menjadi anggota tim penulis naskahnya. Aku bersama dua orang lainnya membantu Sutradara Kang dalam penulisan naskah", Minhyun menjawab rasa kuriositas Jihoon.

Jihoon membulatkan matanya, bertepuk tangan setelahnya. Seniornya ini memang sangat mengagumkan. Sudah tampan, mapan, pintar pula! Karirnya cemerlang dalam bidang ini! Tidak hanya dirinya, sang adik juga punya karir yang cemerlang.

Ah, pasti keluarga mereka sangat bangga.

"Hebat sekali! Sunbaenim sungguh mengagumkan!"

Minhyun hanya terkekeh mendengar perkataan jujur Jihoon.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang