Bab 9 : pœnitet

1.2K 231 71
                                    

BRAKKKKKK!

Tepat saat Kuanlin melontarkan itu dari mulutnya, terdengar suara berisik dari lantai bawah. Membuat semua pengunjung mengalihkan atensi mereka ke sumber suara -kecuali Kuanlin yang masih anteng memainkan jemarinya di gelas whiskey yang ada di tangannya.

"Ehm -Lin, sepertinya kau salah. Bocah itu -membanting lelaki tersebut hingga tersungkur ke sana".

Kuanlin menoleh begitu Wooseok menepuk pundaknya -kembali melihat kebawah dan menemukan si gangster yang kini sudah tersungkur di salah satu dinding bar dengan muka lebam-lebam. Matanya membulat begitu melihat seorang lelaki bertubuh kekar yang kini tampak tertunduk, lemah karena kepalanya baru saja menghantam tembok berwarna hitam yang tentunya keras.

BURR!

Membuatnya memuntahkan whiskey yang baru ditenggaknya begitu dia melihat pemandangan yang tidak masuk akal tersebut. Otaknya berusaha mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Banyak pertanyaan yang berkeliling di benaknya -seperti bagaimana bisa lelaki bertubuh cenderung mungil yang otot bisep dan trisepnya tak muncul ke permukaan bisa membanting seorang lelaki berbadan besar -hingga menghantam tembok dengan kekuatan super?

"Yaa! Lai Kuanlin!" seru Wooseok, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Kuanlin, yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri itu baru saja menyemburkan whiskey -yang merupakan traktirannya ke kemeja putih yang dia kenakan.

Tentu saja si jangkung yang lebih jangkung dari orang yang dipanggil Tuan Jangkung itu membulatkan matanya karena dia baru pernah melihat Kuanlin seperti ini. Kuanlin yang dia kenal adalah Kuanlin yang selalu menjaga etikanya di depan semua kolega bisnisnya -tak pernah melakukan hal ceroboh seperti tadi. Tapi, lelaki bermarga Jung itu tidak menghakimi Kuanlin atas apa yang baru saja terjadi.

"M-maaf! Aku harus pergi! Hubungi aku untuk laundry bajunya!"

"Hah? Ya! Kuanlin! Lai Kuanlin!" Wooseok masih berusaha mengunyah apa yang sebenarnya sedang terjadi -dengan satu loki whiskey milik Kuanlin yang tiba-tiba saja berada di genggamannya, dia tak mengerti kapan Kuanlin menyerahkan whiskey padanya.

Dia hanya bisa menangkap sosok Kuanlin yang tiba-tiba melompati pagar mezanine -layaknya seorang aktor film action -turun ke bawah dan menarik sosok berambut merah yang tangannya terlihat terkepal, bersiap mendaratkan tinjunya pada lelaki botak yang sudah tersungkur, tapi masih berusaha terlihat mahsyur.

Dan Wooseok tak bisa menahan rahangnya untuk menganga -karena kini dia melihat Kuanlin yang menarik lelaki bersurai merah tersebut pergi keluar dari klub -dengan kedua tangan yang saling bertautan.

"Wow", gumamnya.

"Aku tidak pernah mengerti jika Kuanlin mempelajari ilmu parkour", lelaki itu masih tak bisa menghentikan kepalanya yang menggeleng -heran. Sebuah gerakan refleks yang entah mengapa tidak bisa dicegahnya.

"Di mana Kuanlin, oppa?"

Seseorang membuat perhatian Wooseok kembali ke kenyataan. Dia menoleh, mendapati seorang perempuan bergaun hijau zamrud yang membalut tubuhnya dengan indah, memperlihatkan lekukan tubuhnya bak gitar spanyol yang terpatri dengan menawan.

"Ah -dia sepertinya sudah bertemu dengan mutiaranya".

Perkataannya barusan menghasilkan kerutan di alis Jieqiong, sebuah tanda tanya besar bagi seorang wanita yang kini memandang ke sekitarnya guna mencari sang kekasih yang sudah enyah dari tempat tersebut.

🌺🌺🌺

"KAU GILA, YA?!"

"KAU YANG GILA! KENAPA KAU HARUS MENGHALANGIKU MENINJU ORANG ITU, HAH?!"

amore ; panwink✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang