Bab 29 : Sibylline

1.1K 215 113
                                    

Decakan kagum tidak berhenti keluar dari mulut lelaki berjaket biru tua sejak langkah pertamanya memasuki lokasi syuting. Dia mengadahkan kepala, membuka mulutnya dan bergumam antusias ketika melihat banyak alat yang ada di sana. Dia bahkan tidak peduli jika sejak tadi tangannya digenggam oleh lelaki berkemeja biru muda bermarga Hwang.

"Ruangan untuk mengganti kostum ada di sana. Jika kamu ingin mengganti bajumu nanti, kamu bisa pergi ke sana, Hoon", lelaki di sampingnya menunjuk ke suatu arah, ke sudut ruangan yang ada di sana.

"Aku akan berada di deretan sana. Jika kamu membutuhkan bantuan —apapun itu, kamu bisa menghampiriku. Atau kru lain juga akan senang hati membantumu. Jangan sungkan, oke?" Hwang Minhyun —lelaki berkemeja biru muda itu menepuk pelan pundak lelaki yang sejak tadi bersama dengannya.

Lelaki di sampingnya menganggukkan kepalanya. Dia menggenggam sebuah tas kertas yang diberikan padanya tadi. Sebuah tas berisi kostum polisi —sangat menakjubkan. Dia baru pernah menyentuh kostum polisi, membuatnya sangat antusias.

"Terima kasih banyak, sunbaenim. Aku akan segera berganti pakaian", dia berbalik, menatap Minhyun dengan ulasan senyuman di wajah laksminya.

"Sama-sama. Kalau begitu, gantilah pakaianmu lalu segera bergabung dengan tim", dia sempat mengusap surai merah milik lelaki manis itu sebelum empunya berbalik arah menuju ruang ganti.

Dia menatap si rambut merah yang pergi menjauh dengan sebuah senyuman di wajahnya. Minhyun tidak pernah bisa menahan senyumannya jika itu berkaitan dengan sang pujaan hati —Park Jihoon. Selalu merasa bahagia bila bersama dengan lelaki manis itu.

"Andai kau tahu jika aku mencintaimu, Jihoon".

🌺🌺🌺

Sepatu pantofel mengkilap yang dipakai pemiliknya bergerak maju dengan cepat seiring kaki jenjang itu melangkah dengan cepat. Menimbulkan bunyi antara sol tebal yang beradu dengan lantai marmer yang memantulkan cahaya yang berpendar dari lampu di atasnya.

Seorang lelaki sedang berjalan diikuti dengan jajaran pegawainya yang setia mengikutinya dari belakang. Ada sebuah rapat penting antar pemegang saham yang baru saja berlangsung. Kini, mereka harus mengadakan rapat dadakan untuk membahas proyek perusahaan yang akan dilaksanakan.

Tangannya membuka kenop pintu ruang rapat. Mendudukkan dirinya di kursi yang berada di tengah. Menunggu para pegawainya duduk terlebih dahulu sebelum dia membuka mulutnya sendiri untuk bicara.

"Kim Jaehwan, presentasikan tentang proyek yang akan dilaksanakan".

Dengan suara berat dia bicara. Memerintahkan salah satu pegawainya untuk mempresentasikan perihal proyek mereka. Sedangkan yang ditunjuk itu bergegas untuk menyambungkan laptop miliknya dengan proyektor.

Lelaki tadi menyimak dengan baik presentasi yang dibawakan oleh Kim Jaehwan —sesekali menggurat kertas yang ada di atas meja, mencatat beberapa hal penting yang dia butuhkan. Wajahnya tampak serius, karena ini adalah proyek yang cukup besar dan sangat berpengaruh bagi perusahaannya.

"Langsung ke kesimpulan saja".

Dia bosan juga lama-lama mendengar penjelasan yang menurutnya tidak terlalu penting. Penjelasan mengenai kuantitas menurutnya tidak terlalu dia butuhkan karena dia juga bisa membacanya di lembar dokumen. Dan dia tidak ingin berlama-lama ada di ruang rapat yang menurutnya tidak nyaman.

Dasar. Padahal dia sendiri yang punya gedung.

"Jadi, kesimpulannya adalah tim kita harus pergi ke Hong Kong untuk mengerjakan proyek ini", tutup Kim Jaehwan dengan seulas senyuman pasti yang mengembang di wajahnya.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang