Seminggu sudah Tika berada di Kota Bandung. Sekarang dia sedang mengantar Kevin pergi ke sekolah bersama Nadia.
Perempuan berparas cantik yang sekarang ini memakai gaun berwarna merah sedang tersenyum kearah Kevin.
"Belajar yang rajin ya, Nak!" Seru Nadia, Tika tertawa melihat perempuan yang mungkin usianya diatasnya 2 atau 3 tahun itu.
"Dia sangat lucu." Ungkap Nadia. Tika mengangguk, dia membenarkan ucapan Nadia. Memang Kevin sangat lucu. Dia tumbuh menjadi anak lelaki yang tampan dan menggemaskan.
"Sudahlah, Kak. Jangan Kakak tatap dia seperti itu, Kevin tidak akan hilang." Tegur Tika, sambil tertawa tipis. Nadia tersenyum malu.
"Makanya cepet nikah, biar bisa punya anak." Tambah Tika. Mereka berjalan masuk kedalam mobil.
"Kamu meledekku?" Tanya Nadia kepada Tika yang sedang memejamkan matanya dengan kepala bersandar di belakang kursi mobil.
"Tidak, hanya memberi saran." Elak Tika. Mereka berdua tertawa bersama. Menertawakan hal konyol yang mereka buat sendiri.
***
Rehan menatap rumah besar di depannya dengan tatapan sendu. Hamparan luas perkarangan rumah itu terlihat sepi. Satpam rumah itu menatap Rehan bingung.
"Mas Rehan 'kan? Lagi nyari Mbak Tika?" Tanya Satpam rumah itu. Rehan mengangguk lemah.
"Mbak Tika sudah seminggu lalu pergi ke Bandung dengan Mas Aldo." Jawab Satpam itu. Rehan terperangah kaget.
"Dia menatap disana?" Tanya Rehan, panik. Satpam itu mengedikkan bahunya.
"Kalau soal itu saya kurang tahu, Mas. Mas mau masuk?" Tawar satpam itu.
"Tidak, mungkin lain kali." Tolak Rehan. Dia berjalan lunglai, masuk kedalam mobilnya.
"Kenapa kamu pergi? Kenapa sayang?" Tanya Rehan, lirih. Dia menangis di dalam mobil.
Rasanya Rehan ingin sekali mengakhiri hidupnya dan membuktikan kepada semua orang bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya. Dia benar-benar tidak bisa hidup tanpa Tika.
***
Tika terperangah kaget ketika melihat Dokter Atala duduk di kursi ruang tamu rumah Aldo dengan Aldo yang duduk di karpet.
"Kalian cocok banget. Dokter Atala sebagai majikannya, sedangkan Aldo sebagai babunya." Ledek Tika. Aldo berdecak sebal ketika mendengar kalimat hinaan dari sepupunya sendiri.
"Atala kok gak kamu kasih minum, yank?" Tanya Nadia. Dia mencium tangan kanan Aldo. Tika yang melihat kemesraan kedua manusia di depannya langsung memalingkan wajahnya kearah lain. Kelakuan mereka berdua mengingatkan tentang dirinya dan Rehan dulu.
Dulu sewaktu masih bersama, Tika selalu mencium tangan Rehan ketika berangkat dan pulang kerja. Begitupun sebaliknya, Rehan selalu mencium kening Tika setelah Tika mencium punggung tangan Rehan.
Tika berjalan santai menaiki tangga rumah Aldo. Pagi ini dia sangat malas untuk pergi ke kantor. Toh kalau dia tidak pergi ke kantor, dia tidak akan di pecat oleh Papanya.
"Ibu Derektur gak berangkat kerja?" Goda Aldo, Tika menghentikan langkah kakinya di tengah-tengah anak tangga. Dia menatap wajah sepupunya dengan malas.
"Bukankah hari ini Ibu Derektur ada rapat?" Tambah Aldo. Tika mengedikkan bahunya acuh. Tadi malam sekretarisnya sudah memberi tahunya bahwa rapatnya diundur menjadi besok siang.
"Diam!" Sentak Tika. Aldo terbahak di bawah. Sedangkan Nadia lebih memilih berjalan kedapur sambil menggelengkan kepalanya.
"Diminum, Ta. Aldo emang gitu, gak ngehormatin tamu." Cibir Nadia, Atala tersenyum maklum. Dia sudah mengenal Aldo sejak SMA, dan kebetulan Nadia adalah teman kuliah Atala. Mereka bertiga sudah cukup saling mengenal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...