29. Vania Si biang Kerok.

1K 43 0
                                    

Cahaya pagi menyilaukan mata Tika. Perempuan yang memiliki paras cantik itu masih tertidur nyenyak.

Tangan kekar melingkar indah di perut rata Tika. Dengkuran halus terdengar menyeruak di telinganya.

"Emmm..." Erang Tika, sambil mengerjab-ngerjabkan matanya. Tika memperhatikan wajah kokoh dan tegas suaminya dengan bibir tersenyum.

Wajah tampan milik Rehan mampu membuat Tika tidak berkedip. Tangan lentik Tika bermain di dada bidang suaminya.

Jemari-jemari lentik itu terus mengusap dan menjelajahi dada bidang lelaki yang sangat dia cintai.

"Arggg..., sayang." Erang Rehan, serak. Tika terkikik geli. Menyiksa hasrat suaminya ketika di pagi hari adalah hobby barunya.

Tika melumat pelan bibir Rehan. Rehan terkejut melihat tingkah agresif istrinya.

Tanpa banyak bicara, Rehan memberikan tanda kepemilikan di leher jenjang istrinya.

"Emmm.." Erang Tika, dia mendorong pelan dada bidang Rehan agar sedikit menjauh darinya. Bukannya menjauh, justru Rehan malam semakin mempererat pelukannya.

Rehan menyembunyikan wajahnya di cekukan leher Tika. Lelaki tampan yang terlihat sangat tegas dan cool itu tanpa orang lain tahu sebenarnya memiliki sifat manja.

"Mas, aku mau lihat anak-anak dulu." Alibi Tika, agar Rehan mau lepas darinya. Rehan hanya diam dengan mata terpejam.

"Aku lagi ada banyak masalah di kantor, biarin aku kayak gini dulu." Ucap Rehan, Tika hanya diam. Dia mengusap rambut Rehan penuh sayang.

Mereka terlihat menikmati kemesraan mereka di pagi hari ini.

***

Pagi ini Vania sibuk mengomel-ngomel kepada Dina, beby sister kedua anak kakaknya.

Bagaimana tidak mengomel? Jam sudah menunjukkam pukul 06.30, tapi si kembar belum juga di mandiin. Apalagi jam segini si kembar belum di jemur. Bagaimana si kembar bisa aktif kalau kayak gini?

"Kamu ini bagaimana sih?Mentang-mentang kakak ipar saya baik, kamu jadi manfaat kebaikan dia buat berleha-leha." Bentak Vania, sambil berkacak pinggang di depan Dina.

"Sayang, udah." Lerai Bastian. Dia memegang lembut bahu Vania.

"Diam! Kamu juga, belain dia terus. Ngelunjak 'kan jadinya?" Sentak Vania, sambil menepis tangan Bastian yang berada di pundaknya.

Oek, Oek,

Bian semakin dibuat bingung sendiri oleh kedua keponakannya yang  sedang menangis kencang.

Bi' Inah berjalan tergopoh-gopoh untuk menghampiri Bian dan Vania. Tapi sebelumnya dia menaruh dulu berbagai bahan makanan yang sudah dua beli kedalam dapur.

"Ada apa ini Mbak Vania? Mas Bian?" Tanya Bi' Inah, sambil melihat Dina yang sedang terisak.

"Ini loh Bi', Dina gak ngejalanin tugasnya. Masa dia malah ngajak main si kembar dari pada mandiin atau ngejemur mereka. Jam segini udah kesiangan kalik kalau mau ngejemur anak, nanti keponakan saya item gimana?" Kesal Vania, sambil menunjuk Dina menggunakan jari telunjuknya.

"Sayang, jangan gitu ah. Gak sopan." Tegur Bastian. Vania hanya diam tidak perduli.

"Van...." Panggil Tika, dia keluar dari kamarnya dengan masih menggunakan piama. Vania menoleh, dia menatap kakak iparnya dengan kesal.

"Ada apa sih ribut-ribut? Gak enak di dengar tetangga." Tanya Tika, dia menghampiri Vania yang sekarang sedang duduk di sofa, samping Bastian.

"Ini loh, Kak. Beby sister pilihan Kak Rey, masa jam segini si kembar belum di mandiin. Gak di jemur lagi." Adu Vania, Tika mengangguk paham. Sedangkan Dina sudah menangis di samping Bi' Inah.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang