Malam ini sangat gelap tidak berbintang. Tika berjalan masuk kedalam rumahnya sambil menarik koper hitam besar miliknya.
Rambut panjangnya tergerai indah. Dia sangat tidak sabar bertemu dengan kedua orang tua dan saudara kembarnya yang akan menikah 2 hari lagi.
"Mama.....!!" Seru Tika sambil melangkahkan kakinya menaiki anak tangga rumahnya. Langkah kaki Tika terhenti saat dia mendengar isak tangis seseorang.
"Bagaimana ini, Pa?" Suara orang kebingungan itu menyeruak masuk kedalam gendang telinga Tika.
"Hiks...., Hiks...., Mika, bangun sayang." Tika kenal betul suara itu.
Suara itu adalah suara mamanya. Sosok wanita yang sangat dia rindukan selama ini.
Ceklek...
Lemas, Tika tertunduk dengan nafas tercekat. Kantung matanya tidak lagi bisa menampung cairan bening miliknya. Dia merangkak, mendekat, dan memeluk tubuh kakaknya yang sudah berumuran darah.
"Kak Mika bangun....!!" Seru Tika sambil mengguncang tubuh Mika, kakaknya. Hatinya bagaikan di tusuk pisau ribuan kali. Sakit, tapi tidak berdarah.
"Ma, ini bagaimana?" Tanya Tika dengan keadaan panik. Kedua orang tuanya hanya diam dengan pikiran kacau.
"Kak, bangun!!" Tika terus berteriak memanggil nama kakaknya.
Tika berdiri dan menatap wajah kedua orang tuanya tajam. Mata elang miliknya sekarang sedang menusuk relung hati kedua orang tuanya.
"Mama, papa, kenapa kalian diam melihat Kak Mika seperti ini? Kenapa hah?!" Bentak Tika sambil mengusap air matanya dengan kasar. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Harusnya malam ini adalah malam yang paling membahagiakan untuknya dan untuk keluarganya. Karena setelah bertahun-tahun Tika tinggal di Amerika, akhirnya malam ini dia bisa pulang sebagai mahasiswi jurusan Management lulusan terbaik tahun ini.
"Tik_a......" Panggil Mika dengan suara lirih. Tika menatap kakaknya sedih.
"Iya kak? Ini aku Tika. Kakak butuh apa?Kakak tahan ya? Biar aku telepon ambulance bentar." Ucap Tika, dia terlihat sangat panik. Bibir pucat di depannya tersenyum, kepalanya menggeleng pelan.
"Ka_mu sayang kakak?" Tanya Mika dengan nafas tercekat. Tika menganggukkan kepalanya cepat.
"Gan_gantiin ka_kakak di pelaminan nanti. Kakak mohon," Lanjutnya. Mata perempuan cantik itu tertutup rapat, darah terus keluar dari kepalanya. Nadinya tidak berdenyut lagi, pertanda bahwa tuhan telah mengambil nyawanya.
"Ma, bagaimana ini?" Tanya Tika dengan suara parau. Galuh dan Eva hanya diam, Air mata merekalah yang menjawab semuanya. Mewakili segenap perasaan mereka yang hancur.
Galuh sudah ingin menelpon ambulance sejak tadi, tapi Mika melarangnya. Mika tidak mau keluarganya hancur.
"Bagaimana ini semua bisa terjadi?" Tanya Tika kepada kedua orang tuanya. Dia tertunduk di pojokan pintu kamar mika. Tangannya bergetar untuk menjambak rambutnya sendiri.
"Papa yakin ini semua perbuatan saingan bisnis Papa. Tadi saat Papa sedang mengerjakan tugas kantor di kamar, Papa mendengar teriakan Mika. Saat Papa dan Mama berlari masuk ke kamar kakak kamu, dia sudah terkapar dengan tangan memegang kepalanya. Papa yakin, ini pasti ada orang yang sengaja mencelakai kakak kamu." Ucap Galuh dengan mata merah.
"Tapi siapa, Pa? Siapa rekan bisnis papa yang tega mencelakai kakak?" Tanya Tika dengan suara lirih. "Kenapa papa tidak membawa Kak Mika ke rumah sakit?"
"Maaf sayang, Papa sudah berusaha membujuk kakak kamu untuk mau diajak ke rumah sakit, tapi dia menolak dengan alasan tidak mau membuat saingan bisnis Papa tertawa karena mereka berhasil membuat salah satu keluarga kita mati sia-sia. Dan Kakak kamu berpesan agar kita semua menyembunyikan kematian dia, cukup keluarga kita saja yang tahu atas kematiannya. Dan kamu....."

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...