53. Kenangan Itu Masih Ada.

851 42 0
                                    

Hubungan Tika dengan Dokter Atala sudah berjalan lima hari. Sejauh ini hubungan mereka baik-baik saja.

Seperti kebanyakan orang yang sedang di mabuk asmara, keduanya saling tatap penuh cinta.

Sekarang bandung sedang di guyur hujan deras, di tambah mancet yang sangat panjang membuat Dokter Atala dan Tika bosan.

"Pak, Bu, bunganya?" Seorang anak lelaki kecil berbaju lusuh dengan rambut berantakan menawarkan setangkai bunga mawar kepada Dokter Atala dan Tika.

"Saya borong semuanya, Bolehkan, Ta?" Tanya Tika, ragu. Dokter Atala tersenyum manis, lalu dia menganggukkan kepalanya.

"Berapa, Dek?" Tanya Tika, lewat jendela mobil. Anak itu menyodorkan semua bunga mawar yang dia punya.

"300 ribu, Bu." Jawab anak laki-laki yang mungkin usianya baru menginjak 8 tahun. Dokter Atala mengeluarkan lembaran uang 100 ribuan berjumlah 5 lembar kepada anak lelaki itu.

"Kasihkan ke anak kecil itu, yank. Kelebihannya buat jajan dia." Ucap Dokter Atala. Tika memberikan uang yang di kasih Dokter Atala kepada anak lelaki penjual bunga.

"Terimakasih Pak, Bu. Saya permisi." Ucap Anak kecil penjual bunga itu. Selepas perginya anak penjual bunga itu Tika terdiam membisu.

"Kenapa, Hem?" Dokter Atala mengusap lembut rambut Tika menggunakan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya dia gunakan untuk menyetir.

"Kasihan anak itu, masih kecil udah kerja. Sedangkan aku waktu seusia dia masih sibuk main boneka." Jawab Tika, sendu. Dokter Atala tersenyum tipis.

"Tidak semua orang seberuntung kamu, sayang. Makanya kamu harus bersyukur." Dokter Atala berkata sambil tersenyum manis kepada Tika.

Mobil yang keduanya tumpangi berhenti di sebuah pemakaman. Dokter Atala turun dari mobilnya, lalu dia membukakan pintu mobil untuk Tika. Mereka berdua berjalan masuk kedalam pemakaman dengan menggunakan payung. Hujan rintik-rintik membuat Tika memeluk tubuhnya sendiri dengan erat.

"Katanya mau ngajak kesuatu tempat kok malah kepemakaman? Memangnya ini makam siapa?" Tanya Tika, dia menatap gundukan tanah di depannya dengan bingung. Tanah merah itu basah terkena rintikan air hujan.

"Ini adalah makam istriku." Jawab Dokter Atala. Dia berjongkok di depan gundukan tanah di depannya. Dokter Atala mengusap batu nisan di depannya dengan gerakan lembut.

"Namanya Sania, dia meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Dia juga seorang Dokter sepertiku. Di depan makam istriku, Aku ingin melamarmu. Bukankah kemarin waktu aku melamarmu kamu masih mikir-mikir? Dan sekarang aku tidak mau sekedar pacaran, karena umurku sudah tidak muda lagi."

Dokter Atala berlutut sambil meraih tangan Tika. Dia mengeluarkan cincin dari saku jaketnya. Cincin yang sama seperti saat Dokter Atala melamar Tika di restoran.

"Will you marry me? Tanya Dokter Atala kepada Tika. Dengan seulas senyum manis Tika menganggukkan kepalanya. Dokter Atala memasangkan cincin putih berlian ke jari manis milik Tika. Begitu pula sebaliknya.

***

Dua hari lagi pesta pernikahan akan diadakan di rumah kediaman Admaja. Semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Rehan duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi. Dia menonton senema Upin-ipin, si botak dari malaysia. Salsa menatap televisi di depannya tanpa berkedip.

"Ma, kalau rambut Salsa botak kayak gitu bagus gak?" Tanya Salsa kepada Vania yang sedang sibuk mengecet kuku-kukunya menggunakan kutek berwarna merah menyala.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang