Tika beranjak dari dapur. Sekarang dia harus mandiri karena dia hanya tinggal di apartemen sendiri. Terkadang sih orang tuanya mengunjunginya hanya untuk mengecek apakah dia sedang baik-baik saja atau tidak disini?
Ting, Tong!
"Sebentar...." Seru Tika dari dalam apartemennya. Dia membuka pintu apartemennya dan melihat siapa tamu yang datang ke apartemennya pagi ini.
"Oh kamu, Van. Ada apa pagi-pagi datang kesini?" Tanya Tika kepada mantan adik iparnya. Vania tersenyum kepada Tika, lalu dia menyodorkan rantang makanan yang dia bawa tadi kepada mantan kakak iparnya.
"Kebetulan apartemen kakak dekat sama rumahku. Ini aku bawain kakak makanan."
Tika terperangah dengan apa yang Vania katakan. Dia kira Vania akan marah ketika tahu bahwa dia sudah membuat kakaknya kecewa.
"Masuk, Van. Kakak tadi lagi mau masak tapi kamu malah kesini bawa makanan, jadi kakak gak jadi masak deh." Cengir Tika sambil tertawa kecil. Vania berjalan mengekori Tika.
Keduanya duduk di meja makan. Karena memang perut Tika tidak bisa diajak kerja sama.
"Kamu mau makan sekalian?" Tanya Tika kepada Vania. Dokter cantik itu menggeleng pelan.
"Enggak, kakak tahu gak?"
Tika yang semula sedang memakan semur ayam meletakkan kembali makanannya dan menatap Vania bingung.
"Kak Rey sakit. Dia gak mau makan ataupun minum obat. Bahkan tangan kanannya terluka akibat mukul kaca." Adu Vania, sambil meneteskan air matanya. Kemarin kakaknya pulang dari Bandung dengan keadaan kacau. Dia mengurung diri di kamar tanpa mau keluar.
"Mama sama Papa lagi pergi keluar negeri. Mungkin tiga atau empat hari lagi baru pulang. Kemarin waktu aku lagi ngambil baju Salsa ke rumah, aku ngelihat Kak Rey masuk kedalam rumah dengan wajah kacau."
Hati Tika tersentil ketika mendengar penuturan Vania. Sebegitu berartikah dirinya di kehidupan Rehan?
"Aku gak berani bilang ke mama atau papa. Nanti mereka panik dan sedih. Aku takut Kak Rey pergi."
Vania menunduk sambil mengusap air matanya.
Tika terdiam. Apa dia sudah keterlaluan? Apa dirinya termasuk orang jahat karena selalu membuat orang lain kecewa?
"Tuhan, maafkan diriku." Batin Tika, menangis.
***
Tika menatap takut rumah di depannya. Tadi pagi Vania memberikan kunci rumahnya pada dirinya.
Semuanya terlihat hitam dan gelap. Tika meremas baju tidurnya dengan keadaan takut.
Wajar saja jika Tika ketakutan, karena tidak banyak orang yang tahu bahwa Tika takut kegelapan.
Kaki jenjang Tika melangkah masuk kedalam rumah milik keluarga Admaja. Matanya mencari tempat untuk menghidupkan lampu rumah itu.
Baru saja Tika ingin menyentuh sakelar lampu. Tiba-tiba.....
"Aaa......" Teriak Tika sambil berjongkok. Dia sangat takut. Tadi saat dia ingin menyentuh sakelar, tiba-tiba ada jari-jari tangan yang menyentuh kulit tangannya.
"Hua..., Mama, Tika takut." Teriak Tika, dia terisak bagaikan anak kecil. Dia memeluk dirinya sendiri ketakutan.
Dan...
"Aaa...." Tika semakin dibuat panik ketika tiba-tiba ada yang memeluknya dari samping.
"Shutt...., Jangan takut." Ucap seseorang, dia mencoba menenangkan Tika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
Любовные романыBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...