Pernikahan Tika dan Rehan tinggal menghitung hari. Keduanya sedang sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka walau mereka berencana membuat acara pernikahan secara sederhana. Namun itu semua juga memerlukan proses dan akan menyita waktu mereka.
Mengingat umur mereka yang sudah tidak muda lagi dan ini juga tidak pernikahan pertama mereka, mereka ingin pernikahan mereka hanya dihadiri oleh keluarga besar mereka saja.
Sekarang ini Rehan dan Tika sedang berada di butik ternama. Mereka sedang mencoba baju yang sudah mereka pesan beberapa hari lalu untuk kelangsungan pernikahan mereka.
Tika dan Rehan kompak memilih kebaya pernikahan dengan warna abu-abu. Mereka sengaja memilih warna yang tidak mencolok, karena menurut mereka berdua warna itu pas untuk mereka yang sudah berusia dewasa.
"Yang ngurus ketring siapa?" Tanya Tika kepada Rehan yang sedang menyetir mobil. Tika memakan brownis buatan Vania. Tadi mereka sempat mampir ke rumah Vania untuk mengambil heandpon Rehan yang tertinggal disana.
"Vania sama Tania. Sedangkan yang ngurus dekor rumah kamu Maurel sama Amel, dan yang ngurus semua tamu undangan Alex, Juna, sama Kak Aldo." Jawab Rehan. Tawa Tika meledak ketika mendengar Rehan memanggil Aldo dengan sebutan kakak.
"Gak usah manggil Aldo pakai embel-embel Kak. Toh kalian seumuran." Bukannya melarang, hanya saja terdengar lucu jiga Rehan memanggil Aldo dengan sebutan Kakak.
"Aku 'kan nyoba menghormati sepupu kamu, Yank." Bela Rehan. Tika seakan tidak perduli, karena heandponenya lebih menarik dari pada lelaki di sampingnya.
****
Tania dan Vania sedang sibuk mengurus semua makanan untuk pernikahan Tika dan Rehan.
Dokter muda itu sampai harus cuti kerja hanya untuk membuat pernikahan kakaknya berjalan sesuai dengan keinginan mereka.
"Kita nyediain 3 variasi rasa minuman saja, Van. Gak usah banyak-banyak. Kata Rehan sama Tika, mereka hanya mengundang sanak saudara sama teman dekat doang." Jelas Tania. Vania mengangguk setuju, memang kakaknya sudah bilang kepada dirinya maupun kedua orang tuanya kalau dia mau mengundang sanak saudara dan teman dekatnya saja.
"Oh iya, Van. Kakak kamu ngundang wartawan buat ngeliput acara pernikahan dia atau gak?" Tanya Tania. Kalau Rehan ngundang banyak wartawan berarti mereka harus menambah persediaan makanan.
"Gak, emang kak Rehan sealai itu." Cibir Vania, sambil berkidik ngeri.
"Siapa tahu. Heee...." Cengir Tania.
****
Hari sudah sangat gelap. Bintang pun mulai bertugas menerangi malam bersama bulan.
Tika duduk di balkon apartemennya sambil menekuk kedua kakinya. Dia menepis dinginnya malam.
Di temani secangkir coklat hangat, Tika sibuk dengan pikirannya sendiri. Dua hari lagi pernikahannya akan berlangsung, tapi Tika tidak tahu sudah sampai mana persiapan pernikahannya.
Tika sama sekali belum pulang ke rumahnya, niatnya tadi dia mau mampir ke rumahnya, tapi dia ingat, dia harus merapikan kamar tidurnya yang berantakan.
Dreret...
Heandpon Tika bergetar, menampilkan notiv pesan dari orang yang akhir-akhir ini membuat dirinya sulit tidur gara-gara sibuk memikirkannya. Siapa lagi kalau bukan Rehan Admaja.
Suamiku.
Tika tertawa lebar ketika membaca nama kontak pesan di heandponenya. Perasaan dia tidak pernah mengganti nama Rehan menjadi suamiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...