"Hah? Undangan ke acara perayaan berdirinya perusahaanmu?"
Dia mengangguk. "Iya. Setiap tahun aku menggelar acara besar guna merayakan hari jadinya perusahaanku. Biasa mengundang kolega-kolega dari berbagai perusahaan juga. Datang ya, Ji."
"Tapi, aku bahkan bukan kolegamu."
"Kau 'kan calon pendampingku. Datanglah, kau harus datang pokoknya!"
"Pakai baju apa?"
"Tuksedo? Ingat tuksedo berwarna merah muda yang kau kenakan saat itu? Kau tampak sangat manis saat mengenakannya. Pakai saja tuksedo itu, Ji."
Dia tampak menimang-nimang sejenak. Menatap kartu undangan yang kini berada di tangannya. "Undangannya harus kamu bawa, Ji. Jika tidak, kamu tidak bisa masuk."
Dia mengangkat kepalanya. Menatap lelaki yang kini duduk di sampingnya. "Kau.. tidak akan menemaniku di sana?"
"Tentu aku akan menemanimu, Ji. Tapi, mungkin aku tidak menjemputmu karena aku harus menyiapkan acaranya sejak awal... jadi, lebih baik kau bawa itu, oke?"
Dia menundukkan kepalanya. "A-aku.. aku tidak yakin pantas menghadiri pesta itu."
Sang adam satunya hanya bisa mengangkat alisnya. Sedikit bingung dengan pernyataan yang diberikan oleh lelaki yang dicinta. Mengapa dia merasa tidak pantas untuk hadir di acaranya? Toh, dia sendiri yang mengundangnya. Tentu dia dipersilakan untuk hadir. Justru, kedatangannya sangat dinanti.
"Kenapa?"
"Aku bukan kolegamu. Aku... aku hanya akan menjadi orang lain yang tidak tahu aku berada di mana, aku tidak tahu harus apa dan bagaimana. Aku.. aku hanya merasa tidak pantas berada di sana. Berada di antara orang-orang yang tak kukenal sebagai tamu undangan..," sesalnya.
Lelaki di sampingnya menggamit erat telapak tangannya. Membuatnya menoleh, menatap sang kekasih dengan tatapan bingung. Sedangkan kekasihnya, kini tengah menatapnya dengan mata yang berbinar.
"Begini, Ji. Aku mengundangmu, karena aku sangat ingin kau hadir di sana. Datang, ya? Aku akan sangat bahagia ketika kau datang nanti. Aku betulan ingin kau hadir di sana..," lelaki itu menatapnya lekat-lekat. Membuatnya kembali menundukkan kepala, kemudian mengangguk pelan.
"Kapan acaranya?"
"Tanggal 23 September nanti. Kau bisa, 'kan?"
Dia mengangguk. "Iya, bisa."
"Yes!"
Si tinggi itu melonjak bahagia. Dia merasa sangat senang karena seseorang yang dicintanya sudah mengonfirmasi kehadirannya di hari besarnya. Hari besar yang sebenarnya adalah hari ulang tahunnya, dia berdalih itu adalah hari ulang tahun perusahaannya.
Yah, memang benar adanya, perayaan lahirnya perusahaannya memang bertepatan dengan hari ulang tahunnya, maka dia selalu merayakannya setiap tahun. Dengan mengundang banyak kolega dari berbagai perusahaan, lalu mengundang semua karyawannya yang berjumlah ratusan, dia menggelar acara akbar itu di sebuah ballroom hotel bintang lima berkapasitas ribuan. Dia seperti mengadakan acara pernikahan setiap tahun. Biaya yang dikeluarkannya pun beda tipis dengan biaya pernikahan mewah jika dianggarkan.
"Setiap tahun selalu ada, Lin?"
"Iya! Setiap tahun aku menggelarnya. Sekaligus memberi apresiasi pada karyawan juga, 'kan. Semua orang akan bahagia di acara itu!"
Jihoon, begitu nama lelaki berambut merah yang sejak tadi diajak bicara oleh Kuanlin, dia menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Mulutnya membentuk huruf vokal o, tanda dia sudah memahami apa yang tak dia mengerti sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/183498798-288-k802195.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
amore ; panwink✔
Fiksi Penggemar🌺𝙘𝙤𝙢𝙥𝙡𝙚𝙩𝙚𝙙🌺 ❝𝐚𝐥𝐥 𝐲𝐨𝐮 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞❞ ㅡ 𝘓𝘢𝘪 𝘒𝘶𝘢𝘯𝘭𝘪𝘯 ❝𝐭𝐡𝐞𝐧, 𝐰𝐨𝐮𝐥𝐝 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐦𝐞 𝐰𝐡𝐚𝐭 𝐢𝐬 𝐥𝐨𝐯𝐞?❞ ㅡ 𝘗𝘢𝘳𝘬 𝘑𝘪𝘩𝘰𝘰𝘯 Lai Kuanlin, seorang Direktur Utama Perusahaan Perbankan terbesar di...