10. Wanita Iblis.

1.7K 98 1
                                    

Rehan menatap wajah tenang istrinya yang terlihat sangat cantik karena terkena paparan sinar rembulan. Tika begitu menikmati indahnya langit dan dinginnya udara malam.

"Mas, boleh ya aku besok pulang? Aku gak suka disini." Tanya Tika, sambil mengadahkan kepalanya keatas untuk menatap wajah tampan suaminya.

"Gak, keadaan kamu belum pulih." Larang Rehan, tanpa menatap wajah istrinya yang sekarang sedang memanyunkan bibirnya.

"Kok gitu sih? Oh ya, Mas. Dua hari lalu waktu aku beli gula di minimarket aku ketemu sama Andre loh. Dia bawa keponakannya, ganteng banget. Aku jadi kangen dia." Ucap Tika dengan bibir tersenyum. Dia terlihat sangat bahagia ketika berbicara tentang Andre dan keponakannya.

"Ohhh..., kamu mau cepat-cepat pulang? Mau ketemu sama Andre? Aku kurang apa sama kamu? Apasih kelebihan Andre? Sampai kamu gak bisa move on dari dia. Kamu bisa gak sedikit aja ngehargai perasaanku? Gak banyak, aku cuma minta kamu menghargai aku sedikit aja." Ucap Rehan, sambil menatap istrinya sendu.

Tika terdiam. Apa selama ini dia sangat jahat kepada suaminya? Hingga suaminya merasa kalau dia lebih sayang kepada Andre dari pada dirinya.

"Maaf, kamu salah paham. Aku cuma rindu sama keponakan dia, bukan sama Andrenya." Jelas Tika, yang di balas Rehan dengan senyum simpul. Bukan 'kah itu adalah alasan yang sering orang lain gunakan? Basi!

"Aku tidak apa-apa jika kamu masih mencintai dia. Aku cukup sadar siapa aku di hatimu. Cukup melihatmu bahagia saja aku sudah sangat senang." Ucap Rehan, serak. Lelaki itu mengadahkan matanya keatas, mencoba menghalau air matanya yang akan jatuh.

"Nak, jaga mama disaat mama tidak lagi bersama papa. Jadi anak yang baik. Jangan membuat mamamu repot." Ucap Rehan, sambil berjongkok di depan perut istrinya. Dia mengusap perut buncit istrinya dengan gerakan lembut. Tidak hanya itu, Rehan juga menyandarkan kepalanya ke perut sang istri.

"Apa yang kamu katakan? Kita akan membakesarkan anak kita bersama." Sentak Tika, sambil menatap wajah suaminya sendu. Kasihan lelaki di depannya, dia tidak bermaksud membuat lelaki itu terluka. Kakaknya bisa marah kepada dirinya jika kakaknya tahu dia melukai hati laki-laki yang kakaknya cintai.

"Aku tidak masalah jika kamu ingin bersamanya. Asalkan kamu bahagia." Rehan menggegam tangan istrinya dengan begitu lembut.

"Pernikahan itu suci. Kamu atau pun aku tidak bisa mempermainkannya. Kamu pernah mendengar kata pepatah kalau perasaan tumbuh karena terbiasa? Dan aku merasakan itu. Cukup kamu selalu ada di sampingku, itu sudah cukup membuatku bahagia."

***

Juna dan Alex berjalan terburu-buru masuk kedalam ruang inap Tika. Mereka menghampiri Rehan yang sedang tidur di sofa.

"Woy bos!" Panggil Juna, sambil menepuk pundak Rehan.

"Hemm...." Gumam Rehan, sambil meregangkan otot-otot syarafnya.

"Kita bicara diluar." Suruh Alex, dingin.

Mereka bertiga sedang berada di kantin rumah sakit. Juna dan Alex sibuk mengotak-atik leptop di depan mereka berdua.

"Kamu tonton ini." Suruh Alex kepada Rehan. Rehan menonton vidio yang diputar dilayar leptop milik Alex dengan rahut wajah serius.

Flash Back On.

Agnes sudah mengintai rumah Tika dan Rehan hampir satu jam lebih. Dan ini lah moment yang dia nantikan. Rehan pergi dari rumahnya. Setelah Rehan pergi dan Tika masuk kedalam rumah, cepat-cepat Agnes turun dari mobil dan menuangkan minyak goreng di depan gerbang rumah Tika dan Rehan.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang