Bab 13 : Blue Rose

1.2K 222 110
                                    

"Bukannya kau mendapatkan honor yang tinggi dari si jangkung yang kerap kau sebut-sebut itu? Kenapa kau tidak membeli baju baru?"

Seorang lelaki berwajah manis bertanya pada rekannya yang baru saja menusuk sedotan ke dalam kotak susu berperisa cokelat. Sedangkan rekannya yang diberi pertanyaan hanya menatapnya –menaikkan alisnya sedikit begitu mendengar pertanyaan temannya.

"Apakah itu perlu?"

"Tentu saja, Hoon! Bukan apa-apa, tapi –bajumu sudah banyak yang rusak. Bukannya aku meledekmu, ya –tolong jangan tersinggung atas perkataanku. Tapi, ini masih musim dingin. Musim semi masih cukup lama datangnya, kurasa kau butuh pakaian yang lebih hangat. Mau aku temani ke Doosan?" tanyanya.

Lelaki itu melihat ke bawah, memperhatikan mantel berbahan wol yang kerap dipakainya ke kampus. Memang, sudah banyak lubang yang ada di bagian lengannya. Dan dia juga acapkali merasa udara dingin menyeruak masuk melalui lubang-lubang yang ada di sana kendati dirinya tidak terlalu mempedulikan itu.

"Uangku tidak cukup jika kugunakan untuk belanja baju di Doosan. Mungkin aku akan mengunjungi toko baju yang biasa kukunjungi di Myeongdong", ucapnya sebelum menyedot susu kotak yang dibelinya di vending machine.

"Hoon, belilah baju baru. Jangan baju bekas, karena pasti akan mudah rusak. Dan lagi, uangmu bukankah sudah cukup banyak? Semua tunggakan sudah lunas, bukan? Bahkan, kau sudah membayar sewa rumah untuk satu tahun ke depan. Jadi, apa masalahnya? Sesekali kau perlu memanjakan dan menghargai dirimu sendiri, Hoon", jelas temannya.

"Aku mendonasikan uangku untuk mengurangi dosa yang kuperbuat", ucap lelaki bersurai merah itu –cuek.

Lelaki berwajah manis tadi hanya bisa membuka mulutnya –tertegun dengan apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu. Jujur saja, dirinya yang berkecukupan –bahkan lebih, tidak pernah terpikirkan untuk melakukan donasi kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Tapi, sahabatnya yang selalu bekerja keras demi mencari uang masih memikirkan bagaimana caranya untuk melakukan donasi. Hal itu sedikit membuatnya tertampar.

"Lagi pula, apa masalahnya dengan baju bekas? Jika masih layak pakai, memang salah untuk aku pakai? Atau –kau malu ya berteman denganku yang selalu pakai baju bekas pakai orang lain? Iya?" tanyanya –dengan sedikit merajuk.

"Bukan begitu, Hoon! Ini juga demi dirimu sendiri. Membeli baju bekas terkadang kebersihannya tidak terjamin. Kapan kau ada waktu luang? Aku akan mengajakmu ke toko pakaian yang harganya terjangkau", ucap temannya, menatap si surai merah dengan wajah berbinar.

"Kau mau, ya? Please, Hoon. Ini demi dirimu", lanjutnya.

Lelaki yang sejak tadi dipanggil dengan sebutan 'Hoon' itu akhirnya menganggukkan kepalanya, seraya tersenyum. Dia tahu, sahabatnya itu sangat peduli pada dirinya. Jadi, dia tidak pernah merasa tersinggung dengan perkataan yang dilontarkan oleh sahabatnya.

"Hari Minggu –aku mendapatkan jatah libur. Jadi, jika kau punya waktu luang, mari pergi bersama!" ucapnya.

Sahabatnya mengangguk, menyunggingkan senyuman lebar karena dia berhasil membujuk sahabatnya untuk membeli pakaian. Dia merasa sedikit iba dengan sahabatnya yang bekerja terlalu keras hingga lupa untuk mengurus dirinya sendiri.

Keduanya lanjut berbincang, membicarakan apa saja yang terjadi –baik di kampus maupun di luar kampus. Beberapa waktu ini mereka jarang bertemu karena si surai merah sibuk bekerja, dan si wajah manis sibuk untuk mengerjakan tugasnya. Jadi, ketika keduanya punya kesempatan untuk bertemu, mereka akan menghabiskan waktu untuk bincang-bincang hangat.

Sampai pada keduanya menghentikan kegiatan bincang-bincang mereka karena ada seorang lelaki yang menghampiri. Lelaki yang sama-sama mereka kenal, si tampan dari jurusan Akting –Hwang Minhyun. Dia datang dengan seulas senyuman di wajahnya, menyapa si wajah manis dan si surai merah dengan senyuman manis yang membuatnya semakin terlihat tampan.

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang